Sunday, 1 December 2019

I‘Rab Lā Ilāha Illallāh Dan Imbas Maknanya (9)

 yang dicintai dengan puncak kecintaan dan ditaati dengan puncak ketundukan I‘rab Lā ilāha illallāh dan Pengaruh Maknanya (9)1.
  • Ibnu Rajab raimahullāh menjelaskan bahwa realisasi kalimat lā ilāha illallāh yang mengandung dua rukun tersebut ialah dengan mewujudkan tauhid dengan hatinya, maka ia akan mengeluarkan segala sesuatu (segala bentuk peribadatan kepada) selain Allah, menyerupai kecintaan, pengagungan, penghormatan, pemuliaan, rasa takut dan tawakkal (kepada selain Allah dari hatinya), pada ketika itu seluruh dosa-dosa dan kesalahanya dihapuskan, walaupun menyerupai buih di lautan2.
    Lihatlah, bagaimana dia memaparkan rukun An-Nafyu dengan mengeluarkan segala sesuatu selain Allah dari hati seorang hamba! Tentunya rukun An-Nafyu haruslah dipahami dalam konteks An-Nafyu yang mengandung Al-Ibāt, sehingga nampak nilai pengesaan Allah (tauhid) dengan kedua rukun sekaligus.
    Demikianseorang hamba yang benar-benar memahami dan mengamalkan tuntutan kalimat tauhid ini ialah sosok hamba yang tidak menyayangi dengan jenis cinta yang ibadah kecuali kepada Allah, tidaklah takut dengan jenis takut yang ibadah kecuali kepada Allah, tidaklah mengharap dengan jenis keinginan yang ibadah kecuali kepada Allah, dan seterusnya dari banyak sekali macam ibadah ia hanya persembahkan kepada Allah semata, bahkan ia sempurnakan peribadatan kepada Rabbnya tersebut.
    1. Syaikh Abdur Rahman Alusy-Syaikh raimahullāmenjelaskan dalam kitabnya Fathul Majid bahwa orang yang lapang dada dalam mengucapkan kalimat tauhid ini ialah yang mengucapkan kalimat tauhid tersebut dengan lapang dada dan keyakinan sempurna, maka dalam keadaan yang menyerupai ini -pada asalnya- tidaklah ia terus-menerus melaksanakan suatu dosa, alasannya ialah kesempurnaan lapang dada dan keyakinannya mengharuskan Allah lebih ia cintai dari segala sesuatu dan lebih ia takuti dari segala sesuatu, maka ketika itu tidak tersisa dalam hatinya kehendak terhadap apa yang Allah haramkan dan tidak terdapat pula ketidaksukaan terhadap apa yang Allah perintahkan3.
    [Bersambung]
    ___
    1. Fatḥul Majīd, hal. 53  yang dicintai dengan puncak kecintaan dan ditaati dengan puncak ketundukan I‘rab Lā ilāha illallāh dan Pengaruh Maknanya (9)
    2. Fatḥul Majīd, hal. 72.  yang dicintai dengan puncak kecintaan dan ditaati dengan puncak ketundukan I‘rab Lā ilāha illallāh dan Pengaruh Maknanya (9)
    3. Fatḥul Majīd, hal. 5  yang dicintai dengan puncak kecintaan dan ditaati dengan puncak ketundukan I‘rab Lā ilāha illallāh dan Pengaruh Maknanya (9)
    ***
    [serialposts]
    Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
    Sumber : Muslim.or.id
    banner
    Previous Post
    Next Post