Saturday, 7 December 2019

Rapai Geleng Dan Likok Pulo Kma Goncangkan Panggung Pameran Internasional Di Mesir

Tarian Likok Pulo
Kmamesir.org. (3/4/2016). Sanggar Seni Aneuk Nanggroe kembali unjuk kebolehan dengan tampil di panggung Opera House Damanhur. Sanggar pujian KMA ini mewakili Indonesia pada ajang Damanhour International Folklore Festival Ke-IV yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Mesir. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 1-7 April ini juga diikuti oleh banyak sekali negara menyerupai Yordania, Cina, Aljazair, India, Kenya, dan Palestina. Masyarakat Mesir sendiri tampak begitu antusias dengan program ini.

“Penonton sangat terpukau dan memberi tepuk tangan yang berulang-ulang dikala Likok Pulo dan Rapai Geleng tampil di awal program malam tadi.” Ucap pihak KBRI yang bertugas mendampingi perwakilan KMA. Selain Rapai Geleng dan Likok Pulo, Indonesia juga diwakili oleh tarian Srikandi oleh mahasiswi dari Jawa Tengah. 

Khalid Muddatstsir selaku ketua Sanggar Seni Aneuk Nanggroe dikala dihubungi tim redaksi menjelaskan bahwa ini ialah penampilan perdana bagi tarian Likok Pulo. 

"Ini ialah penampilan perdana tarian Likok Pulo. Dengan tempo latihan yang relatif singkat yaitu 3 minggu, tarian Likok Pulo dapat tampil maksimal dan berhasil memukau semua penonton yang hadir. Sedangkan untuk Rapai Geleng, menyerupai biasa, selalu menghibur. Cuma pada penampilan kali ini kami menampilkan sedikit improvisasi dan beberapa gerakan baru." Tambah Khalid.

Tarian Rapai Geleng
“Likok Pulo dan Rapai Geleng merupakan jati diri orang Aceh. Sudah seharusnya kita menjaga warisan endatu dan niscaya kami akan selalu tampil maksimal dalam setiap event, dimanapun dan kapanpun itu.” Ucap Farhan Jihadi selaku instruktur Likok Pulo.


setiap tahunnya selalu berusaha memperlihatkan bantuan dalam memperkenalkan budaya Aceh dalam banyak sekali kegiatan, baik itu di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir maupun kepada masyarakat Mesir dalam skala Internasional. Budaya Aceh ialah budaya syariat dan sangat layak untuk diperkenalkan kepada dunia.

“Setiap final penampilan kita biasanya tidak eksklusif mengganti kostum dulu. Karena biasanya kami memperlihatkan momen foto-foto bersama masyarakat Mesir yang datang. Biar mereka tahu bahwa budaya Aceh ialah budaya luhur dan ramah.” Tambah Sabrun dikala jumpa fans di depan gedung opera yang dibangun Raja Fuad I pada tahun 1930. (HJ)
banner

Related Posts: