Saturday 14 March 2020

Studi Perkembangan Hadis Dari Kurun Ke Masa



Hadis Nabi Saw. merupakan landasan aturan kedua bagi agama Islam sesudah Al-Quran al-Karim. Tak heran jikalau para ulama zaman dahulu rela menghabiskan hari-hari mereka demi meneliti, menekuni, dan menghafal hadis-hadis tersebut.

Bahkan, tak jarang dari mereka yang melaksanakan perjalanan jauh bahkan berbulan-bulan lamanya hanya untuk mendapat sebuah hadis. Studi wacana hadis nabi sendiri telah dimulai semenjak masa Rasulullah hingga dalam kitab-kitab para ulama terdahulu.

Penelitian perkembangan studi hadis tak mungkin terlepas dari sejarah perkembangan ilmu itu dari awal munculnya hingga masa sekarang. Para ulama juga telah membagi sejarah perkembangan ilmu ini ke dalam beberapa fase yang terangkum dalam serpihan sejarah kodifikasi sunnah.

1. Masa Rasulullah Saw. Hingga Akhir Abad Pertama Hijriyah

Pada fase ini, hadis Nabi Saw. belum dikumpulkan dalam bentuk buku. Tapi hanya berbentuk lembaran kertas (shahifah) yang berisi bab-bab tertentu yang ditulis secara perorangan oleh para shahabat. Jumlahnya pun sangat sedikit.

Akan tetapi, bukan berarti hadis-hadis yang hingga pada kita kini ini palsu dikarenakan sedikitnya sumber tulisan, tidak. Ini disebabkan faktor kebiasaan masyarakat Arab zaman dahulu yang populer Ummy, mereka lebih mengandalkan hafalan. Salah satu shahifah yang populer pada masa ini ialah shahifah Jabir bin Abdullah yang berisi wacana manasik haji.

2. Pembukuan Sunnah Secara Resmi dan Pengklasifikasiannya (Tadwin wa Tashnif)

Fase ini dimulai pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz hingga masa kini. Adapun orang yang pertama kali membukukannya ialah Muhammad bin Muslim bin Syihab al- Zuhri (124H) atas perintah Umar bin Abdul Aziz yang lalu banyak diikuti oleh para ulama setelahnya.

Kemudian, kurun ketiga hijriyah merupakan masa puncak dalam sejarah perkembangan pembukuan sunnah, para ulama mulai mencari metode gres dalam penulisan sunnah. Diantara mereka ada yang menyusunnya sesuai dengan perawi tertinggi ( musnad), menyerupai musnad Imam Ahmad, ada pula yang menyusunnya sesuai dengan jenis hadis ( sahih,hasan dan maudhu') menyerupai yang disusun oleh Imam Bukhari dalam Sahihnya.

3. Perkembangan Hadis Masa Modern.

Perkembangan hadis pada masa ini tak terlepas dari imbas dua madrasah hadis populer yaitu India dan Mesir yang keduanya merupakan promotor kebangkitan madrasah hadis kurun ke-14 hijriyah.

a. India dan Madrasah Hadis

Sebagian ulama telah mencapai kata setuju bahwa para ulama India mempunyai peranan penting dalam menghidupkan kembali madrasah hadis. Bahkan sebagian ulama besar hadis ketika ini masih saja merujuk kembali karya-karya ulama hadis bumi Hindustan, bahkan tak ada satu perpustakaan pun kecuali di dalamnya terdapat karya dari ulama negeri ini.

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam muqaddimahnya pada buku Miftah KunuzAl-Sunnahberkata: " jikalau bukan hasil pengorbanan saudara kita para ulama India terhadap ilmu hadis, maka akan sirnalah ilmu ini di banyak tempat di Timur…." Di antara para ulama India yang populer antara lain: Syaikh Abdurrahman Abu al-Aliy al-Mubarakfury karyanya yang populer yaitu Tuhfatul Ahwudzisyarah Sunan Turmuzi dan Syaikh Muhammad Syamsul Haq bin Amir Ali al-Adhim Abadi yang menulis kitab 'Aunul Ma'bud syarah Sunan Abi Daud.
b. Mesir dan Al-Azhar
Walaupun mesir pada awalnya tak semarak India dalam membangkitkan madrasah hadis, namun Mesir dengan Azharnya ikut juga mengambil Andil dalam pengembangan madrasah hadis zaman kini ini. Ditambah lagi akhir-akhir ini Mesir khususnya al-Azhar mulai menghidupkan kembali sunnah- sunnah mereka terdahulu. Terbukti dengan maraknya kajian hadis yang diadakan di sekitar mesjid legendaris ini, yang diajarkan pribadi oleh para pakar hadis mereka. Bahkan al-Azhar tak segan-segan mendatangkan ulama hadis terkemuka demi mejaga dan membuatkan madrasah hadis di seluruh dunia.
c. Perkembangan Studi Hadis di Indonesia
Sulit kiranya melacak perkembangan hadis di Indonesia dikarenakan sedikitnya tumpuan yang ada. Berbeda dengan cabang ilmu yang lain menyerupai tafsir, fikih, akidah, dan filsafat yang bukunya senantiasa memenuhi perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia.
Namun demikian bukan berarti Indonesia tidak mempunyai sejarah wacana ilmu ini. Sejarah perkembangan hadis di Indonesia sendiri sudah dimulai semenjak kurun ke-17masehi yang dipelopori oleh dua orang ulama Aceh populer yaitu Syaikh Nuruddin al-Raniry dengan karyanya Hidayatul Habibfi Targhib wa Tarhib yang menginterprestasikan hadis dengan ayat-ayat Al- Alquran untuk mendukung argumen yang ada dalam kitab tersebut.
Sedangkan yang kedua ialah Syaikh Abdurrauf al-Singkili yang berasal dari Singkil NAD. Adapun dua maha karyanya dalam bidang hadis adalahSyarah lathif 'ala Arba'in Hadisan lil Imam al-Nawawi dan yang kedua ialah Al-Mawa'idz Al-Badi'ah yang berisi kumpulan hadis-hadis qudsi.
Walaupun perkembangan studi hadis di Indonesia sudah dimulai semenjak kurun ketujuhbelas, namun studi ini belum terkenal. Hal ini disebabkan oleh kecerendungan masyarakat pada tasawuf ketika itu.
Studi ilmu hadis gres dikenal pada awal kurun ke-20 yang merupakan pembaharuan terhadap perkembangan studi ilmu ini. Pada masa ini ilmu-ilmu hadis mulai diajarkan di surau-surau, pesantren-pesantren, mesjid, bahkan di sekolah-sekolah. Hingga pada tahun 70-an dibukalahpost graduate di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia yang merupakan cikal bakal perkembangan studi hadis di Indonesia.

Oleh: Khairul Rafiqi
Mahasiswa Tkt. IV, Fak. Ushuluddin, Jur. Hadis, Univ. al-Azhar, Kairo.
Tulisan ini  pernah dipublish pada Buletin Pendidikan KMA, Edisi ke- XXIII, Rabi’ul Akhir 1433H/ Maret 2012.

banner
Previous Post
Next Post