2. Makna “ استوى على ” dalam bahasa Arab
Lafazh istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) secara bahasa Arab mustahil dipahami kecuali bermakna عَلاَ artinya: “ tinggi di atas ”, oleh alasannya ialah itu dalam tafsiran Salafush Sholeh terhadap lafadz ini, tidaklah keluar dari 4 makna :
- عَلاَ (tinggi di atas)
- ارْتَفَعَ (tinggi di atas)
- صَعِدَ (tinggi di atas)
- استقرّ ,yaitu tetap (tidak beralih dari keadaannya)
Dan cara memaknai yang sempurna ialah dengan membawakan kepada adonan empat makna tersebut di atas, terkait dengan hal ini, Syaikh Shalih bin Abdil 'Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah berkata dalam Syarhul Aqidah Al-Wasithiyyah :
كل هذه تجتمع في معنى الاستواء ليست تفسر الواحدة بالواحدة ، هو علا جل وعلا وارتفع وصعد واستقر ، كلها صحيحة ، جميعا توضح المعنى المراد
"Seluruh tafsiran Istiwa` ini, bukanlah berarti satu persatu menafsirkannya sendiri-sendiri secara terpisah ,akan tetapi (yang sempurna dikatakan bahwa) Allah Jalla wa 'Ala :'ala (tinggi di atas),irtafa'a (tinggi di atas), sha'ida (tinggi di atas) dan istaqarra (tetap tinggi di atas), semua makna ini benar, dan semuanya menjelaskan makna istiwa` ". [1]
Dengan demikian, kalau digabungkan seluruh makna tadi, maka tafsir bahwa Allah “استوى على العرش ” ialah Allah tinggi di atas ‘Arsy dan tetap tinggi di atas ‘Arsy-Nya.
Catatan penting :
1. Dalam kamus bahasa Arab, makna ارتفع dan صَعِدَ - pada sebagian makna-maknanya- kedua kata tersebut sanggup bermakna علا ,
sehingga kalau kedua kata tersebut diterjemahkan, maka menjadi : tinggi di atas.[2]
Oleh alasannya ialah itu, seorang pakar bahasa Arab, Ibnu Faris rahimahullah, dalam kitab terkenalnya :
Maqayisul Lughah, menyampaikan :
( صعد ) الصاد والعين والدال أصل صحيح يدل على ارتفاع ومشقة
“Sha'ida (shad,'ain, dal) ialah kata asal shahih, yang menawarkan makna tinggi di atas dan kesulitan (kondisi berat).” [3]
Dalam kitab kamus Lisanul 'Arab, Ibnu mandzur rahimahullah mengartikan kata “irtafa'a” dengan tinggi di atas :
ويقال : ارتفع الشيء ارتفاعا بنفسه إذا علا
“Disebutkan (suatu pola dalam bahasa Arab): “Sesuatu itu irtafa'a dengan sendirinya”, maknanya kalau sesuatu tersebut tinggi berada di atas”[4]
Hal ini sesuai dengan penjelasan Syaikh Muhammad Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah dalam kitab Syarh Aqidah Wasithiyyah, bahwa 'ala, irtafa'a, dan sha'ida, ketiga-tiganya bermakna sama, yaitu : “tinggi di atas”, dia berkata:
وأهل السنة والجماعة يؤمنون بأن الله تعالى مستو على عرشه استواء يليق بجلاله ولا يماثل استواء المخلوقين.فإن سألت: ما معنى الاستواء عندهم؟ فمعناه العلو والاستقرار.وقد ورد عن السلف في تفسيره أربعة معاني: الأول: علا، والثاني: ارتفع، والثالث: صعد. والرابع: استقر.لكن (علا) و: (ارتفع) و: (صعد) معناها واحد، وأما (استقر)، فهو يختلف عنها
“Ahlus Sunnah wal Jama'ah beriman bahwa Allah Ta'ala di atas 'arsy-Nya (al-istiwa'), dan istiwa'-Nya sesuai dengan Kemahaagungan-Nya, tidak sanggup disamakan dengan istiwa'nya makhluk.
Jika anda ditanya: “Apa makna istiwa' berdasarkan Ahlus Sunnah wal Jaama'ah?”, maka maknanya ialah tinggi di atas dan tetap tinggi di atas ('arsy).
Dan terdapat klarifikasi dari para Salafush Sholeh ihwal tafsir istiwa', yaitu ada empat makna: عَلاَ (tinggi di atas), ارْتَفَعَ (tinggi di atas), صَعِدَ (tinggi di atas), استقر (tetap di atas).
Akan tetapi 'ala, irtafa'a, sha'ida, maknanya satu (sama), adapun istaqarra maknanya berbeda dengan yang lainnya (makna konsekuensi -pent.).” [5]
2. Ketika seurang ulama Salaf menafsirkan istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dengan salah satu dari empat makna di atas, bukan berarti menafikan/menolak makna yang lain yang tidak mereka sebutkan diantara keempat makna tersebut.
Dan yang sempurna dalam memahami makna dari istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) ialah membawakannya kepada keseluruhan dari empat makna tersebut (makna gabungan).
(Bersambung, in sya Allah)
[1] https://books.google.co.id/books?id=CmsuDwAAQBAJ&pg=PA245&lpg=PA245&dq=
[2] lihat :http://www.almaany.com
[3] www.Islamweb.net/newlibrary/display_book.php?bk_no=124&ID=319&idfrom=2406&idto=2413&bookid=124&startno=6
[4] library.Islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=3226&idto=3226&bk_no=122&ID=3231