![]() |
http://cdn.24.co.za |
Oleh: Muhammad Syukran
Dari mata yang mengitari setiap kemewahan yang mulus penuh rakus, mengalirlah air kecewa kegagalan. Dari mata yang redup merenung hari alam abadi yang dirasakan dekat, mengalirkan air mata insaf mengharap kemenangan, serta rindu akan Rasul-Nya.
“Penghuni Syurga itulah orang-orang yang menang.” (Al-Hasyr: 20). Tangisan ialah basahan hidup, justru: Hidup dimulakan dengan tangis, dicela oleh tangis diakhiri pula dengan tangis. Manusia senantiasa dalam dua tangisan. Sabda Rasulullah Saw: “Ada dua titisan yang Allah cintai, pertama titisan darah para Syuhada dan titisan air mata yang jatuh alasannya ialah takut akan Allah.” Nabi Muhammad Saw. juga bersabda: “Tangisan seorang pendosa lebih Allah cintai daripada tasbih para wali.”
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al Qur’an ) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud dan mereka berkata “Maha suci Rabb kami; sesungguhnya kesepakatan Rabb kami niscaya dipenuhi,” Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereke bertambah khusyuk” (Al Isra 107-109).
Menangis ialah satu karunia Allah Swt. kepada kita. Berhati-hatilah jikalau kita termasuk orang yang tidak sanggup meneteskan air mata. Bukan saja mata kita kering alasannya ialah tidak ada air yang membasuhnya secara alami, tetapi juga kekeringan jiwa. Menangis bukan hanya karena kehilangan orang yang dicintai, barang yang kita sangat sayangi ataupun alasannya ialah sakit, tetapi menangis alasannya ialah hati yang penuh takut dan harap kepada Zat yang membuat kita. Takut akan siksanya dan cemas jikalau tidak menerima rahmat-Nya. Bergetarnya qalbu dan tubuh manakala diperdengarkan ayat-ayat-Nya.
Para sobat ialah tokoh-tokoh tidak ada duanya sesudah para Rasul dan Nabi dalam menempatkan hatinya tunduk dan terpana serta tak berdaya di depan kalimah Ilahi. Inilah sebagian dongeng mereka yang menggambarkan kehalusan jiwanya manakala berinteraksi dengan ayat Al-Quran.
Abu Bakar
Prestasi pada periode kenabian Muhammad Saw. begitu pula pada masa kekhalifahannya sangatlah agung untuk kita ingat dan sebutkan. Abu Bakar Ash-Shidiq seorang pria cukup umur pertama yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, khalifah rasulullah sekaligus sobat beliau, pria yang paling mengasihi rasul dan menemaninya pada saat-saat mendebarkan di gua Hira. Namanya Abdullah bin Quhafah, Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’aab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay Al-Quraisy At-taimi.
Imam Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya meriwayatkan dari Ibnu Syihab dari Hamzah bin Abdullah bahwa dia pernah diberitahu oleh ayahnya, ketika sakit yang diderita oleh Rasulullah Saw semakin berat dan dia diberitahu akan tibanya waktu shalat, dia bersabda, ” Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami sahalat orang-orang.” Aisyah berkata, “Sesungguhnya Abu Bakar itu seorang yang sensitif; jikalau membaca Al-Quran dia tidak akan kuasa menahan tangisnya.” Rasulullah tetap menyampaikan “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami shalat!” Aisyah tetap membujuk dia supaya menunjuk sobat yang lain, namun dia tetap memerintahkan “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami shalat! Kalian ini ibarat saudara-saudaranya Yusuf saja !”
