Petikan Hadits :
فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي
“Maka jauhkanlah urusan tersebut dariku, dan jauhkan saya darinya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada, kemudian jadikanlah saya ridho dengan takdir tersebut.”
Penjelasan :
Kalimat :
فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ
“Maka jauhkan urusan tersebut dariku, dan jauhkan saya darinya”
Kalimat ini menujukkan permohonan biar dijauhkan dari keburukan secara sempurna, maka hal ini tidaklah terwujud kecuali berupa penjauhan dari dua sisi sekaligus, yaitu : dijauhkan orang yang beristikharah dari urusan yang berdampak jelek tersebut, dan sebaliknya.
Dengan demikian, penjauhan yang dikendaki didalam doa ini ada dua macam:
- Dijauhkan urusan yang berdampak jelek dari orangnnya, yaitu tidak ditaqdirkan urusan tersebut untuknya, bahkan ditaqdirkan urusan itu jauh darinya.
- Dijauhkan orangnya dari urusan yang berdampak jelek tersebut, yaitu dengan cara ia dipersulit untuk meraihnya, dan hatinyapun dijadikan tidak terikat sama sekali dengan urusan tersebut, lantaran jikalau hatinya terikat, dikhawatirkan sanggup mengkristal menjadi kehendak, kemudian berbuah perbuatan.
Terkadang seseorang, disebabkan lantaran minimnya ilmu Syari’at yang dimilikinya atau lantaran mengikuti hawa nafsunya, padahal Allah telah menjauhkan suatu keburukan darinya, namun hatinya masih terikat dengannya, banyak mengingat-ingatnya, bersedih, serta kecewa atas kehilangan kesempatan mendapatkannya.
Oleh lantaran itu seseorang membutuhkan memohon kepada Allah biar menjauhkannya dari urusan yang berdampak jelek tersebut, dan menjauhkan urusan itu darinya.
Petikan Hadits :
وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ
“Takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada”
Maksudnya: “Taqdirkan kebaikan itu terjadi dan berilah saya taufik untuk memperoleh kebaikan tersebut dimanapun dan kapanpun kebaikan itu ada”
Faedah :
Pada kalimat sebelumnya wacana permohonan kebaikan, didahulukan permohonan taqdir kebaikan dahulu:
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ
“Ya Allah, apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui bahwa urusan ini (hendaknya disebutkan urusannya) lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akhirnya bagi akheratku atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: …..duniaku dan akhiratku-, maka takdirkanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah”, disini memohon taqdir kebaikan terlebih dahulu, gres mohon akomodasi dan keberkahan.
Sedangkan pada kalimat permohonan dijauhkan dari keburukan,
وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي
Akan tetapi apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui urusan ini berdampak jelek bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akhirnya bagi akheratku, atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:….duniaku atau akhiratku-, maka jauhkan urusan tersebut dariku, dan jauhkan saya darinya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada, kemudian jadikanlah saya ridho dengan takdir tersebut.”, maka disini diakhirkan permohonan taqdir kebaikan, lantaran kebaikan yang dimaksud ialah sebagai pengganti dari keburukan yang dijauhkan tersebut.
Maksud :
الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ
“dimana dan kapan saja kebaikan itu ada”
(Bersambung, in sya Allah)
***
Penulis : Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id