Ilustrasi |
Oleh: Riza Chadafi*
Sering kali kita tertipu akan apa yang telah kita perbuat. Kita merasa apa yang kita telah perbuat merupakan hasil dari perjuangan kita sendiri. Ini merupakan suatu penyakit yang patut kita waspadai. Perlu kita ketahui bahwa seluruh amal ibadah yang kita lakukan bukanlah hasil dari kekuatan kita, melainkan kekuatan Allah subhanahu wa ta’ala. Bukankah kita sering berucap tiada daya dan upaya kecuali dengan (izin) Allah.
Andai kata kita berbuat dengan memakai kekuatan kita, pasti orang yang kita lihat secara zhahir mempunyai fisik yang besar lengan berkuasa akan sanggup melakukan apa yang telah Allah perintahkan. Dan sebaliknya orang yang mempunyai fisik yang cacat tak akan sanggup melaksanakannya.
Tetapi kita lihat realita di lapangan, banyak orang yang sanggup berlari ribuan meter, tapi untuk menyambut undangan Allah dengan berjalan ke mesjid beliau tak sanggup melangkahkan kaki. Di sini sudah terbukti bantu-membantu kaki tak bisa melangkah kecuali atas izin Allah Swt.
Dalam kehidupan ini kita bagaikan seorang anak kecil yang pergi ke pasar dengan ayahnya. Saat sang anak hingga di sebuah toko beliau melihat sebuah permen yang lezat, kemudian beliau pergi ke toko itu untuk meminta permen. Akan tetapi pemilik toko tak memberi permen itu kepadanya. Kemudian ayah si anak mendatangi toko dan memberi instruksi untuk memperlihatkan permen untuk anaknya, sang pemilik toko pribadi memperlihatkan permen kepada si anak.
Begitulah hari-hari selanjutnya, setiap kali ke pasar beliau pergi ke toko tersebut untuk meminta permen. Hingga pada suatu dikala beliau pergi ke toko sendirian dan meminta permen kepada sang pemilik toko, tapi sang pemilik toko tak memperlihatkan permen kepadanya.
Begini juga yang terjadi pada kita. Kita merasa bahwa seluruh amal kita yakni hasil dari energi dan kemampuan kita sendiri. Ini sebuah anutan yang salah. Karena sesungguhnya yang pemilik kekuatan di balik ini semua yakni Allah. Andai kita memahami ini semua pasti tak akan bersarang sifat tinggi hati di dalam diri kita, tak ada yang bisa kita sombongkan dari amal kita. Karena kita tahu bahwa amal ibadah yang telah kita lakukan selama ini merupakan bukti dari kasih sayang Allah kepada kita. Lalu, tidakkah kita bersyukur?
*Penulis yakni mahasiswa tingkat 4 Fakultas Ushuluddin jurusan Hadits