Pada masa kaum Muslimin menerima cobaan, Abu Bakar dan keluarga keluar untuk hijrah ke negeri Habasyah. Ibnu Dhaginah seorang pemuka di kawasan Qarah mempertanyakannya, “Kamu mau kemana hai Abu Bakar? Orang sepertimu mestinya tidak diusir dan jangan pergi alasannya ialah kau selalu menyediakan lapangan pekerjaan bagi yang tidak punya, selalu menyambung silaturrahim, kau selalu meringankan beban orang lain , menghormati tamu dan selalu menegakkan kebenaran. Karena itu saya memperlihatkan jaminan keamanan kepadamu. Kini pulanglah dan beribadahlah kepada Rabb-mu di negerimu sendiri!”
Abu Bakar pun kembali bersama Ibnu Dhaginah. Orang-orang Quraisy menyampaikan kepada Ibnu Dhaginah, “Suruhlah Abu Bakar untuk beribadah kepada Rabbnya di rumahnya saja. Disitu silakan saja dia mengerjakan shalat dan membaca apa saja sesuka hatinya. Jangan samapai ibadahnya itu mengganggu kami dan jangan hingga dia melaksanakan terang-terangan, alasannya ialah kami takut istri dan bawah umur kami terpengaruh olehnya.”
Ketika Ibnu Dhaginah memberikan hal itu kepada Abu Bakar, terpikir untuk mendirikan mesjid kecil di halaman rumahnya. Kemudian Abu Bakar biasa mengerjakan shalat dan membaca Al-Quran di sana. Tetapi yang terjadi di luar perkiraan, para istri dan bawah umur orang musyrik berdesak-desakan di pintu alasannya ialah takjub dan ingin menyaksikan Abu Bakar yang sering menangis dalam ibadahnya. Akibatnya hal ini kembali menggoncangkan tokoh-tokoh musyrik Quraisy dan mereka merasa terancam oleh tangisan Abu Bakar.
Umar bin Khaththab
Al-Faruq, pengganti khalifah Rasulullah Saw. seorang pria yang dengannya Allah mengakibatkan Islam gilang-gemilang. Dialah Syahidul Mihrab (yang gugur sebagai syahid di mihrab). Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyadh bin Abdullah bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Ghalib Al-Qurasyi Al-Adawi, Abu Hafsh, beliaulah orang pertama yang dipanggil dengan Amirul Mukminin. Di masa kekhilafahannya banyak negeri dibebaskan dari kemusyrikan. Keutamaannya sangat banyak. Abu Bakar dan Umar ialah dua wazir serta menteri Rasulullah dan keduanya ialah tetua dari para pemuka penghuni surga.
Ibnu Mas’ud berkata, “Islamnya Umar ialah kemenangan, hijrahnya ialah pertolongan, dan kepemimpinannya ialah kasih sayang.” Selain segala keperwiraan Umar, maka diapun ialah pemilik hati yang lembut dan sensitif. Abdullah bin Syidad berkisah, “Saya pernah mendengar bunyi sesenggukan Umar dikala membaca ayat :”…bahwasanya saya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah.” (Yusuf: 86).
Ibnu Umar pun berkata, “Aku pernah mengerjakan shalat di belakang Umar dan kudengar isak tangisnya dari shaf ketiga. Sahabat yang lain menyampaikan “Umar pernah mengimami kami shalat Fajar, Umar membaca surah Yusuf dari awal dan ketika hingga ayat, “Dan kedua mata menjadi putih alasannya ialah sedih. Dia membisu menahan amarah (kepada anak-anaknya).” (Yusuf: 84) Umar menangis sehingga bunyi senggukannya terdengar hingga shaf belakang. Maka Uqbah membacakannya dan Umar menangis keras, lantas berkata ”Aku tidak pernah menyangka bahwa ini telah diturunkan...”
Hafsh Bin Humaid meriwatkan dari Syamar bin Athiyyah, bahwa apabila Umar bin Khattab membaca ayat Q.S Maryam: 71 “Dan tidak seorangpun dari kalian yang tidak melewatinya (neraka)..”. Maka Umar menangis dan berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya termasuk yang engkau selamatkan atau yang engkau biarkan di dalamnya dalam keadaan berlutut?”
