Monday 18 November 2019

Laporan Eksklusif: Simposium Internasional Ppi Timur Tengah Dan Afrika 2017

Para narasumber Simposium Internasional terlihat semangat mengikuti kegiatan



Kmamesir.org. 7/4/2017. Madinah Al-Munawwarah, Arab Saudi. Awal bulan April ini Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Timur Tengah mengadakan aktivitas besar. Tahun kemudian ketika Simposium Internasional diadakan di Kairo berhasil sukses, seluruh delegasi memuji kinerja dan hasil rapat simposium sendiri. Di samping itu, sesuai klause seluruh delegasi, simposium daerah Timur Tengah tahun 2017 akan diadakan di Tanah Haram Madinah Al-Munawwarah, Saudi Arabia.

Demi mengharapkan hasil yang memuaskan panitia berusaha dan bekerja keras mempersiapkan jadwal berjalan semaksimal mungkin. Sehingga dengannya suasana sanggup mendukung lahirnya wacana dan planing-planing terbaik demi terwujudnya keinginan besar bangsa Indonesia.

Panitia mulai mengirimkan selebaran untuk seluruh PPI di Timur Tengah supaya mengutus delegasi dari setiap himpunan mahasiswa. Delegasi dari Indonesia tak mau kalah, tiba dari banyak sekali Universitas di Indonesia berpartisipasi membahu kesuksesan acara. Berharap pencapaian Indonesia optimistik sebagaimana ketika bangsa ini lahir.

Tak mau kalah, PPMI Mesir awal Februari mulai membuka registrasi bagi siapa saja yang ingin ikut berperang melawan banyak sekali polemik di tanah air. Sederet mahasiswa Al-Azhar mengikuti seleksi menjadi delegasi, hasil seleksi berhasil menjaring 13 anggota. Setelah sebulan mempersiapkan keberangkatan, risikonya Sabtu 1 April pukul 02:00 clt. Pesawat Egypt Air berangkat menuju Madinah Al-Munawwarah bersama anggota delegasi dari PPMI Mesir.

Pukul 04:00 waktu Madinah, pesawat Egypt landing di atas aspal bandara Madinah. Setelah mengisi banyak sekali surat, delegasi dipersilahkan masuk ke tanah haram. Dan disambut hangat oleh PPI Arab Saudi dan panitia Simposium yang selanjutnya dibawa menuju hotel delegasi.

Dua hari menuju hari Simposium, sejumlah delegasi mulai berdatangan. Datang dari banyak sekali penjuru Afrika dan Timur Tengah: Maroko, Tunisia, Yaman, Syiria, Iran, Sudan, Mesir, Pakistan, Afrika Selatan, Libanon, Arab Saudi, Malaysia, Singapura, bahkan dari Indonesia.

Minggu kemudian para delegasi dibawa mengelilingi destinasi yang ada di Madinah guna menunggu delegasi lain yang belum hingga sembari menunggu kekosongan kegiatan. Para delegasi berziarah ke Mesjid Quba dimana Nabi Muhammad Saw. awal mula mendirikan mesjid di Madinah yang tak jauh dari Mesjid Nabawi. Ada riwayat yang menyampaikan bergotong-royong Baginda Nabi sering shalat ashar di Mesjid Quba di setiap hari Sabtu dengan mengendarai untanya. Mesjid Quba mempunyai fadhilah tersendiri, selain itu setiap jemaah umrah dan haji tak pernah lupa berziarah ke sana.

Perjalanan kembali dilanjutkan menuju kebun kurma. Dari pamflet sudah bernada gila "kebun kurma", ternyata ada bahasa Indonesia di tanah Arab. Para delegasi dipersilahkan masuk sambil melihat-lihat kebun kurma. Setelah diteliti yang punya tanah rupanya orang Indonesia, bukan hanya itu, kebanyakan karyawannya orang orisinil Indonesia. Pengunjung boleh merasakan kurma apa saja sebelum membeli.

Perjalanan berlanjut ke gunung Uhud. Dengan berbekal kurma gratis dari kebun kurma perjalanan dilanjutkan ke gunung Uhud, sejarah mencatat betapa agungnya tempat tersebut. Peperangan antara kaum Muslimin dan kafir Quraisy terjadi di gunung Uhud sehingga disebut Perang Uhud. 

Walaupun banyak yang menyampaikan kaum muslimin kalah tapi para ulama tidak oke dengan pendapat ini, realitanya walau kaum Muslimin diserang kembali berkat akal panglima ketika itu Khalid bin Walid. Akan tetapi meskipun berhasil bangun menyerang balik kaum Muslimin, kaum kafir Quraisy tak bisa memasuki kota Madinah. Nah inilah yang menjadi pertimbangan para ulama. Dan kekalahan yang dimaksud hanyalah peringatan bagi kau Muslimin sendiri supaya senantiasa mendengarkan nasehat, tetap fokus dan bersabar. Dengan terjadinya insiden itu, kita semua diberikan pelajaran bahwa beginilah rasanya dibantai dan dikalahkan. 

