Wednesday, 1 January 2020

Ar Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (2)

Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu  Ar Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (2)


Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Mempelajari nama dan sifat Allah Ta’ala memiliki imbas besar dalam kehidupan seorang hamba. Secara lahir dan batin, ucapan dan perbuatannya akan terbimbing dengan memahami dan melaksanakan tuntutan peribadatan yang terkandung dalam nama dan sifat Allah tersebut. Di antara nama-nama-Nya yang maha indah dan sangat perlu untuk kita ketahui dalam menghadapi banyak sekali pernak-pernik duduk kasus aktifitas mencari rezeki  adalah nama Allah الرَزَّاقُ (Ar-Razzaq, artinya: Yang Banyak Memberi rezeki).

Makna  الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) dan perbedaan antaraاَلرَّزْقُ (Ar-Razqu) dengan اَلرِّزْقُ (Ar-Rizqu)

Termasuk nama-nama Allah yang husna (terindah) ialah الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq, artinya Yang Banyak Memberi rezeqi) dan الرَازِقُ  (Ar-Raaziq, artinya Yang Maha Memberi rezeki)Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam bait Nuniyyah nya mengatakan,
وكذلك الرزَّاقُ من أسمائه   #    والرَّزْقُ من أفعالهِ نوعانِ
Demikian pula Ar-Razzaaq ialah salah satu dari nama-nama-Nya # Adapun Ar-Razqu ialah salah satu dari perbuatan-perbuatan-Nya, ini terbagi menjadi dua macam.”
Syaikh Dr. Muhammad Khalil Al-Harras hafizhahullah menjelaskan bait Imam Ibnul Qoyyim di atas,  “Salah satu nama Allah Subhanahu adalah اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq, artinya Yang Banyak Memberi rezeki) merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq, artinya Pemberi rezeki).
Perubahan bentuk kata tersebut menunjukkan sesuatu yang banyak, diambil dari kata اَلرَّزْقُ dengan fathah abjad “ra`” (Ar-Razqu yang bermakna pemberian rezeki), yang merupakan bentuk mashdar (kata dasar). Adapun اَلرِّزْقُ dengan kasrah abjad “ra`” (Ar-Rizqu) ialah sebutan bagi sesuatu yang Allah berikan kepada para hamba-Nya berupa rezeki. Makna  اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaaq) ialah Yang Banyak Memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya, yang derma dan keutamaan-Nya  tidak terputus diberikan kepada mereka, walau sekejap mata.
Adapun kata اَلرَّزْقُ (Ar-Razqu, artinya pemberian rezeki) sama dengan kata Al-Khalqu (penciptaan), yaitu sebagai salah satu sifat fi’liyyah (sifat perbuatan) yang merupakan salah satu sifat-sifat-Nya sebagai Rabb (baca; sifat Rububiyyah)” (Syarh Nuuniyyah,Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras (Pdf),jilid 2/110).
Dari klarifikasi di atas sanggup disimpulkan bahwa,
  • Nama Allah اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq, artinya Yang Banyak Memberi rezeqi). اَلرَّزَّاقُ merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ . Ini menunjukkan makna yang banyak. Hal ini menunjukkan banyaknya rezeki yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya dan juga menunjukkan banyaknya hamba-Nya yang mendapat rezeki tersebut.
  • Nama Allah اَلرَّازِقُ (baca: Ar-Raaziq, artinya: Yang Maha Memberi rezeki). Sifat Allah yang terkandung dalam dua nama tersebut adalahاَلرَّزْقُ (Ar-Razqu yang bermakna pemberian rezeki).

Perbedaan nama Allah اَلرَّزَّاقُ (baca : Ar-Razzaq,artinya: Yang Banyak Memberi rezeqi) dengan اَلرَّازِقُ (baca: Ar-Raaziq, artinya: Yang Maha Memberi rezeki)

Nama اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq, artinya Yang Maha Memberi rezeki) menunjukkan kepada Dzat yang memberi rezeki seluruh makhluk dan Dia pula yang menjamin penyempurnaan rezeki seluruh makhluk-Nya, tidaklah mati satu makhluk pun kecuali telah Dia sempurnakan rezekinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai insan bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, lantaran tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut hingga kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
Jadi, اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq) mengandung sifat اَلرَّزْقُ (Ar-Razq) yang bermakna pemberian rezeki. Dan Allah disebut اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq) artinya Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk tanpa kecuali. Adapun اَلرَّزَّاقُ  (Ar-Razzaq) menunjukkan makna banyak memberi rezeki, sehingga اَلرَّزَّاقُ  (Ar-Razzaq) artinya Yang Banyak Memberi rezeki. Dia memberi rezeki yang satu kemudian rezeki yang lain dalam jumlah yang sangat banyak.