Abdurrahman bin Auf
Panggilannya Abu Muhammad. Beliau ialah salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk nirwana dan salah seorang dari enam orang Ahlusy Syura yang dibuat oleh Umar bin Khaththab. Beliau juga seorang yang turut serta dalam perang Badar. Sa’ad bin Ibrahim mengkisahkan “Pada suatu ketika seseorang mengantarkan makan malam Abdurrahman bin Auf yang mana siangnya dia berpuasa. Saat dia membaca Q.S Muzzamil 12-12, ”Sungguh, di sisi kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala, dan (ada) masakan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih…” Maka Abdurrahman menangis terus dan terus menangis hingga makanannya dibawa masuk lagi. Beliau tidak makan malam padahal siangnya berpuasa.
Abu Hurairah
Al-Imam Al-Faqih Al-Mujtahid Al-Hafizh Abu Hurairah Ad-Dausy Al-Yamaniy, penghulu para hafizh yang terpercaya. Sulaiman bin Muslim bin Jammaz menyatakan pernah mendengar Abu Ja’far memberikan bahwa pada dikala Abu Hurairah radhiallahu anhu membaca surat At Takwir, beliau bersedih seolah-olah ditinggal mati kerabatnya.
Aisyah
Aisyah binti Abu Bakar Ash-Ahiddiq Al-Qurasyiyah At-Tamimiyah Al-Makiyyah, Istri Nab Muhammad Saw. dan perempuan yang paling memahami urusan agama secara mutlak. Abu Dhuha meriwayatkan dari seseorang yang mendengar dari Aisyah Ra dikala dia membaca ayat: “Dan hendaklah kau tetap di rumahmu…” (Al-Ahzab : 33).
Siti Aisyah menangis hingga kerudungnya basah. Beliau menangis alasannya ialah menyesal telah pergi ke Basrah, dan keluar rumah dikala perang Jamal. Qasim berkata, “Saat saya berkeliling di pagi hari, saya biasa memulainya dengan rumah Aisyah; kuucapkan salam kepadanya. Suatu pagi saya ke sana kudapati ia asedang bertasbih (mengerjakan shalat) dan membaca: “Maka Allah memberi karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.” (Ath-Thur: 27).
“Siti Aisyah berdoa sambil menangis. Ia mengulang-ulangnya. Aku bangun menunggu hingga bosan. Karenanya saya pergi ke pasar berbelanja dan kemudian kembali ker rumah Aisyah. Ternyata ia masih bangun ibarat dikala kutinggalkan. Aisyah shalat sambil menangis.”
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Quran) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud dan mereka berkata “Maha suci rabb kami; sesungguhnya kesepakatan Rabb kami niscaya dipenuhi,” Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk” (Al- Isra: 107-109).
Baca juga: Fitnah Akhir Zaman
“Penghuni Syurga itulah orang-orang yang menang.” (Al-Hasyr: 20). Tangisan ialah basahan hidup, justru hidup dimulakan dengan tangis, dicela oleh tangis diakhiri pula dengan tangis. Manusia senantiasa dalam dua tangisan. Sabda Rasulullah Saw: “Ada dua titisan yang Allah cintai, pertama titisan darah para syuhada dan titisan air mata yang jatuh alasannya ialah takut akan Allah.” Nabi Muhammad Saw. juga bersabda: “Tangisan seorang pendosa lebih Allah cintai daripada tasbih para wali.”
Wahai Sahabat, apakah kalian termasuk golongan yang melow—meminjam istilah gaul dikala ini. Melow dengan artian sensitifnya hati sangat dianjurkan manakala terdengar kalam-kalam Allah Swt. dilantunkan. Jangan aib menangis alasannya ialah insyaAllah mata yang menangis menandakan hati yang sehat dan jernih.[]
*Penulis ialah mahasiswa Universitas Al-Azhar tingkat pertama.