Membicarakan pribadi dia dan kehidupannya ialah suatu hal yang tidak sanggup dituangkan dalam satu buku saja, apalagi hanya dalam artikel yang singkat ini.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقتدوا باللذين من بعدي من أصحابي أبي بكر وعمر
“Ikutilah orang-orang yang sesudahku dari para sahabatku,yaitu: Abu Bakar dan Umar”(Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’).
Pada artikel bab yang pertama, telah disebutkan bahwa keyakinan kepada Allah ialah pondasi perilaku dia terhadap harta. Di bab tersebut telah disampaikan bagaimana tingginya rasa takut dia kepada Allah. Hal ini menjadi modal besar di dalam menyikapi harta dengan benar di dunia ini. Mari kita perhatikan bentuk keimanan dia yang lainnya dalam artikel kedua ini.
Zuhud Beliau (meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat di Akhirat)
Di antara perilaku Umar radhiyallahu ‘anhu adalah zuhud terhadap dunia dan perhiasannya serta mengharap pahala di sisi Allah. Banyak pola yang menunjukkan hal itu, namun satu saja yang akan dinukilkan di sini, yaitu sebuah cerita yang dituturkan pribadi oleh beliau radhiyallahu ‘anhu,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعطيني العطاء فأقول أعطه أفقر إليه مني، حتى أعطاني مرة مالاً، فقلت: أعطه من هو أفقر إليه مني، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (خذه فتموله، وتصدق به، فما جاءك من هذا المال، وأنت غير مشرف ولا سائل فخذه، ومالا فلا تتبعه نفسك)
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dulu pernah memberiku suatu pemberian, kemudian akupun mengatakan, ‘Berikanlah itu kepada yang lebih membutuhkan dari aku. Di ketika yang lain dia pun memberiku harta lagi, kemudian akupun mengatakan, ‘Berikanlah itu kepada orang yang lebih membutuhkan dari aku.’ Akhirnya dia pun bersabda, ‘Ambilah harta itu, kemudian milikilah sebagai hartamu dan bersedekahlah dengan harta itu. Sesuatu yang tiba kepadamu dari harta ini, sedangkan Anda tidak tergiur bersemangat mengharap-harapnya dan tidak pula memintanya, maka ambillah. Adapun jikalau sebaliknya, maka janganlah nafsumu mencari-carinya (jika harta tersebut tidak tiba kepadamu)’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dan yang lainya).
Wara’ beliau (meninggalkan sesuatu yang membahayakan nasibnya di Akhirat)
Di antara perilaku Umar radhiyallahu ‘anhu yang menunjukkan kesempurnaan agamanya adalah wara’nya dia dalam meninggalkan sesuatu yang terperinci keharamannya maupun yang masih samar atau belum terperinci halal dan haramnya (syubhat).
Beliau dahulu mempunyai onta yang biasa diperas susunya untuk diminum. Suatu hari, seorang pembantu yang kurang dikenalinya tiba pada beliau.
Maka berkatalah Umar radhiyallahu ‘anhu,
ويحك من أين هذا اللبن لك؟
“Celaka engkau! Darimana kamu dapatkan susu ini?”.
Lalu pembantunya tersebut menjawab,
يا أمير المؤمنين إن الناقة انفلت عليها ولدها، فشربها، فحلبت لك ناقة من مال الله
“Wahai Amirul Mukminin, bahwasanya anak onta Anda lepas dari induknya, kemudian (setelah kembali) anak onta itu pun menyusu kepada induknya. Aku pun memeras susu untukmu dari onta lain yang merupakan harta Allah”.
Berkatalah Umar radhiyallahu ‘anhu,
ويحك، تسقني ناراً
“Celaka engkau! Engkau memberiku minum dari api neraka” (Riwayat hasan, diriwayatkan Ibnu Zanjawiyyah di Al-Amwaal dan Ibnu Syabbah di Taariikh Al-Madiinah). [1]
Kedermawanan beliau
Umar radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang sangat dermawan, banyak bersedekah di jalan Allah, dan banyak melapangkan rakyatnya. Beliau berlomba dengan Abu Bakar Ash-Shiddiiq radhiyallahu ‘anhuma dalam bersedekah. Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bersedekah dengan harta termahal yang dimilikinya, yaitu tanah miliknya di kawasan Khaibar (Riwayat Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Beliau juga sangat bahagia memberi dalam menjamu tamu. Ketika dia kedatangan tamu, Utbah bin Farqod, Umar pun berucap, “Sungguh kami akan menyembelih satu ekor onta setiap hari. Adapun onta yang berlemak (gemuk) dan onta terbaik, maka itu untuk kaum muslimin yang mengunjungi kami dari banyak sekali penjuru” (Diriwayatkan oleh Hanad dan yang lainnya. Riwayat shahih dari jalan Hanad).
Insyaallah, dalam artikel selanjutnya akan disebutkan sebagian perilaku Umar dalam mengelola harta negara.
***
(Bersambung ke Antara Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu dan harta (3)).
(Diolah dari Dirasah Naqdiyyah fil Marwiyyaatil Waaridah fi syakhshiyyati ‘Umar Ibnil Khaththab, DR. Abdus Salam bin Muhsin Ali ‘Isa , penerbit: Al-Jaami’ah Al-Islamiyyah (PDF)).
Catatan kaki
[1] Dinukil dari Dirasah Naqdiyyah fil Marwiyyaatil Waaridah fi syakhshiyyati ‘Umar Ibnil Khaththab, DR. Abdus Salam bin Muhsin Ali ‘Isa , penerbit: Al-Jaami’ah Al-Islamiyyah (PDF), hal. 1/331
—
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id