Wednesday, 8 January 2020

Afwan Ya Rabbi (Maafkan Saya Duhai Tuhanku)

Google Image
Oleh: Qalbun Muhtariq

Dalam banyak kesempatan, sebab rahmat-Nya yang sangat luas Allah sering berjanji bahwa Ia akan mendapatkan semua doa hamba-Nya. Dalam Surat Al-Ghafir (ayat 60) Allah berfirman, “Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Aku perkenankan bagimu.”

Pada surat Al-Baqarah (ayat 186) Allah juga berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) ihwal Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila beliau berdoa kepada-Ku.”

Agar dikabulkan Allah Swt., setiap doa memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi. Di antaranya yakni bertaubat dan yakin bahwa doa tersebut akan diterima Allah. Kemudian menyucikan jiwa dari yang haram, mulai dari makanan, minuman dan pakaian, serta hati dari segala bentuk penyakitnya. Jika syarat-syarat ini terpenuhi, maka Allah dengan rahmat-Nya akan mendapatkan dan mengabulkan segala usul hamba-Nya.

Akan tetapi, terkadang kita berkata, “Aku telah bertaubat kepada Allah, saya juga telah menyucikan hati dan jiwa dari segala yang haram, tapi kenapa Allah tidak mendapatkan doaku?”

Pertanyaan menyerupai inilah yang menggerakkan tangan untuk menyelesaikan goresan pena singkat ini, sedang hati terasa terbakar, ketika merenung balasan syekh Ramadhan Al-Buthi dalam kitabnya Min Sunanillah fi ‘Ibâdih. Perlu kiranya kita mengetahui, apa makna istijabatullah akan doa hamba-Nya, serta bagaimana bentuk penerimaan doa hamba oleh Allah Swt.

Istijabatullah tidak mesti dengan menunjukkan abjad perhuruf menyerupai yang diinginkan seorang hamba dalam doanya. Terkadang istijabatullah berbentuk realisasi dari tujuan yang bersama-sama diinginkan oleh si pendoa dari doanya tersebut.

Dalam buku tersebut, Syekh Buthi menceritakan sebuah kisah kasatmata yang ia saksikan sendiri. Seorang cowok berdoa kepada Allah biar ia lulus di sebuah universitas kedokteran. Dengan keinginan sehabis menjadi seorang dokter maka pintu rezekinya akan terbuka lebar, dan kehidupan keluarganya akan lebih gampang nantinya.

Ia yakin bahwa Allah akan mendapatkan doanya, semua syarat doa sudah diusahakan sebisanya untuk dipenuhi. Namun kenyataannya ia tidak lulus. Meski demikian ia tidak berburuk sangka kepada Allah. Ia yakin bahwa Allah mendengar serta melihat doa dan usahanya, dan Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.

Setelah gagal di kedokteran, ia mulai merintis perjuangan kecil-kecilan dengan membuka sebuah toko. Usahanya perlahan maju, dan berkembang. Hanya dalam beberapa tahun berikutnya, ia telah sanggup hidup glamor dan senang bersama keluarganya. Ketika itu ia berkata, “Sungguh tepat pilihan Allah, hidup sebagai pedagang justru lebih tepat dari pada seorang dokter.”

Inilah makna istijabatullah. Allah memang tidak menjadikannya sebagai seorang dokter, tetapi bukankah Allah telah membukakan pintu rezekinya, sesuai dengan tujuan doanya.

Sekarang mari kita menulis kisah eksklusif masing-masing ihwal istijabatullah yang semacam ini. Mungkin tak terhitung, betapa banyak kita meminta sesuatu kepada Allah, yang intinya sesuatu tersebut yakni hanya sebagai jembatan bagi tujuan lainnya. Kemudian kita mendapati Allah menyempurnakan tujuan utama kita dengan caranya yang sangat hikmah.

Itu sebab Allah lebih erat dengan kita dari pada urat nadi. Ia lebih mengetahui apa yang baik dan apa yang jelek bagi hambanya. “Dan boleh jadi kau menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu.” (Al-Baqarah: 216).

Berbaik sangka kepada Allah wajib hukumnya. Kita tidak menyamakan Sang Khalik dengan makhluk. Makhluk mungkin lupa menilai, namun Allah, tidak sehelai pun daun gugur yang luput dari ilmu-Nya. Manusia terkadang lupa menghargai, tapi Allah akan membalas pekerjaan hambanya, walau hanya seringan debu yang beterbangan.

Berusaha sudah, berdoa pun sudah. Sekarang saatnya untuk nrimo dan berbaik sangka kepada Allah, dan yakinlah, Allah pasti menjawab doa kita. Allah akan memenuhi keinginan kita dengan cara-Nya yang sangat indah.

Jika pun tidak di dunia, namun tidak cukupkah ketika di darul abadi nanti Allah membalas keikhlasan dan keridhaan kita akan ketentuan-Nya dengan keridhaan yang setimpal pula. Allah berkata, “Wahai hambaku, sebagai mana engkau ridha dengan segala ketentuanku di dunia, maka hari ini Aku pun ridha kepadamu, masuklah ke dalam Syurgaku.”
banner

Related Posts: