Friday 20 December 2019

Penjelasan Kitab Tauhid: Wacana Jimat Gelang (6)

Barangsiapa yang menggantungkan tamimah maka ia telah melaksanakan kesyirikan Penjelasan Kitab Tauhid: Tentang Jimat Gelang (6)


Dalil Keempat

Hadits ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu (HR. Ahmad 4/156, shahih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah maka ia telah melaksanakan kesyirikan”.
Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa orang yang menggantungkan tamimah telah terjerumus dalam kesyirikan. Hal itu dikarenakan orang hati pelakunya bergantung kepada selain Allah. Dia bergantung kepada sesuatu yang disangka sebab, padahal bukan.
Ulama telah menjelaskan bahwa orang-orang yang tetapkan sesuatu sebagai sebab, padahal Allah tidak menjadikannya sebab, berarti telah melaksanakan syirik kecil. Hatinya tergantung kepada hal yang bukan sebab. Ini merupakan pola yang secara umum benar, walaupun pada sebagian contohnya, terdapat pembahasan tersendiri. Dalam hadits ini, sangatlah terang mengatakan bahwa pemakai jimat telah melaksanakan kesyirikan.
Alasan pendalilan
Hadits ini mengatakan bahwa pemakai jimat ialah pelaku kesyirikan. Demikian lantaran adanya vonis aturan syirik yang terdapat dalam hadits ini. Hadits ini tidak dikhususkan satu jenis jimat saja, namun umum untuk jimat dengan seluruh jenisnya.
Pada seluruh jimat, terdapat kesamaan lantaran larangan, yaitu adanya ketergantungan hati pemakai jimat kepada selain Allah. Pemakai jimat bergantung kepada sesuatu yang disangka sebab, padahal bukan. Hal ini melemahkan tawakkalnya kepada Allah Ta’ala dalam mendapat manfaat ataupun menghindari bahaya.
Jenis kesyirikan menggunakan jimat
Syirik kecil: jimat tersebut diyakini sebagai lantaran saja. Pelaku hanya meyakini bahwa jimat ialah lantaran terjadinya sesuatu. Di sisi lain, pelaku meyakini bahwa Allahlah yang menjadikan segala sesuatu dengan jimat tersebut. Hal ini menjadikan pelaku terjatuh dalam syirik kecil lantaran hatinya bergantung pada jimat tersebut sebagaimana ia bergantung pada sebab.
Syirik besar:  imat tersebut diyakini bukan sebagai sebab. Jimat itu kuat dengan sendirinya, terlepas dari kehendak Allah. Hukum ketergantungan hati semacam ini ialah syirik besar lantaran menyakini ada yang bisa memberi manfaat dan menolak ancaman di luar kehendak Allah. Syirik semacam ini termasuk dalam syirik rububiyah.
Ditinjau dari ketergantungan hati pemakai jimat kepada jimat tersebut, dengan rasa harap pemakainya untuk mendapat manfaat, maka syiriknya jimat jenis ini termasuk syirik dalam ibadah (Uluhiyyah).
Faedah yang bisa diambil dari hadits di atas
  1. Bahwa menggantungkan tamimah termasuk salah satu bentuk kesyirikan.
  2. Bahwa menggantungkan tamimah dan jenis jimat yang lainnya itu divonis kesyirikan, lantaran adanya ketergantungan hati kepada selain Allah dalam mendapat manfaat maupun menghindari/menghilangkan penyakit/mara bahaya. Padahal jimat itu benda tak bernilai, tidak bisa memberi manfaat dan tidak bisa menolak ancaman serta bukan pula sebagai lantaran yang bermanfa’at. Bahkan, jimat justru menjadi lantaran yang membahayakan pemakainya, di dunia maupun di akhirat.
Akibat jelek di Dunia adalah
  • Kesengsaraan hati, yaitu saat hati pemakainya bergantung kepada jimat dan berpaling dari bergantung kepada Allah, Sang Pemberi manfaat dan Sang Penolak bahaya.
  • Dengan menggunakan jimat, pemakainya tidak akan mendapat manfaat yang dikehendakinya Hal ini lantaran jimat bnukanlah media yang sanggup mengantarkan seseorang menuju apa yangh diinginkanya. Kalaupun terkadang ia merasa berhasil tercapai maksudnya, maka tentu bukanlah dikarenakan menggunakan jimat tersebut, tapi lantaran karena yang lainnya, hanya saja waktu tercapainya tujuan pemakai bertepatan dengan aturan pemakaian jimat yang dipakai.
Akibat jelek di Akhirat adalah
  • Ancaman siksa lantaran melaksanakan kesyirikan.
  • Ancaman tidak diampuni oleh Allah, kalau pemakai jimat mati, sedangkan ia tidak bertaubat, berdasarkan pendapat terkuat bahwa pelaku syirik kecil tidak diampuni dosanya. Jika mati tidak bertaubat kepada Allah Ta’ala, sehingga haruslah melalui proses timbangan antara amal kebaikan dengan keburukannya.
(Bersambung)
***
[serialposts]
Penulis: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post