Saturday 18 January 2020

Salam Book Fair Dari Negeri Ilmu

Suasana Pintu Masuk CIBF
Oleh : Muhammad Daud Farma
Kmamesir.org. 2/2/2015. Kalaulah nantinya Indonesia punya International Book Fair nomor tiga terbesar di dunia sesudah Egypt, akankah dan adakah pengunjung dan pembelinya sebanyak pengunjung dan pembeli di Egypt? Kalau ada, Indonesia selain dengan sebutan Islam terbesar di dunia, pastilah Indonesia akan populer dengan negara ilmuan.

Namun sangat disayangkan kenyataan berkata lain. Sampai ketika ini bangsa Indonesia hanya penuh pada antrian untuk karcis nonton di program televisi, sangat ramai ngantri karcis untuk nonton film di bioskop, ramai dengan antrian karcis untuk masuk TMII (Taman Mini Indonesia Indah).

Dan bahkan bangsa Indonesia masih ramai dan semakin ramai mengantri untuk karcis bar, diskotik dan tempat-tempat maksiat. Walaupun masih ada diantara mereka yang antrian karcis di majlis ta'lim. Tetap saja belum sanggup mengobati rasa murung melihat antrian di bar, diskotik dan di tempat-tempat maksiat lainya.

Di Indonesia, untuk mendapat satu buah buku saja sangat sulit. Sulitnya tentu saja pada harganya. Harganya yang sangat mahal. Sebaliknya untuk mendapat sebuah handphone lebih mudah. Tidak jarang ditemui Anak-Anak umur tiga tahun sudah paham cara menggunakan hp.

Dari itu saja kita sudah sanggup membandingkan, perbedaan kita Indonesia dengan negeri Ilmu ibarat Mesir.Semoga nantinya Indonesia juga sanggup mengadakan ekspo buku internasional ibarat disini.

Beli Buku Saja Mesti Thabur

“Beli buku saja mesti thabur”. Begitulah yang kita dengar dari ekspresi ke ekspresi Mahasiswa Indonesia Di Mesir ( Masisir). Tentang International Book Fair (IBF), adalah pekan buku internasional terbesar kedua sesudah benua Eropa. Lokasinya di sentra kota Kairo tidak jauh dari Kuliyah Thib atau wilayah Hay Sadis.

International Book Fair yang kita dapati atau jumpai setahun sekali. Biasanya awal tahun baru, tepatnya pada tanggal 28 Januari hingga dengan 12 Februari, sekitar dua minggu.

Diantara kelebihan IBF pertama, para penjual dan pengunjungnya tiba dari berbagai negara terutama mahasiswa absurd yang kuliyah di Al-Azhar University Cairo. Kedua, buku-buku yang dijual disini jarang kita dapati di maktabah-maktabah (toko buku). Ketiga, buku yang dipamerkan merupakan buku berkualitas dunia, hasil karangan ulama populer dan tentunya dalam bahasa arab.
Terakhir kualitasbuku yang anggun serta harga yang terjangkau dan murah, bahkan ada satu pound Mesir sanggup mampu empat buku lama.

Banyak lagi kelebihan dari ekspo ini yang tidak sanggup kita tuliskan. Para penulis yang spektakulerlah lebih layak menuliskanya. Begitu banyak pengunjung berdatangan, maka tidak heran kalau terjadi yang namanyathabur atau antri dalam bahasa kita.

Tentu saja mereka mengantri buku sebab niat ingin melihat pameran, tapi mereka memang benar-benar punya niat dari hati yang lapang dada untuk membaca dan mempelajari buku yang mereka beli. Sampai ribuan pengunjung yang datang, membeli buku, sehingga terlihat mereka yang pulang dari sana, ada yang membawa beberapa buku, ada yang tiga kantong plastik, tas Ransel, satu kardus, satu koper dan bahkan ada yang membawanya dengan satu mobil. Eh, maaf. Maksudnya membawa satu buku mengendarai satu kendaraan beroda empat pribadinya.

Begitulah suasana kecintaan kepada buku yang kita temui di kota ilmu bumi, kinanah dan Bumi para Nabi ini. Kalaulah saya boleh bertanya, saya menanyakan kepada bangsaku sendiri kenapa kita tidak bisa?

*Tulisan ini merupakan catatan singkat menjelajahi Cairo International Book Fair ke-46 dari tanggal 28 Januari.



banner
Previous Post
Next Post