Wednesday, 1 January 2020

Ar Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (3)

Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu  Ar Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (3)


Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Macam-macam rezeki dan jenis rezeki yang paling utama

Rezeki Allah Ada Dua Umum dan Khusus
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam bait Nuniyyah nya mengatakan,
والرَّزْقُ من أفعالهِ نوعانِ
“Adapun Ar-Razqu ialah salah satu dari perbuatan-perbuatan-Nya, ini terbagi menjadi dua macam.”
Rezeki Umum
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bait Imam Ibnul Qoyyim di atas, “Pemberian rezeki oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya ada dua macam, yaitu yang umum dan yang khusus. Pemberian rezeki yang umum ialah Allah memberikan kepada seluruh makhluk segala yang mereka butuhkan di dalam menjaga keberlangsungan dan tegaknya hidup mereka” (Al-Haqqul Waadhihul Mubiin, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di, PDF, hal. 85-86).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah dalam kitab tersebut juga menjelaskan bahwa rezeki umum ini mempunyai dua jenis keumuman,
  1. Umum ditinjau dari sisi makhluk yang mendapatkan rezeki ini, yaitu umum meliputi orang yang baik maupun yang jahat, muslim maupun kafir, bahkan juga meliputi manusia, jin, dan hewan. Semuanya mendapatkan rezeki jenis umum ini.
  2. Umum, ditinjau dari sisi status aturan rezeki ini, yaitu umum meliputi rezeki yang halal maupun yang haram, keduanya termasuk rezeki yang umum.
Rezeki Khusus
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam bait Nuniyyah nya mengatakan,
رزق على يد عبده ورسوله  # نوعان أيضاً ذان معروفان
رزق القلوب العلم والإيمان والـــــ # رزق المعد لهذه الأبدان
هذا هو الرزق الحلال…
“Rezeki yang dianugerahkan melalui perantaraan hamba dan Rasul-Nya ada dua macam juga, keduanya ialah sesuatu yang sudah dikenal. (Pertama) rezeki hati, ilmu dan keyakinan  (kedua) rezeki yang diperuntukkan untuk badan. Yaitu rezeki yang halal.”
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bait Imam Ibnul Qoyyim di atas bahwa, rezeki yang kedua ini, yaitu rezeki khusus ialah rezeki yang keuntungannya berlangsung terus di dunia maupun di darul abadi dan hanya diperoleh oleh orang-orang yang beriman. Rezeki khusus ini terbagi menjadi dua, yaitu:
  1. Rezeki untuk hati, berupa ilmu dan keyakinan (ilmu dan amal shaleh) serta hakikat keduanya diperoleh melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliaulah yang mengajarkan dan menjelaskannnya. Dengan rezeki ini, seorang hamba akan tercukupi kebutuhannya dalam mencapai tujuan penciptaanya (tujuan hidupnya), yaitu mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya.
  2. Rezeki untuk jasmani, berupa rezeki halal yang tidak mengandung dosa, yang membantu seorang mukmin biar bisa beribadah kepada Rabb nya dengan baik.
Dengan rezeki yang halal ini, seorang hamba akan merasa qana’ah (menerima dan puas) dengan pembagian rezeki dari Allah, alasannya ialah Dia telah mencukupi hamba-hamba-Nya yang beriman dengan rezeki yang halal sehingga mereka tidak membutuhkan rezeki yang haram. Seorang mukmin merasa rela dan puas dengan rezeki halal yang diperolehnya, walaupun jumlahnya sedikit, alasannya ialah hal itu menyebabkannya dicintai dan diridhai oleh Allah, sedangkan meraih kecintaan dan keridhaan Allah ialah tujuan hidupnya.
Dan kedua macam rezeki tersebut tidaklah bisa diperoleh kecuali dari Allah ‘Azza wa Jalla. Maka wajib bagi setiap orang yang beriman untuk memohon kepada Allah saja dalam memperoleh kedua macam rezeki tersebut.
Oleh alasannya ialah itu, kalau berdoa kepada Rabbnya, ‘Ya Allah, berikan kepadaku rezeki’, selayaknya ia maksudkan untuk memohon kepada-Nya sesuatu yang menimbulkan hatinya baik, berupa ilmu , petunjuk dan keimanan serta rezeki yang menimbulkan tubuhnya baik, yaitu rezeki yang halal dan baik serta tidak sulit diperoleh dan tidak mengandung dosa (Al-Haqqul Waadhihul Mubiin, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di, PDF, hal. 85-86 dengan beberapa perubahan dan tambahan).
Kesimpulan
  1. Rezeki Allah terbagi dua umum dan khusus.
  2. Rezeki umum terbagi dua halal dan haram.
Berarti orang kafir atau muslim fasik yang mencari atau memakan rezeki yang haram dikatakan telah terpenuhi jatah rezekinya, namun ia tetap dikatakan berdosa alasannya ialah mencari atau memakan rezeki yang haram.
  1. Rezeki khusus terbagi dua, rezeki hati (ilmu dan amal) dan tubuh (rezeki dunia yang halal).
  2. Rezeki hati ialah tujuan terbesar dan yang paling utama, sedangkan rezeki tubuh ialah sarana menuju tercapainya terbesar tersebut, maka jangan terlena dengan sarana dan lupa tujuan!
  3. Barangsiapa diberi dua macam rezeki khusus sekaligus, berarti kebutuhannya telah tercukupi dengan sempurna, baik kebutuhan beragama Islam maupun kebutuhan jasmaninya. Ia menjadi hamba Allah yang berbahagia di dunia dan akhirat.

