Tuesday, 31 December 2019

Antara Umar Bin Khathab Radhiallahu’Anhu Dan Harta (1)

Jika Anda ingin tahu siapakah sosok figur yang mempunyai ciri khas berikut ini:
  1. Orang terbaik kedua di kalangan Umat para Nabi dan para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam
  2. Termasuk orang yang mendapat kebanggaan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah
  3. Termasuk salah satu dari Khulafa’ur Rasyidin radhiyallahu ‘anhum
  4. Termasuk salah satu dari sepuluh orang yang dikabarkan masuk Surga
  5. Termasuk orang yang mendapat keistimewaan berupa perintah Allah pada umat Islam untuk mengikutinya
tahukah Anda siapakah sosok figur yang mempunyai ciri khas di atas? Tidak lain dan tidak bukan beliau yaitu Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, sosok panutan yang mempunyai sekian banyak keistimewaan yang lainnya, selain yang sudah disebutkan di atas.
Ya, memang benar bahwa membicarakan langsung dia dan sisi kehidupannya yaitu suatu hal yang tidak sanggup dituangkan dalam satu buku saja, apalagi hanya dalam artikel yang singkat ini. Namun, Ma laa yudraku kulluh, laa yutraku kulluh (sesuatu yang tidak sanggup didapatkan semuanya janganlah ditinggalkan semuanya). Tidak ada rotan akar pun jadiSemoga yang sedikit ini sanggup bermanfa’at besar bagi kita semua. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقتدوا باللذين من بعدي من أصحابي أبي بكر وعمر
“Ikutilah orang-orang sesudahku dari para sahabatku, yaitu Abu Bakar dan Umar” (Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’). [1]

Keteladanan Umar dalam Menyikapi Harta

Banyak mutiara teladan dari figur kita yang satu ini. Pada kesempatan ini penulis mengangkat tema perilaku dia terhadap harta biar sanggup menjadi pola dan teladan. Apapun kedudukan kita, sama saja apakah kita yaitu anggota keluarga, masyarakat, atau pejabat dan pihak berwenang yang mengelola harta negara, semuanya membutuhkan sosok teladan dari penduduk Surga yang satu ini. Beliau berpengalaman memimpin negara besar dan bersejarah, bahkan termasuk salah satu dari Khulafa’ur Rasyidin radhiyallahu ‘anhum, yaitu penerus Rasulullah  shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam memimpin negara Islam terbesar sepanjang sejarah Islam. Lebih dari itu, dia yaitu orang terbaik kedua di muka bumi ini setelah para Nabi dan para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam.

Iman kepada Allah yaitu Pondasi Sikap Beliau Terhadap Harta

Beliau yaitu orang yang paling bertakwa kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiiq radhiyallahu ‘anhuma di tengah-tengah umat ini. Karenanya, pantas kalau seluruh perilaku dia dibangun di atas pondasi takwa dan iman. Keimanan dia kepada Allah yang tinggi membuahkan khasyatullah (takut kepada Allah), zuhud (meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfa’at bagi akhirat) dan wara’ (meninggalkan sesuatu yang membahayakan nasib seseorang di Akhirat) yang tinggi pula, dengan proteksi dari Allah.
Hal ini nampak, sampaipun ketika dia menjabat sebagai amirul mukminin (pemimpin negara kaum muslimin) di negara Islam paling besar. Saat itu dia menduduki jabatan paling tinggi.Dengan jabatan setinggi itu, sangat memungkinkan bagi dia untuk melaksanakan banyak sekali kemaksiatan terkait dengan harta negara, menyerupai memperkaya diri dan keluarganya dengan cara yang batil dan mengeruk kas negara sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi. Namun yang terjadi justru sebaliknya, dia mengingatkan diri sendiri untuk takut kepada Allah, berusaha mengawasi diri sendiri, mengaudit (menghisab) setiap amal perbuatan, dan bertakwa kepada Allah.

Wahai Para Pemimpin, Inilah Ketakwaaan Umar bin Khattab

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengisahkan wacana betapa takutnya Umar kepada azab Allah,
خرجت مع عمر بن الخطاب حتى دخل حائطاً، فسمعته يقول وبيني وبينه الجدار، وهو في جوف الحائط: أعمر أمير المؤمنين بخٍ بخٍ،والله يا بُنَيَّ الخطاب لتتقين الله أو ليعذبنك
“Saya keluar bersama Umar bin Khattab hingga dia masuk ke dalam suatu daerah yang berdinding. Saat itu saya mendengar dia menyampaikan sesuatu dan ketika itu antara saya dan dia terhalang dinding. Beliau di tengah-tengah daerah yang berdinding tersebut menyampaikan pada dirinya sendiri, ‘Apakah Umar layak menjadi Amirul Mukminin? Wah, wah! Demi Allah, wahai putra Al-Khattab, sungguh-sungguhlah bertakwa kepada Allah atau Allah benar-benar akan mengazabmu” (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththo` dan yang lainnya, Shahih dari jalan Imam Malik). [2]
Di antara masalah yang menyampaikan rasa takutnya Umar kepada Allah, walaupun keberhasilan pemerintahan telah dia raih, yaitu riwayat berikut ini.
ولما حضرت الوفاة عمر رضي الله عنه أثنى عليه الناس في إمارته وخلافته، فقال  بالإمارة تغبطوني؟! فوالله لوددت أني أنجو كفافاً لا علي ولا لي
“Menjelang wafatnya Umar radhiyallahu ‘anhu, orang-orang memuji kepemimpinan dan pemerintahan beliau. Seketika itu dia menimpali, Apakah kalian menginginkan kepemimpinan tersebut? Demi Allah, sungguh saya menginginkan diriku asal selamat saja, tidak rugi dan tidak pula untung’” (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’din dalam Ath-Thabaqat dan yang lainnya, shahih dari jalan Ibnu Sa’din).
Itulah sekelumit perilaku Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu terhadap kekuasaan, yang bagi banyak orang, kekuasaan yaitu salah satu pintu terbesar untuk sanggup mengeruk harta sebanyak-banyaknya dengan cara yang haram, namun dia menyikapinya sebagai sebuah ujian hidup yang berat. Padahal dia yaitu orang pakling baik dan bertakwa kedua di muka bumi ini, setelah para Nabi dan para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam.
(Bersambung ke : Antara Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu dan harta (2)).
***
Diolah dari Dirasah Naqdiyyah fil Marwiyyaatil Waaridah fi syakhshiyyati ‘Umar Ibnil Khaththab, DR. Abdus Salam bin Muhsin Ali ‘Isa , penerbit: Al-Jaami’ah Al-Islamiyyah (PDF).
Catatan kaki
[1] Baca: Keutamaan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu (1-2)
[2] Dirasah Naqdiyyah fil Marwiyyaatil Waaridah fi syakhshiyyati ‘Umar Ibnil Khaththab, DR. Abdus Salam bin Muhsin Ali ‘Isa , penerbit: Al-Jaami’ah Al-Islamiyyah (PDF), hal. 319
[3] Ibid, hal. 321
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id
banner
Previous Post
Next Post