Sunday 22 December 2019

Mengapa Harus Muharram



Foto: Ilustrasi (Google image)

Oleh: Riza Chaddafi*
 

Bulan Muharram merupakan awal bulan hijriah. Selain itu bulan Muharram juga terbilang di dalam formasi sejumlah bulan yang disucikan umat Islam. Sungguh banyak bulan Muharram yang telah di lalui oleh umat insan mulai dari zaman prasejarah hingga zaman bersejarah yang kita rasakan ketika ini. Lebih dari itu, bulan Muharram banyak merekam insiden bencana penting dalam peradaban umat manusia.

Adapun peristiwa-peristiwa penting tersebut, Allah menyelamatkan Nabi Musa dari makar Fir’aun, dan pada bulan ini juga Allah menentukan pemimpin perjaka nirwana sebagi syahid dalam memperjuangkan keadilan. Sebenarnya ini semua bukanlah kebetulan, akan tetapi memang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyusun ini semua di dalam Lauhulmahfuz .

Wahai bulan Muharram engkaulah saksi akan syahidnya pemimpin perjaka surga, engkaulah saksi kekejaman Fir’aun sehingga Allah Swt. menenggelamkannya di lautan yang dalam. Wahai bulan Muharram, orang-orang Yahudi berpuasa pada hari kesepuluh dari hari harimu untuk mengenang sejarah mereka.

Begitu juga kami umat Islam berpuasa pada hari itu, alasannya kami merasa kami lebih berhak dari pada Yahudi untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Musa.

Wahai bulan Muharram kami diperintahkan Nabi kami untuk berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh pada hari hari mu. Untuk membedakan kami dari mereka yang menyembah anak sapi yang berpuasa pada hari kesepuluh dari hari hari mu.

Wahai bulan Muharram kami sedih, kami murung di kala engkau mendatangi kami. Diri mu mengingatkan kami akan luka yang pernah tersayat dalam sejarah kami wacana kejamnya mereka yang tega memenggal cucu utusan Allah. Kami murung walaupun kami tahu bahwasannya ia hidup di sisi Tuhan-nya.

Wahai bulan Muharram engkau yaitu awal dari bulan bulan yang akan datang. Semoga dengan kedatanganmu ini kami dapat lebih bertaqwa dari bulan bulan yang telah lalu. Kami sadar bergotong-royong ketika hari ini Allah masih memberi izin kami untuk bernafas, berarti Allah masih memberi kami izin untuk mengucapkan tobat atas apa yang telah lalu. 
 
*Penulis yaitu mahasiswa tingkat final Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo

banner
Previous Post
Next Post