Benarkah Khilafah Islamiyyah Ialah Tujuan? (2)
in
Manhaj
on December 28, 2019
Khilafah Islamiyyah Adalah Tujuan, benarkah? (1)).
Dan diantara syubhat dan penyimpangan besar yang menyelisihi manhaj dakwah para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam adalah berlebih-lebihan (ghuluw) dalam menyikapi penegakan Khilafah Islamiyyah. Lalu apakah Khilafah Islamiyyah itu?
Definisi Khilafah
Secara bahasa, kata khilafah adalah kata dasar dari
خلَفَ يَخْلُفُ خَلَفٌ ، خِلْفَة و خِلاَفَة وخُلوفًا
Dalam bahasa Arab kalau disebutkan kalimat
خلفه خليفة (Ia telah digantikan oleh seorang pengganti)
maknanya yakni ada orang yang telah menjadi penggantinya dan datang/hidup sesudahnya.
Pelakunya dinamakan خَليفة (khaliifah), bentuk jamaknya yakni خلائفُ و خُلَفاءُ (khalaaif dankhulafaa`)
Sinonim dari kata Khaliifah adalah sulthoon, ro`iis, imaam, amiir dan haakim.
Secara istilah, ulama rahimahullah telah mendefinisikan kata khaliifah secara istilah dengan banyak sekali macam definisi, walau berbeda-beda lafadznya namun sama inti maknanya. Berkata Al-Maawardi rahimahullah :
الْإِمَامَةُ : مَوْضُوعَةٌ لِخِلَافَةِ النُّبُوَّةِ فِي حِرَاسَةِ الدِّينِ وَسِيَاسَةِ الدُّنْيَا
Imamah yakni (Kepemimpinan) yang diperuntukkan untuk menggantikan kiprah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjaga agama Islam dan mengatur dunia. (Al-Ahkaam As-Sulthooniyyah, hal. 3 (PDF)).
Istilah khaliifah ini sebetulnya sudah diperkenalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مَنْكُمْ بَعْدي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا ، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh lantaran itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al-Khulafa` Ar-Rasyidin yang terbimbing, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham (maksudnya: peganglah dengan seteguhnya)”. (Shahih, HR. Abu Dawud, dan yang lainnya).
Dari klarifikasi di atas maka sanggup kita tarik sebuah kesimpulan bahwa Khilafah Islamiyyah intinya yakni sistem pemerintahan Islam yang mengumpulkan umat Islam ini di bawah satu pemimpin muslim, guna menerapkan aturan berdasarkan Syari’at Allah di atas manhaj Nubuwwah.
Setelah kita membaca keterangan di atas, di dalam artikel cuilan ke-2 ini penulis -dengan memohon taufik kepada Allah- hendak menfokuskan memperingatkan kesalahan-kesalahan dalam mensikapi dan meyakini penegakan Khilafah Islamiyyah, lantaran banyak diantara kaum muslimin yang terjatuh dalam persoalan ini serta lantaran begitu besarnya ancaman yang ditimbulkannya.
Penulis ambilkan beberapa nukilan wacana kesalahan-kesalahan tersebut di bawah ini dari kitab Manhajul Anbiya’ fid Da’wah ilallah, Syaikh Rabii’ Al-Madkhali hafizhahullah.
1. Salah memahami tujuan Agama Islam
Diantara bentuk penyimpangan tersebut yakni pernyataan,
(إنّ غاية الدين الحقيقيّة إقامة نظام الإمامة الصالحة الراشدة)
“Sesungguhnya tujuan agama Islam yang sebetulnya yakni mendirikan sistem kepemimpinan pemerintahan yang baik dan lurus (baca: mendirikan Imamah/Khilafah Islamiyyah /Pemerintahan Islam).
Konsekwensi dari ucapan di atas yakni tauhid, shalat, puasa, zakat dan fatwa agama Islam yang lainnya, hakekatnya merupakan sarana semata untuk satu tujuan agama ini, yaitu : Imamah (kepemimpinan pemerintahan Islam/ Khilafah Islamiyyah), dan ini yakni pernyataan yang batil!
2. Salah memahami ibadah
Menyimpang dari manhaj dakwah para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam membuahkan buah yang pahit, ibarat terjerumus dalam kesalahan yang fatal dalam memahami peribadatan dalam agama Islam ini, hal itu nampak dari pernyataan salah satu tokoh jama’ah dakwah berikut ini:
Kalian menyangka bahwa “berdiri menghadap kiblat, meletakkan ajun di atas tangan kiri, ruku’ bersandar (tangan) pada lutut, sujud di atas tanah dan membaca beberapa kalimat (dzikir) tertentu”- semua perbuatan dan gerakan-gerakan ini (kalian sangka)- merupakan ibadah tujuan (maksudnya: bukan ibadah perantara)?
