Thursday 31 October 2019

Syarah Ushul Tsalatsah [1]

 atau yang bersahabat dikenal di kalangan penuntut ilmu Syar Syarah Ushul Tsalatsah [1]

Resensi Kitab Tsalatsatul Ushul


بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, wash shalatu was salamu 'ala Rasulillah, amma ba'du:
Kitab Tsalatsatul Ushul atau yang bersahabat dikenal di kalangan penuntut ilmu Syar'i (masyarakat kita) dengan nama : Al-Ushul Ats-Tsalatsah ini adalah goresan pena dari seorang mujaddid, ulama jago Tauhid, salah satu imam dakwah Tauhid di kurunnya hingga sekarang, Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah yang meninggal pada tahun 1206 H.

Urgensi kitab ini
Kitab Tsalatsatul Ushul ini, meski hanya berisikan sepuluh halaman saja, namun mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang banyak, sehingga pantas kitab ini terus diajarkan dan dipelajari oleh para ulama dan penuntut ilmu Syar'i sejak lebih dari 240 tahun yang lalu!
Berikut ini sebagian keistimewaan-keistimewaan kitab yang mungil ini :
1. Tsalatsatul Ushul mengandung ilmu fardhu 'ain1
2. Tsalatsatul Ushul mengandung dasar-dasar keimanan dan tauhid.
3. Penulis memperbanyak dalil-dalil, baik dari Quran maupun As-Sunnah, serta ditambah dengan nukilan sebagian ucapan para imam Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Hal ini membuktikan bahwa isi kitab ini bukanlah hal gres anutan sang penulis, namun dia semata-mata memberikan anutan yang berdasar Quran maupun As-Sunnah dengan pemahaman Salaf Sholeh.

4. Tsalatsatul Ushul mengandung tanggapan dari tiga pertanyaan kubur, sedangkan menjawab pertanyaan kubur ialah prosesi hari Akhir yang pertama dan sangat besar pengaruhnya terhadap prosesi Akherat selanjutnya, sebagaimana dalam riwayat Hani Maula ‘Utsman dalam HR. Abu Dawud dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani.

5. Metode klarifikasi yang dipakai oleh penulis ialah metode yang sederhana, singkat dan gampang dipahami sampaipun oleh orang awam, bahkan sebagian metode penjelasannya dengan cara tanya jawab.
Pembagian kandungan kitab
Kitab ini hakekatnya terdiri dari 3 potongan besar, yaitu:

1. MUQODIMAH (PEMBUKAAN)

MUQODIMAH PERTAMA :
Berisi perihal kewajiban mempelajari dan mengamalkan empat perkara, yaitu perihal cerdik Syar'i, beramal, berdakwah dan bersabar.
Dalilnya ialah surat Al-Ashr, bahwa insan dalam keadaan merugi, dan binasa, sedangkan menghindar dari kerugian dan kebinasaan itu wajib hukumnya, sedangkan tidak sanggup tertunaikan kewajiban tersebut kecuali dengan bersifat dengan 4 sifat tersebut, yaitu: cerdik Syar'i, berzakat sholeh, berdakwah, dan bersabar.
Kesimpulannya: wajib seseorang cerdik Syar'i, berzakat sholeh, berdakwah, dan bersabar sesuai dengan batasan dalam Syari'at.

MUQODIMAH KEDUA :
Berisi perihal kewajiban mempe;ajari dan mengamalkan tiga perkara, yaitu Tauhid Rububiyyah dan wajibnya taat kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, Tauhid Uluhiyyah, Al-Wala` dan Al-Baraa`.

I. Tauhid Rububiyyah dan Wajibnya taat kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam
  1. Allah ialah satu-satunya Pencipta dan pemberi rezeki makhluk-Nya.
  2. Allah mengutus kepada kita seorang Rasul.
  3. Barangsiapa mentaati Rasul tersebut akan masuk surga, dan barangsiapa mendurhakainya akan masuk neraka.
Dalil ke-1 : QS. Al-Muzammil: 15-16.
إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا (١٥)
فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا

Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian seorang rasul sebagai saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada fir’aun, kemudian fir’aun mendurhakainya, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.” [QS. Al-Muzzammil [73]: 15-16]

II. Allah tidak ridho dipersekutukan dengan apapun dalam peribadatan (apapun bentuk ibadah tersebut).
Dalil ke-2 : QS. Al-Jin : 18.
Dalilnya ialah firman Allah Ta’ala :

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah kepunyaan Allah, sebab itu janganlah kalian menyembah apapun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” [QS. Al-Jin : 18].
III. Wajibnya Al-Baraa` atau membenci orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka orang-orang yang mempunyai kekerabatan dekat dengan kita.
Dalil ke-3 : QS. Al-Mujadilah [58]: 22.