Selepas shalat ashar di Mesjid Uhud. Para delegasi diberikan waktu untuk berziarah ke makam para Syuhada Uhud. Seluruh Syuhada tersebut merupakan Huffazh (penghafal Al-Quran).

Perjalanan kembali dilanjutkan ke Mesjid Ali atau lebih dikenal Sab'u Masaajid, yang katanya dulu pernah dibangun 7 mesjid yang saling berdekatan di hilir bukit sehingga demi menimbang jelek baik risikonya ketujuh mesjid tersebut direnovasi dan disatukan sehingga menjadi Mesjid Ali.

Dulu jamaah haji dan umrah dari Iran sering berkunjung kemari. Padahal tidak terdapat riwayat dari Rasulullah Saw. ihwal keutamaan Mesjid tersebut. Dan mesjid tersebut berbeda dengan mesjid-mesjid lainnya menyerupai Mesjid Quba dan lain-lain. 

Di bab belakang Mesjid Ali terdapat bangunan usang ketujuh mesjid yang susah untuk disatukan. Dikarenakan posisi yang agak berjauhan dengan 6 mesjid lain. Sehingga dinonaktifkan segala kegiatan di dalamnya, dikunci dan digembok. Akan tetapi ada saja yang menghancurkan gembok membuka paksa mesjid yang konon katanya supaya orang bisa beribadah di dalamnya. Wa Allahu a'lam.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Panitia penyelenggara mulai mengintruksikan delegasi supaya bersiap untuk pembukaan jadwal Simposium di Ballroom Mövenpick Hotel Madinah. 

Simposium dilaksanakan dari tanggal 3-4 April 2017. Acara Simposium ini turut dihadiri oleh Bapak Prof. Dr. Mahfud MD, selaku Penasehat KPK; Bapak KH. Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ketua Dewan Pertimbangan MUI); Bapak Prof. Dr. Gumelar Sumantri (Rektor UI 2007-2012); Bapak Prof. Dr. Mohammad Nuh (Menteri Pendidikan Nasional 2009-2014); Bapak Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung); dan Bapak Masykuri Abdillah (Guru Besar Fiqih Siyasah UIN Syarif Hidayatullah).

Fahmi Aufar Asyraf selaku ketua panitia yang juga mahasiswa King Saud, mengucapkan ribuan terima kasih kepada partisipan yang berhadir dan turut menyukseskan Simposium Internasional PPI Timur Tengah Dan Afrika 2017.

Bapak Agus Maftuh Abegebriel Duta Besar Indonesia atas Arab Saudi yang gres saja tiba dari Amsterdam pribadi menuju Mövenpick Hotel guna menghadiri pembukaan Simposium. Beliau dengan kharisma yang masih menggelora melemparkan decak tawa di antara hadirin. 

“Baru-baru ini Arab Saudi-Indonesia sudah menandatangani MoU. Kesepakatan ini muncul alasannya ialah maraknya agresi mendasar terhadap generasi muda Islam Indonesia-Saudi. Kita setuju menjaga generasi muda dari Irhabiyah (radikalisme) dan ekstrimisme serta tidak mendapatkan ideologi-ideologi kekerasan. Dengan kunjungan Raja Salman bulan kemudian menerangkan titik equal, yang sebelumnya 7 pemimpin Indonesia selalu mengunjungi Saudi Arabia,” ucap Bapak Duta Besar.

Turut juga hadir Dekan Fakultas Bahasa Arab Dan Sastra Unversitas King Arab Saudi, Prof. Dr. Ali Ma'yuf Bin Abdul Aziz Ma'yuf. Beliau pernah tinggal di Indonesia pada tahun 2009. Beliau bahagia berada di Indonesia, persis layaknya kalamullah "Allafa baina quluubikum," setiap kita berbeda ras dan negara, akan tetapi serasa saudara sendiri. Serta gembira pada masyarakat Indonesia yang sangat antusias mencar ilmu bahasa Arab.

Beliau merancang jadwal besar yaitu membangun literasi Bahasa Arab di 40 negara. 

Prof. Mahfud MD. berpendapat, hancurnya sebuah negara dikarenakan negara tersebut tidak bisa mengelola 2 kebutuhan pokok yang menimbulkan perpecahan. Selain itu salah satu faktor mengapa banyak orang murka alasannya ialah di Indonesia sudah tidak ada keadilan.

Gong emas berbunyi tanda resmi Simposium Internasional dibuka. Seminar selesai dilaksanakan hingga shalat ashar dan akan dilanjutkan sehabis esok harinya.


Dengan adanya Simposium Internasional ini semoga menjadi solusi bagi Indonesia menuju 100 tahun yang berjaya. Selain kaya dengan keanekaragaman budayanya Indonesia juga kaya dengan masalah. Maka dari itu, mahasiwa Indonesia di luar negeri mengadakan Simposium Internasional layaknya duduk mufakat menyerupai pesan para tokoh dan pendahulu bangsa, sehingga Indonesia sanggup mencapai kejayaan yang hakiki.(SM)
banner
Previous Post
Next Post