Faidah dari mengimani Nama الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq)

Setiap nama dan sifat Allah Ta’ala memiliki tuntutan peribadatan atas seorang hamba.
Seberapa besar ia mengenal nama dan sifat Allah Ta’ala dan melakukan tuntutan peribadatan yang terdapat didalamnyamaka sebesar itu pulalah diperoleh kesempurnaan ‘ubudiyyah (peribadatan)nya kepada Rabb nya. Oleh alasannya ialah itu Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
وأكمل الناس عبودية المتعبد بجميع الأسماء والصفات التى يطلع عليها البشر
“Manusia yang paling tepat ibadahnya ialah seorang yang beribadah kepada Allah dengan melakukan tuntutan peribadatan yang terkandung dalam semua nama dan sifat-Nya yang diketahui oleh manusia” (Madarijus Salikin: 1/420).
Maka, di sini akan kami sebutkan beberapa faidah dari mengimani nama الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq), yang hakikatnya ini merupakan tuntutan peribadatan yang terdapat di dalam nama الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) tersebut.
1. Menumbuhkan keyakinan yang kuat
Bahwa semua bentuk rezeki itu milik Allah semata, baik rezeki umum maupun khusus.  Allah memperlihatkan kedua rezeki ini kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah memberi orang ini dan tidak memberi orang itu, menimbulkan si A kaya dan si B miskin, semua itu sesuai dengan hikmah-Nya yang agung. Inilah diam-diam yang ada dalam firman Allah,
وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (Al-Baqarah: 212).
Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan,
ولما كانت الأرزاق الدنيوية والأخروية, لا تحصل إلا بتقدير الله
ولن تنال إلا بمشيئة الله، قال تعالى: { وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ}
Tatkala rezeki duniawi maupun rezeki darul abadi tidak akan sanggup diperoleh kecuali dengan takdir Allah dan tidak bisa didapatkan kecuali dengan kehendak Allah, maka Allah pun berfirman اللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ” (Tafsir As-Sa’di,hal. 95).
2. Menumbuhkan tawakal yang berpengaruh kepada  الرَزَّاقُ (Yang Banyak Memberi Rezeki)
Termasuk pelajaran pertama yang bisa dipetik oleh seorang hamba ketika mendengar nama  الرَزَّاقُ (Yang Banyak Memberi Rezeki) disebutkan ialah munculnya tawakal kepada الرَزَّاقُ (Yang Banyak Memberi Rezeki). Dengan merealisasikan tawakal yang benar, maka ia akan sandarkan hatinya kepada الرَزَّاقُ, gantungkan harapannya kepada Ar-Razzaq dan iringi dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, didasari, dengan keyakinan dalam hatinya bahwa rezekinya telah ditulis sebelum ia terlahir di dunia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
“Kemudian diutuslah Malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
3. Mengesakan الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) dalam perbuatan-Nya memberi rezeki.
Nama الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) mengandung sifat اَلرَّزْقُ (Ar-Razqu yang bermakna proteksi rezeki) dan sifat ini termasuk sifat Rububiyyah yang selain Ar-Rabb (Allah) dilarang disematkan dengan sifat ini. Maka kita harus meyakini bahwa hanya Allah lah satu-satunya yang bisa memberi rezeki makhluk-Nya. Oleh alasannya ialah itu Allah Ta’ala berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Allah-lah yang membuat kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali). Adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu, yang sanggup berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan” (Ar-Rum: 40).
Dalam firman Allah di atas, Allah meniadakan adanya Sang Pemberi rezeki selain-Nya, ini memperlihatkan hanya Allah lah satu-satunya yang bisa memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya. Allah pun memerintahkan kepada hamba-Nya untuk meminta rezeki hanya kepada-Nya,
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu ialah berhala, dan kalian membuat dusta. Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak bisa memperlihatkan rezeki kepada kalian; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan” (Al-‘Ankabuut: 17).

