Thursday, 28 November 2019

Altovart Chapter 2 – Lipatan Dimensi


Setelah Rohs pergi untuk menemui temannya, Beka yang kelaparan masuk kembali ke pondok milik paman Togan. Tentu saja beliau bermaksud mencari sesuatu untuk dimakan. Dia memperhatikan segala detil yang ada di sana. Sekilas tidak nampak banyak perbedaan antara suasana rumah di bumi dan disana. Namun ada satu hal yang menarik perhatiannya, kalau dilihat dengan seksama ampir setiap perabotan disana mempunyai hiasan kerikil yang berwarna biru dan yang absurd ialah beliau sama sekali tak menemukan alat makan atau piring dan lainnya. Lalu Beka pun mencari paman bau tanah itu untuk bertanya. 


“ Paman!! Paman!!... Dimana kau? Hei, apa kamu mendengarku?” teriak Beka mencari paman Togan. “ Dimana paman bau tanah itu, absurd sekali padahal tadi beliau kan ada di rumah.” Gumamnya sendiri sambil duduk di ranjang kawasan beliau pingsan tadi. Lalu tiba - tiba secara asing paman Togan muncul di hadapannya melewati sebuah dinding aneh, bukan itu lebih menyerupai beling yang bergelombang menyerupai air. “ WOOAHHH… Paman? Darimana kamu muncul? Apa kamu penyihir?” Tanya Beka yang kaget melihat paman bau tanah itu muncul secara tiba – tiba di hadapannya.

“ Hahaha…dasar bodoh, penyihir hanya ada di dunia khayalan, dunia konkret tak mendapatkan hal itu. Yang barusan itu murni sains nak. Mungkin dimatamu yang bukan berasal dari Altovart ini akan menganggap sains dan sihir ialah hal yang sama disini.”  Jelas paman Togan. Beka yang masih tak percaya dengan apa yang barusan dilihatnya pun bertanya “ Lalu sains macam apa yang sanggup menjelaskan hal itu? Maaf paman tapi itu masih terlalu absurd buat ku.” Tanya nya. 

“Hei hei, bukankah kamu sudah pernah melihat dinding itu sebelumnya?” Tanya paman Togan. “ maksudnya?” Tanya Beka kembali. “ Seharusnya kamu tiba ke tanah Altovart ini pun melewati dinding tersebut.” Jawab paman Togan. “Eee.. Makara itu yang yang disebut lipatan dimensi. Paman, bisakah kamu menjelaskan lebih detil lagi kepadaku mengenai lipatan dimensi itu? Jujur saya masih belum terlalu mengerti.” Pinta Beka.
“Baiklah saya akan membuat nya gampang untuk anak kurang bakir sepertimu. Coba bayangkan sebuah kertas yang panjang. Sekarang gambarlah sebuah titik di masing masing ujungnya. Diantara kedua titik tersebut niscaya ada ruang kosong. Pertanyaannya adalah, lewat mana jarak terdekat untuk mencapai satu titik ke titik yang lain?” Tanya paman Togan. Beka pun berpikir “Ehmm…itu mudah, tinggal buat saja garis lurus dari titik satu ke titik lainnya itu jarak terdekatnya. Benar kan?” 

“Hahaha itulah kenapa saya menyebutmu bodoh. Apa kamu lupa bahwa itu kertas? Jika kamu melipatnya dan menyatukan kedua ujungnya, bukankah itu mengakibatkan kedua titik tersebut melekat satu sama lain? Prinsinya ialah sama, kamu pernah mendengar penyusun terkecil suatu benda ialah titik titik yang amat kecil. Tapi ada teori lain yang menyampaikan bahwa penyusun terkecil suatu benda ialah dawai atau string. Di dunia mu mereka menyebutnya teori string. Begitulah cara kerja lipatan dimensi, yaitu dengan melipat string untuk membuat jalan pintas antar dimensi. Apa kamu sudah mengerti sekarang?” terang paman Togan.

Mendengar klarifikasi tadi  Beka tampak puas “Ohh… saya mengerti sekarang. Tapi apakah orang di Altovart ini begitu gampang untuk membuat lipatan menyerupai itu? Di Bumi kami bahkan tidak menenal hal menyerupai itu tapi kalian sangat bebas menggunakannya disini.” Tanya Beka yang menemukan keheranan baru. Paman Togan pun sejenak bengong memikirkan hal itu, kemudian beliau pun menyadari suatu keanehan. Keanehan itu mengarahkan perhatiannya pada kedatangan Beka secara misterius di Altovart. Yang bahkan insan bumi tidak ada yang tau bagaimana cara membuat lipatan. “Apa anak ini benar berasal dari bumi? Atau jangan – jangan ada yang anak ini sembunyikan?” pikir paman Togan.


Nantikan kelanjutannya di Chapter selanjutnya, Bersambung…..
banner

Related Posts: