Friday 20 December 2019

Penjelasan Kitab Tauhid: Ihwal Jimat Gelang (3)

Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu  Penjelasan Kitab Tauhid: Tentang Jimat Gelang (3)1 dengan makna alladzi (yang).
Di dalam ilmu Balaghah (Sastra Arab), kata ini menunjukkan makna umum, meliputi seluruh sesembahan selain Allah yang mereka sembah, yaitu: sebagian para nabi, rasul dan orang-orang shalih (QS. Al-Maa`idah:116), malaikat (QS. Saba`: 40-41), bintang, matahari,bulan, pohon, batu, patung dan berhala.

Renungan

Bandingkan dengan sesembahan musyrikin zaman kini yang disebut-sebut sebagai zaman modern!
Niscaya Anda akan mendapat fenomena yang nyaris hampir sama dengan kaum musyrikin zaman dahulu.
Hal ini menunjukkan bahwa kemodernan zaman yang ditandai dengan ketinggian teknologi dan kemakmuran perekonomian itu, bukanlah menjadi jaminan keselamatan kepercayaan insan yang hidup di dalamnya!
Sehingga sangat memungkinkan insan di zaman modern melaksanakan kesyirikan akbar! Apalagi banyak orang yang meninggalkan mempelajari Tauhid dengan baik.
Firman Allah,
{إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ}
Jika Allah hendak mendatangkan kemadharatan kepadaku, apakah sesembahan-sesembahan itu sanggup menghilangkan kemadharatan itu? atau kalau Allah menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku apakah mereka bisa menahan rahmat-Nya?”
Dengan macam sesembahan mereka ibarat yang sudah disebutkan di atas, maka ayat ini sebetulnya berkenaan dengan syirik akbar, namun mengapa Syekh membawakannya untuk membantah syirik jimat, yang biasanya di dalam kitab-kitab perihal disiplin ilmu Tauhid, dikategorikan ke dalam teladan syirik kecil2?
Bagaimana alasan pendalilannya?
Jawab:
1) Alasan pendalilan (wajhud dalalah) pertama :
Ayat ini untuk membantah ketergantungan hati pelaku syirik besar kepada sesembahan-sesembahan selain Allah, sedangkan hal ini ada dalam hati pemakai jimat.
Walau kadar ketergantungan hati pemakai jimat kepada jimatnya – selama pemakainya meyakini jimat tersebut sebagai alasannya yaitu saja- tidaklah sebesar ketergantungan hati pelaku syirik besar kepada sesembahan-sesembahan mereka.
Kaprikornus Ayat ini untuk menyatakan batilnya ketergantungan hati kepada selain Allah.
Jika ketergantungan hati kepada sebagian para nabi, rasul dan orang-orang shalih saja yaitu sebuah kebatilan, maka lebih-lebih lagi ketergantungan hati kepada jimat,benda-benda mati, yang tidak bernyawa dan rendahan itu!
2) Alasan pendalilan (wajhud dalalah) kedua :
Ayat ini untuk tetapkan bahwa sesembahan-sesembahan mereka selain Allah, tidak kuasa menolak mudharat atau memberi manfa’at, maka lebih-lebih lagi jimat, yang merupakan benda rendahan itu!
Jimat lebih tidak bisa memberi manfa’at atau menolak mudhorot dan bukan pula sebagai alasannya yaitu yang kuat dalam didapatkannya manfaat atau tertolaknya mudhorot. Berarti alasan pendalilan pada ayat ini yaitu dengan menggunakan qiyas/ analogi.
(Bersambung, in sya Allah)
***
Catatan kaki
1Isim Maushul adalah kata yang tidak jelas, sehingga selalu membutuhkan anak kalimat penjelas yang mengandung kata ganti yang kembali kepada Isim Maushul tersebut.
2. Tentu dikatakan menggunakan jimat merupakan syirik kecil, selama keyakinan pemakainya adalah jimat tersebut diyakini sebagai alasannya yaitu saja (sedangkan Allah lah yang mentakdirkan), dan tidak diyakini jimat itu kuat dengan sendirinya, terlepas dari kehendak Allah Ta’ala. Lihat klarifikasi di artikel sebelumnya.
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post