4. Menjadi seorang hamba yang bersyukur kepada الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) dan bertakwa, alasannya ialah  الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) ialah Dzat yang banyak memberi rezeki kepadanya

Seorang hamba tidaklah bisa terlepas dari membutuhkan rezeki Allah sesaatpun, setiap hari ia mendapatkan rezeki-Nya. Semakin banyak seorang hamba yang shalih mendapatkan rezeki-Nya, maka semakin bersyukur kepada-Nya dengan memakai rezeki-Nya untuk beribadah kepada-Nya saja. Semakin banyak rezeki, semakin banyak pula syukur dan ibadah kepada-Nya. Hal ini alasannya ialah dia paham bahwa tujuan Allah memberinya rezeki yang halal ialah biar ia gunakan untuk merealisasikan tujuan diciptakannya di muka bumi ini, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala.
Tipe orang menyerupai ini bukan hanya akan berhati-hati dalam memakai rezeki, namun juga berhati-hati pula dalam mencari rezeki. Dia sangat semangat mencarinya dengan cara yang dicintai oleh Rabb-nya dan bukan dengan cara-cara yang membuat Rabb nya murka. Demikian itu alasannya ialah cara yang haram bertentangan dengan tujuan Allah memberi rezeki kepadanya.
Ia juga takut seandainya tidak bisa mempertanggungjawabkan di Akhirat kelak ihwal darimana dan untuk apa rezeki yang diperolehnya. Dengan taufik Allah kemudian perilaku seseorang yang benar ini, maka rezeki yang diperolehnya pun rezeki yang halalan thoyyiba.
5. Berdo’a kepada Allah dengan menyebut nama-Nya الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) dalam memohon rezeki, baik rezeki hati maupun jasmani.
Salah satu tuntutan peribadatan yang terkandung dalam nama  الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) ialah berdo’a kepada Allah dengan menyebut nama-Nya الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) dalam memohon rezeki, baik rezeki hati maupun jasmani. Ini ialah salah satu bentuk pengamalan perintah Allah Ta’ala,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah lah nama-nama yang terindah, maka berdo’a (dan beribadahlah) kalian kepada-Nya dengan nama-nama yang terindah itu” (Al-A’raaf:180).
Misalnya, seseorang berdo’a dengan menyebut nama Ar-Razzaaq,
يَا رَزَّاقُ اُرْزُقْنَا
(“Ya Razzaaqu, urzuqnaa, [wahai Yang Banyak Memberi rezeki, berilah kami rezeki])
Hendaknya menghadirkan permohonan pada Ar-Razzaq berupa rezeki hati maupun rezeki tubuh di dalam hati ketika mengucapkan do’a ini atau do’a yang semakna dengannya. Rezeki hati tersebut sanggup berupa ilmu, iman, dan amal salih, sedangkan rezeki tubuh sanggup berupa rezeki yang halalan thayyiba yang akan dipakai untuk taat kepada Rabb-nya.
Baca satu faidah lagi dari efek nama الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) dalam artikel Mengapa merasa kekurangan rezeki sehingga harus menerjang yang haram padahal rezeki telah dijamin?
***
Referensi:
  1. Al-Haqqul Waadhihul Mubiin, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di, PDF
  2. Madarijus Salikin, Imam Ibnul Qoyyim.
  3. Tafsir Abdur Rahman As-Sa’di.
  4. http://www.kalemtayeb.com/index.php/kalem/safahat/item/22527
  5. http://articles.Islamweb.net/Media/index.php?page=article&lang=A&id=175063
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id
banner
Previous Post
Next Post