Penampilan tari Rapai Geleng Aceh di Opera Damanhour Mesir (Foto: Ari Adliansyah) |
Film Hafalan Shalat Delisa dan tari Rapai Geleng Aceh berhasil menarik perhatian rakyat Mesir dan guncang panggung Alexandria dan Damanhour. Film Delisa tampil dalam pameran “al-Yaum ats-Tsaqafi al-Indonisi” bersama tim kesenian Sanggar Seni Aneuk Nanggroe . Festival yang diadakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Mesir berlangsung selama dua hari dan di dua tempat berbeda. Hari pertama (20/11) di Opera Sayyed Darwisy Provinsi Alexandria dan hari kedua (21/11) di Opera Provinsi Damanhour.
Festival “al-Yaum ats-Tsaqafi al-Indonisi” merupakan ajang pengenalan kebudayaan Indonesia yang diadakan untuk mempererat kekerabatan diplomatik antara Indonesia dan Mesir, salah satunya melalui ajang seni dan kebudayaan tradisi nusantara.
Pada puncak program ini dilakukan pemutaran film Hafalan Shalat Delisa. Film yang disesuaikan dari novel karya Tere Liye ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari rakyat Mesir. Film ini mengisahkan wacana seorang gadis kecil yang selamat dari amukan dahsyat tsunami yang terjadi di Aceh pada 2004 silam. Sebagian penonton bahkan tidak sanggup menahan isak tangis ketika melihat bencana dahsyat tsunami yang difilemkan melalui film Delisa ini.
“Film ini mengisahkan wacana kekuatan, dan keteguhan jiwa. Film ini juga mengajarkan kita wacana arti keikhlasan dalam aneka macam hal. Sangat menyentuh. Semoga kita sanggup mengambil ibrah dari film ini,” ujar Majdi, warga Mesir yang menonton film Delisa.
Dalam kata sambutannya, Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmi Fauzi, menyampaikan bahwa Aceh merupakan salah satu provinsi religius di Indonesia dan satu-satunya provinsi Indonesia yang menerapkan syariat Islam.
"Di antara sekian banyak provinsi di Indonesia, Aceh merupakan tempat religius yang menerapkan syariah Islam. Pernah diterpa bencana alam dahsyat tsunami yang meluluhlantakkan tapi mereka tetap berpengaruh dan bahkan berhasil bangkit. Oleh karenanya, pada malam ini kita mempersembahkan sebuah film wacana Aceh serta sebuah penampilan tarian tradisional yang sarat syiar Islami dari tempat tersebut," ujar Helmi Fauzi.
Tak ketinggalan, penampilan Rapai Geleng juga mendapat apresiasi dan sambutan luar biasa dari penonton. Para hadirin yang didominasi rakyat Mesir tampak antusias menyaksikan setiap gerakan serempak yang ditampilkan para penari. Tepuk tangan meriah riuh terdengar dari dingklik penonton setiap kali para pemain melaksanakan variasi gerakan mereka.
Baca juga: Rapai Geleng dan Likok Pulo KMA Berhasil Rebut Perhatian di Panggung Festival Internasional di Mesir
Nurul Hadi, instruktur tim kesenian mengungkapkan rasa syukur atas dogma yang diberikan kepada KMA untuk menampilkan wajah budaya Indonesia melalui tari tradisi Aceh Rapai Geleng.
"Sebuah kehormatan besar mendapat kesempatan untuk tampil dalam program pertukaran budaya Indonesia-Mesir yang diselenggarakan atas kolaborasi budaya dan pariwisata kedua belah pihak. Kesenian Aceh mendapat apresiasi yang luar biasa dan disambut sangat meriah. Kami sangat bersyukur sanggup menjadi mediator mengenalkan tradisi moyang Aceh di mata dunia," ujur Nurul Hadi penuh rasa bahagia.[]
Khalid Muddatstsir