Monday 16 December 2019

Kemana Era Mudaku Melangkah? (6)

Kedudukan hati ialah hal fundamental yang menjadi lantaran baik dan buruknya seseorang Kemana Masa Mudaku Melangkah? (6)


Virus Berbahaya bagi Pemuda

1. Penyakit hati
Kedudukan hati ialah hal fundamental yang menjadi lantaran baik dan buruknya seseorang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia ialah hati (jantung)” (HR. Bukhari  dan Muslim).
Dari hadis di atas sanggup diambil pelajaran, bahwa selayaknya para cowok yang menginginkan kebaikan bagi diri, masyarakat, bangsa, dan negaranya hendaknya memperhatikan kesehatan hati. Hendaknya mereka menjauhi hal yang mengakibatkan hatinya tidak sehat.
Dalam sebuah hadit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن مما أخشى عليكم شهوات الغي في بطونكم وفروجكم ومضلات الهوى
“Sesungguhnya di antara yang saya takutkan atas kalian ialah syahwat menyimpang pada nafsu perut dan kemaluan kalian, serta hawa nafsu yang menyesatkan” (HR. Ahmad dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di shahih At-Targhib 52).
Dalam hadits ini, disebutkan kedua macam penyakit hati, yaitu:
  1. Pada kalimat “syahwat menyimpang pada nafsu perut dan  kemaluan kalian” mengatakan kepada fitnah syahwat (kedudukan, harta, wanita, sanjungan, dan yang lainya).
  2. Sedangkan pada kalimat “hawa nafsu yang menyesatkan” mengatakan kepada fitnah syubhat (pemikiran rancu, aliran menyimpang, keyakinan sesat, dan yang lainya).
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan kedua macam penyakit tersebut ialah induk penyakit hati, dia berkata,
جِمَاع أمراض القلب هى أمراض الشبهات والشهوات
“Induk yang mengumpulkan seluruh penyakit hati itu ada dua syubhat dan syahwat” (Ighatsatul Lahfan).
Oleh lantaran itu Allah Ta’ala melarang kita mengikuti orang yang mengekor hawa nafsu lagi lalai,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kau gotong royong dengan orang-orang yang beribadah kepada Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan suplemen dunia ini dan janganlah kau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan ialah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi: 28).
2. Teman yang merusak
Teman sangat kuat dalam keyakinan, prinsip hidup, gaya hidup, dan adab seorang pemuda. Banyak cukup umur yang dikala masih duduk di dingklik Sekolah Menengah Pertama berakhlak baik dan rajin salat. Akan tetapi, ketika ia salah bergaul, disadari atau tidak, teladan pikir dan gaya hidup yang bertentangan dengan syariat Islam mulai masuk. Hampir setiap hari dia berguru dari temannya tersebut bagaimana bersikap, menentukan aktifitas, dan bergabung dengan suatu komunitas.
Dari pertemannya, seolah ia mendengarkan “kuliah” yang disampaikan temannya tersebut ketika ia bergaul dengannya, sehingga kosakata buruk mulai menempel dibenaknya, pikiran kotor menjadi sajian hariannya, dan hobi yang merusak pun mulai erat dalam kehidupan kesehariannya. Anda jangan kaget, jikalau ia tiba-tiba menjelma cowok yang rusak, contohnya suka tawuran, mabuk-mabukan, garang kepada orang tua, ikut kelompok teroris, dan meninggalkan salat, bahkan melaksanakan syirik.
Maka benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang itu sesuai dengan agama sobat dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sobat dekatnya” (HR. Abu Daud dan Tirmidzidishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Oleh lantaran itu, salah satu cara jikalau Anda, wahai cowok Islam ingin mengetahui kualitas iktikad Anda dan ingin mengenal tipe ruh Anda, maka perhatikanlah dengan siapa Anda bersahabat dan periksalah dengan grup dan komunitas siapa Anda berkumpul.
Simaklah hadits berikut ini. Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari rahimahullah dalam shahihnya, disebutkan bahwa Ibunda kaum mu`minin, Bunda ‘A`isyah radhiyallahu ‘anha mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok.”
Berkata Al-Khaththabi rahimahullah,
يحتمل أن يكون إشارة إلى معنى التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخيِّر من الناس يحن إلى شكله والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جبلت عليها من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت، وإذا اختلفت تناكرت.
“Kemungkinan maknanya ialah hal ini merupakan aba-aba kepada kesesuaian tipe, baik dalam kebaikan maupun dalam keburukan, baik dalam kebaikan maupun kerusakan. Bahwa orang yang baik itu rindu kepada orang yang setipe dengannya. Demikian pula orang yang buruk hatinya suka kepada orang yang semisalnya (pula). Jadi, saling kenalnya antar ruh itu terjadi sesuai dengan watak yang ada pada mereka, baik (ruh) yang baik maupun (ruh) yang buruk.  Maka jikalau ruh-ruh tersebut setipe, menjadi saling kenal (akrab)lah mereka. Namun, jikalau mereka tidak setipe, maka mereka tidak saling cocok (tidak akrab).”
Pemuda Islam! Sesungguhnya alasan klasik sebagian cukup umur dan cowok ketika erat dengan teman-teman buruknya aku gak ikut-ikutan berbuat buruk kok, saya cuman gaul aja dengan mereka adalah alasan yang tidak tepat, lantaran tidaklah ia suka nongkrong berlama-lama dengan mereka, mendengar dialog yang tidak baik, dan mengikuti mereka kesana-kemari untuk hal yang buruk, melainkan lantaran ada kecocokan tipe keburukan antara dia dengan mereka, walaupun ia tidak ikut melaksanakan perbuatan buruk mereka. Jikalau seseorang benar-benar membenci keburukan teman-temannya, tentulah keimanannya menuntutnya untuk tidak betah berakrab-akrab dengan mereka. Tidaklah ia bertemu dengan mereka kecuali untuk tujuan kebaikan, mendakwahi mereka atau mengingkari kemungkaran mereka , bukannya justru membisu atau larut dalam keburukan.
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post