Saturday 16 November 2019

Mutiara Isti‘Adazah Dalam Shalat (2)

Setan begitu semangat menjauhkan insan dari Al Mutiara Isti‘adazah dalam Shalat (2)


Setan begitu semangat menjauhkan insan dari Al-Qur`an

Ulama bersepakat bahwa membaca Al-Qur`an dengan mentadabburinya dan mengamalkannya yaitu dzikir yang paling utama (afdhal), apalagi apabila hal itu dilakukan di dalam ibadah shalat yang merupakan rukun Islam terpenting setelah syahadatain, lebih-lebih lagi apabila yang akan dibaca adalah Ummul Qur`an(Induk Al-Qur`an), yaitu Al-Fatihah, lantaran mengandung makna-makna Al-Qur`an Al-Karim.

Oleh lantaran itulah membaca Al-Fatihah dalam shalat merupakan ibadah yang sangat agung, sehingga pantas apabila Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menjelaskan dalam kitabnya Dzauqush Shalah, hal. 21, bahwa setan paling semangat menganggu orang yang membaca Al-Qur`an dalam shalat yang mana shalat merupakan ibadah yang paling mulia.

Setan ingin setiap orang yang shalat tidak sanggup membaca Al-Fatihah dengan benar, atau tidak sanggup mentadabburi maknanya dengan baik, maupun tidak sanggup mengambil manfaat darinya.

Allah Ta‘ala mengetahui kesungguhan setan dalam mengganggu orang yang membaca Al-Qur`an dan kelemahan diri seorang hamba dalam menghadapi gangguan setan. Oleh lantaran itu, pantaslah apabila Allah Ta‘ala menyayangi hamba-Nya dengan memerintahkan kita untuk beristi‘adzah kepada-Nya dikala akan membaca Al-Qur`an, semoga kekhusyu‘an hati dan tubuh kita selamat dari gangguan setan sehingga kita sanggup membaca Al-Qur`an, mentadabburinya, dan mengambil manfaat darinya dengan baik. Hal ini merupakan alasannya keberuntungan, dan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.

Penjelasan makna Isti‘adzah

Ikhtilaf ulama

Beragam pendapat ulama wacana lafal-lafal isti‘adzah disebabkan ayat-ayat wacana isti‘adzah juga tidak hanya satu macam saja.

Allah Ta‘ala berfirman,

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Apabila kau membaca Al-Qur`an hendaklah kau meminta kontribusi kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Q.S. An-Nahl: 98).

رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (Q.S. Ad-Dukhaan: 6).

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Dan jikalau kau ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.” (Q.S. Al-A‘raaf: 200).

Berikut ini sebagian klarifikasi makna lafal isti‘adzah, berikut ulama yang beropini dengannya dan dalil yang mendasarinya.

Lafal Pertama

أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

A‘uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim

“Aku memohon kontribusi kepada Allah dari setan yang terkutuk.”
Dalilnya:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Apabila kau membaca Al-Qur`an, hendaklah kau meminta kontribusi kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (Q.S. An-Nahl: 98). Yang beropini demikian yaitu Imam Syafi‘i, Imam Abu Hanifah, dan isti‘adzah yang dipilih pula oleh para Qurra`.1
Terdapat atsar dari Umar bin Khattab radhiallahu‘anhu bahwa dia pernah membaca lafal ini sebelum membaca Al-Fatihah dalam shalatnya. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (2455), Atsar ini shahih, semua perawinya tsiqah.2

[Bersambung]

***

Penulis : Ust. 
Sumber Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post