Hanya Allah lah satu-satunya yang bisa memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya

Syaikh Dr. Muhammad Khalil Al-Harras berkata, “Sifat Ar-Razqu (pemberian rezeki) dihentikan disematkan kepada selain Allah, sehingga selain Allah, dihentikan disebut Ar-Raaziq (Sang Pemberi rezeki) sebagaimana dihentikan disebut Al-Khaaliq (Sang Pencipta)” (Syarh Nuuniyyah, Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras (Pdf),jilid 2/110).
Dalil bahwa hanya Allah lah satu-satunya yang bisa memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya ialah firman Allah Ta’ala,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Allah-lah yang membuat kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali). Adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu, yang sanggup berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan” (Ar-Rum: 40).
Dalam firman Allah di atas, Allah meniadakan adanya Sang Pemberi rezeki selain-Nya, ini menunjukkan hanya Allah lah satu-satunya yang bisa memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya.
Syaikh Dr. Muhammad Khalil Al-Harras berkata, “Seluruh rezeki hanya ada di tangan Allah. Oleh lantaran itu, Dia-lah Sang Pencipta rezeki dan Sang Pencipta makhluk yang mendapat rezeki.  Dia-lah Dzat yang memberikan rezeki kepada mereka dan Dia-lah Sang Pencipta sebab-sebab (makhluk) bisa menikmati rezeki. Dengan demikian, wajib menyandarkan rezeki itu hanya kepada-Nya dan wajib pula bersyukur kepada-Nya atas karunia rezeki tersebut” (Syarh Nuuniyyah, Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras (Pdf),jilid 2/110).

Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa rezeki Allah sangatlah banyak jumlahnya dan tidak ada satupun dari makhluk kecuali pasti mendapat rezeki dari-Nya

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa lantaran اَلرَّزَّاقُ (Yang Banyak Memberi rezeki) merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ  (Pemberi rezeki), maka ini menunjukkan banyaknya rezeki dan banyaknya makhluk yang mendapat rezeki tersebut.
Bahkan setiap makhluk yang berjalan di muka bumi diberi rezeki, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).
Allah menjelaskan di dalam Ayat ini bahwa Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini. Siapakah di antara kita yang bisa menghitung jumlah seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini? Jumlah seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini sangatlah banyak, maka ini menunjukkan jumlah rezeki Allah yang diberikan kepada mereka juga sangatlah banyak.
Jangankan kita menghitung rezeki Allah yang didapatkan oleh seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini, menghitung rezeki yang didapatkan oleh salah satu saja dari mereka, kita pun tidak sanggup menghitungnya. Allah berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan bila kalian menghitung-hitung nikmat Allah, pasti kalian tak sanggup memilih jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (An-Nahl:18).
Oleh lantaran itu pantas, di antara nama Allah ialah اَلرَّزَّاقُ Yang Banyak Memberi rezeqi). Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk, baik manusia, jin maupun binatang, begitu pula orang yang bertakwa maupun yang suka bermaksiat, orang yang beriman maupun yang kafir, semuanya pasti mendapat rezeki dari Allah. Seandainya dikatakan bahwa ada di antara makhuk yang tidak mendapat rezeki dari Allah, tentulah hal ini mengharuskan adanya pemberi rezeki di alam semesta ini selain Allah, dan ini suatu hal yang batil.
Orang-orang musyrikpun mengakui bahwa rezeki itu dari Allah, Allah ‘Azza wa Jallaberfirman,
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah (Hai Nabi Muhammad kepada orang-orang musyrik): “Siapakah yang memberi rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah ilahi (menciptakan) telinga dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab:”Allah”. Maka katakanlah:”Mengapa kalian tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (Yunus:31).
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman wacana hewan yang tidak sanggup memperoleh atau membawa rezekinya sendiri,
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan berapa banyak hewan yang tidak (dapat) membawa (memperoleh) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-‘Ankabuut: 60).
Allah menyebutkan bahwa Allah-lah yang memberi rezeki insan yang berada di daratan maupun di lautan,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan bekerjsama telah Kami muliakan belum dewasa Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang tepat atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Al-Israa`: 70).