MUQODIMAH KETIGA :
Terdiri dari tiga perkara
Perkara Pertama
Berisi perihal Hanifiyyah yang merupakan agama Nabi Ibrahim alaihis salaam, yaitu: anutan untuk beribadah kepada Allah semata, mengesakan-Nya, serta higienis dari kesyirikan.
Hanifiyyah ini hakekatnya ialah Tauhid, yang kita semua diperintahkan untuk mengamalkannya.

Perkara Kedua
Tauhid, disamping agama Nabi Ibrahim alaihis salaam juga merupakan tujuan diciptakannya jin dan manusia, sehingga Tauhid merupakan tujuan hidup kita.
Dalil : QS. Adz-Dzaariyaat : 56.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku membuat jin dan insan melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)”.
(QS. Adz-Dzaariyaat : 56)

3. Tauhid ialah perintah terbesar, sedangkan syirik ialah larangan terbesar.
Dalil : QS. An-Nisa’ [4]: 36.

2. INTI MATERI
Yaitu berisikan pembahasan perihal tiga landasan agama Islam.

LANDASAN YANG PERTAMA, YAITU: MENGENAL ALLAH
Hal ini sebagai tanggapan dari pertanyaan kubur: “Siapa Tuhanmu?”
Dalam pembahasan mengenal Allah Ta'ala, penulis membahas 4 point penjelasan, yaitu:

1. Allah ialah satu-satunya Rabb (Pemelihara) seluruh makhluk dan satu-satunya sesembahan mereka yang haq.
Dalil : QS. Al-Fatihah [1]: 2

2. Cara mengenal Allah
Cara mengenal bahwa Allah ialah satu-satunya Rabb semesta alam, dan satu-satunya Tuhan yang berhak disembah ialah dengan cara memperhatikan gejala (kekuasaan) dan makhluk-makhluk-Nya.
Dalil :
QS. Al-Fussilat [41]: 37
QS. Al-A’raf [7]: 54

3. Rabb ialah Tuhan yang berhak disembah.
Dalil :
QS. Al-Baqarah [2]: 21
Dalil hal ini ialah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia! Sembahlah Rabb-kalian yang telah membuat kalian dan orang-orang sebelum kalian, semoga kalian bertakwa.
4. Semua ibadah hanya dipersembahkan kepada Allah, dan jikalau dipersembahkan kepada selain-Nya maka ia telah terjatuh dalam kekafiran.
Dalil : QS. Jin [72]: 18 ,

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah kepunyaan Allah, sebab itu janganlah kalian menyembah apapun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” [QS. Al-Jin : 18].

dan QS. Al-Mukminun [23]: 117
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Dan barangsiapa menyembah yang kuasa yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya perihal itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” [QS. Al-Mukminun [23]: 117]
5. Macam-macam Ibadah dan bahwa semuanya wajib dipersembahkan kepada Allah semata
Seperti : doa, khauf (takut), raja` (berharap), tawakkal, raghbah, rahbah, dan seluruh ibadah lainnya, semuanya wajib dipersembahkan kepada Allah semata.
Dalil :
QS. Ghafir [40]: 60, QS. Ali Imran [3]: 175, QS. Al-Kahfi [18]: 110], QS. Al-Maidah [5]: 23, dan selainnya.

LANDASAN YANG KEDUA : MENGENAL AGAMA ISLAM DENGAN DALIL SEBAGAI DASARNYA

Ini merupakan tanggapan dari pertanyaan kubur : “Apa agamamu?”

Definisi Agama Islam
Agama Islam ialah pasrah kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk dengan mentaati-Nya, dan benci terhadap syirik dan musyrikin.

Agama Islam berisikan tiga tingkatan, yaitu: Islam, Iman, dan Ihsan.
1. TINGKATAN YANG PERTAMA DALAM BERAGAMA ISLAM ADALAH TINGKATAN ISLAM
Tingkatan ini maksudnya ialah melakukan amalan zhahir, yaitu Rukun Islam yang lima, diiringi dengan sebagian keimanan batin yang menjadikan sahnya keislaman yang zhahir tersebut.

