Saturday 14 March 2020

Dzalimkah Al-Azhar?


Redaksi
Wake up bro ! benteng Azhar kembali meninggi, saban hari terus meninggi. Nah, taukah kita, ujian untuk kenaikan tingkat sudah dekat. Nah, sudah saatnya bagi kita yang masih berselimut tebal untuk bangun, membasuh muka. Kemudian membuka lembara-lembaran mukarar (diktat).

Info yang beredar, ujian akan dilaksanakan sekitar pertengahan bulan Mei, walaupun sebagian yang lain menyampaikan besar kemungkinan selesai bulan lima. Dan sebagian yang lain beropini awal bulan Juni. Namun yang harus kita sadari adalah, ujian di depan mata.

Bagi mbak-mbak, cutda-cutda KMA, jangan melamun lagi. Walaupun dimata kalian dunia sedang berputar lambat (slow motion) tapi tidak demikian dengan dunia nyata. Apa lagi musin ujian, waktu terasa mulai mengejar dengan pisau dapur di tangan, jadi berhati-hatilah. Jangan hingga tertusuk pisau dapur ini, sakitnya melebihi putus cinta (joke).

Organisator, olahragawan, pegiat kajian dan rihlah. Alangkah baiknya, berhenti sejenak untuk memuluskan harapan luhur yang diniatkan dari kampung nan jauh dimata. Walaupun waktu tak terasa usang bagi kita, tapi yakinlah, akan sangat usang bagi orang renta yang menanti.

Bangun dari sekarang, jangan hingga nanti kita berteriak Azhar dhalim, gak ada toleransi dan terlalu memilah milih!

Al- Azhar tidak zalim

Jika kita tersadar dari sekarang, yakinlah Azhar terlalu tasamuh (memberi aneka macam kemudahan) bagi mahasiswa ajnabi (non-Mesir). Bukankah duktur memberi tahdidan sebelum ujian, bukankan Al-Quran tidak diujiankan 30 Juz. Dengan kemudahan-kemudahan tersebut Azhar berharap kita tidak tertekan dan bisa melewati ujian tersebut, namun sebaliknya kita belum tersentuh untuk memegang diktat dan terus berleha-leha.

Azhar zalim berkumandang keras, seakan azhar betul-betul berbuat ibarat itu. Padahal jikalau azhar menerapkan sistem yang sama untuk semua mahasiswa. Akan sedikit sekali mahasiswa luar  yang bisa lulus naik tingkat.

Sebaiknya kesadaran akan hal-hal ibarat ini kita pelihara dari sekarang, semoga diakhir Agustus-September bunyi “Azhar itu dzalim” tidak keluar asal-asalan dari verbal kita. Jika yang menyampaikan ibarat itu bukan mahasiswa Azhar, mungkin sanggup dimengerti. Karena dia tidak pernah mencicipi hangatnya kursi kuliyah kita.

Tapi jikalau mahasiswa azhar sendiri yang mengeluarkan pernyataan ibarat itu, maka perlu dipertanyakan kembali dengan barometer apa dia mengeluarkan statement. Sekali lagi, kursi kuliyah masih hangat dan luang untuk kita tempati. Keep spirit, Jak kuliyah, jak belajar!
Rabbuna yunajjahna! Amin

banner
Previous Post
Next Post