Tujuan Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya

Setelah kita mengetahui bahwa tidak ada satupun makhluk yang tidak mendapat rezeki dari Allah, maka yang harus kita yakini ialah tidaklah Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya kecuali ada tujuannya.  Setelah diberi rezeki, tidaklah makhluk dibiarkan begitu saja menikmatinya tanpa kewajiban apapun, sehingga orang yang serakah lagi zalim dalam mencari rezeki dan dalam memanfaatkannya, disamakan dengan orang yang bertakwa dalam mencari rezeki  dan dalam memanfaatkannya. Tidaklah demikian!
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
إنما خَلَقَ الله الخَلْقَ، ليَعبُدوه، وإنما خَلَقَ الرزقَ لهم ليَسْتَعِيُنوا به على عبادته
“Sesungguhnya Allah membuat makhluk hanyalah biar mereka beribadah kepada-Nya dan Allah membuat rezeki untuk mereka semata-mata biar mereka gunakan rezeki tersebut untuk beribadah kepada-Nya” (Majmu’ul  Fatawa Imam Ibnu Taimiyyah, kitabul Iman, dari http://madrasato-mohammed.com/book232.htm).
Makara Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya untuk bersenang-senang yang melalaikan ibadah kepada-Nya dan tidak pula untuk bermaksiat kepada-Nya. Allah berikan rezeki itu kepada hamba-hamba-Nya biar mereka bisa beribadah kepada-Nya. Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka wacana bagaimana cara mereka mendapat rezeki itu kemudian mereka gunakan untuk apa.
Oleh lantaran itulah pantas bila Allah Ta’ala banyak menyebutkan rezeki-Nya di dalam Al-Qur`an  dalam konteks memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah dan melaksanakan banyak sekali macam keta’atan kepada-Nya. Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya biar mensyukuri rezeki-Nya yang mereka dapatkan dengan mentauhidkan Allah dan menjauhi syirik,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah membuat kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, biar kalian bertakwa,”
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah yang menimbulkan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; lantaran itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui” (Al-Baqarah: 21-22).
Firman Allah Ta’ala:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Allah-lah yang membuat kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali). Adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu, yang sanggup berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (Ar-Rum: 40) .
Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya biar memakai rezeki-Nya untuk beramal di jalan Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum tiba hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim” (Al-Baqarah:254).
Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya biar mensyukuri rezeki-Nya yang mereka dapatkan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, bila benar-benar kepada-Nya kau menyembah” (Al-Baqarah:172).
Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya biar tidak bermaksiat dengan membunuh belum dewasa mereka, lantaran Allah-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan belum dewasa mereka,
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
“Dan janganlah kalian membunuh belum dewasa kalian lantaran takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada kalian. Sesungguhnya membunuh mereka ialah suatu dosa yang besar” (Al-Israa` : 31). Dari Ayat-Ayat di atas, nampak terang bahwa Allah Ta’ala banyak menyebutkan rezeki-Nya di dalam Al-Qur`an  dalam konteks memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah dan melaksanakan banyak sekali macam keta’atan kepada-Nya. Wallahu a’lam.
Insyaallah akan berlanjut ke artikel penggalan akhir, berjudul Ar Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (3)
***
Referensi:
  1. Fiqhul Asmaa`il Husnaa, Syaikh Abdur Razzaaq.
  2. Syarhu Asmaa`illlaahil Husnaa, Syaikh Sa’id Al-Qohthoni.
  3. Syarh Nuuniyyah,Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras (Pdf)
  4. Khuthbah Syaikh Abdur Razzaq di : http://www.alukah.net/sharia/0/22417/
  5.  Majmu’ul  Fatawa Imam Ibnu Taimiyyah, kitabul Iman, dari: http://madrasato-mohammed.com/book232.htm
  6. Kitab Arzaaqul ‘Ibaad di: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?p=1911924
  7. http://www.dorar.net/enc/aqadia/894
  8. http://www.kalemtayeb.com/index.php/kalem/safahat/item/22527
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id
banner
Previous Post
Next Post