Oleh sebab itu dalam sub potongan ini, penulis memberikan dalil-dalil Rukun Islam.
Dalil-dalil perihal rukun Islam
1. Syahadatain : QS. Ali Imran [3]: 18,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
Allah menyatakan sebetulnya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia”
dan QS. At-Taubah [9]:128
2. Sholat [QS. Al-Bayyinah [98]: 5
3. Zakat : [QS. Al-Bayyinah [98]: 5
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
 
4. Puasa : QS. Al-Baqarah [2]: 183
5. Haji : QS. Ali Imran [3]: 97

2. TINGKATAN IMAN
Maksudnya ialah sebuah tingkatan dalam beragama Islam berupa beriman kepada rukun keyakinan yang enam, diiringi dengan sebagian keislaman zhahir, dan amalan zhahir yang menjadikan kesahan keyakinan yang batin.
Dalam sub potongan ini, penulis memberikan dalil-dalil Rukun Iman.
Dalil-dalil perihal rukun Iman.
1. Iman kepada Allah,
2. Malaikat-Nya,
3. Kitab-kitab-Nya,
4. Rasul-rasul-Nya,
5. Hari Akhir
Dalilnya QS. Al-Baqarah [2]: 177 : 
 
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul.”
6. Iman terhadap Taqdir : QS. Al-Qamar [54]: 49

3. TINGKATAN IHSAN
Ihsan sebagai sebuah tingkatan dalam beragama Islam adalah ihsanul 'ibadah, artinya memperbagus amal ibadah, dan itu setidaknya didapatkan dengan memenuhi dua syarat diterimanya amal : tulus dan mutaba'ah. Ini tingkatan minimal dari Ihsan.

Sedangkan tingkatan Ihsan yang sunnah ialah tingkatan muraqabah (menghadirkan penghayatan bahwa seorang hamba dilihat oleh Allah dalam beribadah).
Dan ini ialah ibadah lari (dari marah Allah) dan takut kepada Allah.

Serta tingkatan musyahadah (menghayati imbas nama dan sifat Allah dalam peribadatan).
Dan ini nuansanya ialah ibadah mencari (ridho Allah), dan rindu/cinta.

Ihsan mempunyai satu rukun, dan dua tingkatan.


Dalil-dalil perihal rukun Ihsan.
Dalilnya diantaranya ialah Shahih al-Bukhari, dan Muslim, dalam cerita pertemuan malaikat Jibril dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, serta dalil-dalil selainnya.

Landasan yang ketiga, yaitu: Mengenal Nabi-Nya shallallaahu alaihi wa sallam,
Hal ini mencakup mengenal nama beliau, nasabnya, umurnya, kenabiannya, kerasulannya, daerah kelahiran, tujuan diutusnya dia sebagai rasul, masa dia mendakwahkan tauhid, hijrahnya, kesempurnaan agama yang dibawanya, wajibnya taat kepada beliau, dan wafat beliau, lebih banyak didominasi hal-hal itu penulis sebutkan beserta dalil-dalilnya.

Peringatan :
Bentuk mengenal Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam itu banyak macamnya, namun yang terpenting ialah mengenal tujuan diutusnya dia sebagai rasul, yaitu untuk mengamalkan dan mengajarkan tauhid, dan memberantas syirik.

MUTABA'AH DALAM MENGENAL TIGA LANDASAN AGAMA ISLAM
Tuntutan untuk Mutaba'ah dan tidak taqlid dalam mengenal tiga landasan agama Islam tersebut
Penulis menjelaskan tiga landasan agama Islam tersebut lengkap dengan dalil-dalilnya masing-masing, semoga sebisa mungkin terbangun pemahaman dan amal kita di atas dalil, dan bukan taqlid, mengikuti tanpa dasar dalil.

3. Penutup
Pada potongan epilog ini, penulis menyebutkan sebagian dari permasalahan keimanan terhadap hari Akhir, ibarat : keyakinan terhadap hari Kebangkitan dan Hisab, beserta dalil-dalilnya, ibarat : QS. Nuh [71]: 17-18, dan QS. An-Najm [53]: 31.
Demikian pula disebutkan permasalahan yang terpenting sebagai penutup, yaitu perihal inti anutan seluruh para rasul ialah wajibnya beriman kepada Allah, dan kufur terhadap thogut menurut QS. An-Nahl [16]: 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang rasul (untuk mendakwahkan): ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut.’”
, diiringi dengan klarifikasi makna thogut dan tokoh-tokohnya, serta klarifikasi bahwa hal itu ialah makna La ilaha illallah, kalimatut Tauhid yang dengannya seseorang disebut sebagai seorang muslim, sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Shahih di Musnad Imam Ahmad.

Referensi terjemah matan :
1. Tentang definisi ilmu fardhu 'ain, silahkan baca : https://muslim.or.id/24642-skala-prioritas-dalam-belajar-agama-islam-1-ilmu-fardhu-ain.html
banner
Previous Post
Next Post