Wednesday 2 October 2019

Filosofi Mie Aceh Goreng Lembap


Oleh: Muhammad Mutawalli Taqiyuddin*

Sumber: google image

Aceh, salah satu tempat yang kaya akan beraneka ragam kuliner. Salah satunya yakni Mie Aceh. Tak hanya masyarakat lokal, seluruh warga Indonesia mengenal masakan enak ini sehingga menjadi salah satu masakan khas Indonesia yang asal Aceh. 

Mie Aceh yakni kuliner yang mengandung karbohidrat sebagai gizi utama, berbahan utama mie kuning tebal dengan irisan daging sapi, kambing, ayam atau kuliner maritim menyerupai udang dan cumi.

Disajikan dengan bumbu sejenis kari yang gurih dan sensasi pedas yang beraneka level. Biasanya ditaburi bawang goreng dan disajikan bersama kerupuk emping, potongan bawang merah, mentimun, dan jeruk nipis. 

Jika diklasifikasi, Mie Aceh terbagi kepada tiga jenis : Mie Aceh goreng (kering), Mie Aceh Tumis atau yang biasa dikenal juga dengan Mie Aceh Goreng Basah, dan Mie Aceh kuah. 

Mengapa Mie Aceh? Karena saya yakni orang Aceh dan ketika menulis ini, perut saya sangat lapar. Mie Aceh merupakan salah satu hidangan kuliner favorit yang menciptakan nafsu makan saya diatas rata-rata insan normal, maka dari itu untuk menahan lapar, saya menulis kolom ini; Mie Aceh. 

Dan saya sarankan bacalah goresan pena ini ketika anda lapar, alasannya yakni tidak ada nikmatnya membaca ini ketika perut sedang full tank

Dari tiga jenis Mie Aceh yang disebutkan tadi, ada satu jenis yang mungkin terlihat biasa saja tapi sangat unik, yaitu Mie Aceh tumis atau goreng basah. Apa yang unik dari Mie Aceh goreng lembap tersebut? 

Apakah alasannya yakni bumbunya yang meresap tepat dengan keseimbangan kamera yang diambil sudut pandang yang pas? Eh, salah, maaf. 

Apakah alasannya yakni bumbunya yang meresap tepat sampai ditemukan keseimbangan antara bumbu, mie dan kuahnya yang sanggup menciptakan rasa unik tersendiri di pengecap anda? Apakah alasannya yakni disaat anda ragu mau pesan mie Aceh jenis apa, ragu ingin makan yang kering atau kuah sehingga anda menentukan yang sanggup dua-duanya yaitu dengan di tumis? Itu benar, akan tetapi letak keunikannya bukan disitu. 

Keunikan dari Mie Aceh goreng lembap yakni hidangan tersebut menjadi simbol keseimbangan. Mie Aceh yakni simbol keseimbangan. 

Mie Aceh ; Simbol Keseimbangan 

Duh, perut makin lapar aja nih. Perutku tak henti-hentinya mendesakku supaya segera ke warung Mie Aceh terdekat. Sebelum itu, kiranya perlu dijelaskan bagaimana bisa Mie Aceh goreng lembap disimbolkan dengan keseimbangan. 

Keseimbangan yakni salah satu hal yang perlu diperhatikan baik-baik dalam hidup. Secara umum salah satu faktor orang-orang sukses di dunia ini alasannya yakni mereka bisa menjaga keseimbangan hidup. Dilihat dari sudut psikologi, insan mempunyai empat dimensi kunci, antara lain : Tubuh (Fisik), Otak (Mental), Hati (Emosional), dan Jiwa (Rohani). 

Dari keempat dimensi tersebut perlu adanya keseimbangan yang kalau tidak dijaga keseimbangan tersebut sanggup menciptakan seorang insan mengalami kekacauan yang menimpa sendi-sendi kehidupan. 

Contohnya kalau kerja keras yang melibatkan fisik dan mental tanpa melihat dimensi emosional dan rohani, maka akan berakibat kelumpuhan aspek lain yang tentunya mempengaruhi perkembangan kehidupan fisik, mental maupun spiritual seseorang. 

Dilihat dari dimensi lain, umat Islam menghadapi dua dimensi besar yaitu dimensi dunia dan alam abadi (hari akhir). Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Adh-Dhuha ayat 4: 

“Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan” (QS. Adh-Dhuha (93) : 4) 

Para mufasir ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ‘yang kemudian’ itu yakni kehidupan akhirat, sedangkan ‘yang permulaan’ yakni kehidupan dunia. Maka sanggup diambil kesimpulan bahwa kehidupan alam abadi lebih baik dari kehidupan dunia. 

Namun dari itu mengutamakan amalan-amalan untuk alam abadi dan meninggalkan urusan dunia merupakan referensi cara mengambil kesimpulan yang salah. Mengapa demikian? Karena dalam Al-Quran juga, Allah berfirman pada Surat Al-Qashash ayat 77: 

“Dan carilah (pahala) negeri alam abadi dengan apa yang telah dianugerakan Allah kepadamu, tetapi janganlah kau lupakan bagianmu di dunia dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash (28) : 77) 

Dari ayat ini, justru Allah juga memerintahkan kita supaya jangan meninggalkan urusan dunia dengan dalih sibuk mencari pahala untuk hari alam abadi kelak. Dalam artian memerintahkan kita supaya senantiasa menjaga keseimbangan hidup demi kebahagiaan dunia maupun akhirat. Begitulah Islam berbicara mengenai keseimbangan. 

Mie Aceh goreng lembap yakni bentuk keseimbangan. Keseimbangan antara kuah yang tidak terlalu banyak layaknya di Mie kuah dan dosis bumbu mie yang juga tidak sebanyak di Mie goreng kering, sehingga sanggup meninggalkan jejak sensasi kuah dan bumbu mie yang enak di pengecap penikmatnya. Di salah satu kesempatan sobat saya pernah mengatakan, “kalau ragu mau pesan apa, pesan aja mie goreng basah, alasannya yakni mie goreng lembap itu kuahnya sanggup menyerupai mie kuah dan resapan bumbunya juga sanggup menyerupai mie goreng kering”. 

Di ketika kita galau mau lebih fokus berguru sains (dunia) atau ilmu agama (akhirat) alasannya yakni keduanya amat penting, maka keluarkanlah idealisme keseimbangannya. Belajarlah kedua-duanya dengan kreatifitas menyeimbangkan waktu dan sarana. 

Keseimbangan hidup itu perlu dilatih. Jika sekarang anda sedang di kairo, maka singgahlah ke dua rumah makan Mie Aceh yang sangat populer di kalangan mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia di Mesir. Bahkan kelezatannya juga diakui oleh non-Indonesia. Yaitu Mie Aceh Pakaji di 10th district, Medinat Nasr dan Mie Aceh Darrasah yang berlokasi di Darrasah, belakang Masjid Al-Azhar. 

Di dua tempat ini, anda sanggup melatih diri untuk menjaga keseimbangan hidup dengan memesan Mie Aceh goreng basah, kalau dipesan dengan istilah Mie Aceh tumis mungkin agak terdengar gila di telanga kokinya. Tapi kalau istilah Mie Aceh goreng basah, itu akan menciptakan stok air untuk kuah dan bumbu mie untuk diracik bersama mie seimbang sehingga stok bumbunya juga tidak cepat habis. 

*penulis yakni mahasiswa tingkat I Universitas Al-Azhar, Fakultas Ushuluddin
banner
Previous Post
Next Post