Demikian pula puasa dari awal Ramadhan hingga awal Syawwal, rasa lapar dan haus dari pagi hingga sore (kalian sangka) itu yakni ibadah tujuan? ,membaca beberapa ayat Alquran itu ibadah tujuan?, dan tawaf disekitar Ka’bah yakni ibadah tujuan?…
Jadi, menurutnya, ibadah-ibadah yang agung tersebut kedudukannya sebatas sebagai sarana saja (baca: ibadah perantara) untuk hingga kepada ibadah tujuan dan ibadah yang pokok! Ini yakni sebuah keyakinan yang sangat merusak!
Dalam kelanjutan pernyataan di atas, ia menyampaikan :
( وبالجملة: فإنّكم قد سميتم ظواهر بعض الأعمال عبادة عندما يقوم شخص بأداء هذه الأفعال بأشكالها وصورها تظنّون أنّه قد عبد الله … والحق أنّ العبادة التي خلقكم الله من أجلها والتي أمركم بأدائها هي شيء آخر)
Dan kesimpulannya yakni : Sebenarnya kalian telah sebut lahiriyyah sebagian amal-amal tersebut di atas sebagai sebuah ibadah, jadi saat seseorang melakukan amal-amal itu dengan banyak sekali corak ragamnya, kalian sangka bahwa ia telah beribadah kepada Allah (dengan amal-amal tersebut)??…dan yang benar yakni bahwa ibadah yang dengan sebabnya Allah membuat kalian dan Allah perintahkan kalian untuk menunaikannya yakni perkara selain itu semua (ibadah tujuan)!!
Maksudnya: tujuan disyari’atkan ibadah-ibadah tersebut sekaligus tujuan diciptakan insan yakni ibadah merealisasikan Imamah/Khilafah Islamiyyah! Tentunya,ini yakni kesalahan yang sangat fatal!
Dalam ucapan yang lain, ia mengatakan:
( هذا هو الغرض الذي من أجله فرضت الصلاة والصوم والزكاة والحج في الإسلام )
Ini (yaitu: seputar persoalan Imamah/Khilafah Islamiyyah,pent) yakni sebuah tujuan yang dengan sebabnyalah diwajibkan shalat, puasa, zakat dan haji di dalam Islam.
Maksudnya: disyari’atkannya ibadah-ibadah yang telah disebutkan di atas, yang sebetulnya termasuk cuilan dari rukun Islam itu semua kembali kepada satu tujuan, yaitu untuk merealisasikan penegakan Imamah/ Khilafah Islamiyyah!
Dan hal ini yakni sebuah pemahaman yang salah, yang tidak ada dalilnya dalam Al Alquran dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shaleh.
3. Salah memahami tujuan risalah para Nabi Allah ‘alaihimush shalatu was salam
Fenomena yang pahit ternyata tidak cukup sekedar menyimpang dari manhaj dakwah para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam, bahkan kenyataan yang ada justru malah memahami sesuatu yang bukan sebagai manhaj dakwah para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam disangka sebagai manhaj mereka ‘alaihimush shalatu was salam. Berikut pernyataan yang menyimpang tersebut,
(ولأجل ذلك ما زالت الغاية المنشودة من رسالة أنبياء الله عليهم السلام في هذه الدنيا أن يقيموا فيها الحكومة الإسلاميَّة)
Karena itulah, senantiasa tujuan yang tertuntut dari risalah yang dibawa para Nabi Allah ‘alaihimus salam di dunia ini yakni menegakkan pemerintahan Islam.
4. Perhatian yang berlebihan terhadap politik
Akibat dari tidak mendahulukan apa yang didahulukan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah, maka sebagian jama’ah dakwah terjebak dengan perhatian yang berlebihan dalam persoalan politik, lantaran berdasarkan mereka, salah satu pintu terbesar untuk hingga kepada tampuk kepemimpinan Khilafah Islamiyyah adalah politik!
Ini menimbulkan mereka banyak menelantarkan sisi yang terbesar dan peringkat pertama dalam dakwah para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam, yaitu aqidah/keyakinan yang benar, yaitu tauhid!
5. Salah memahami akar kerusakan suatu negeri
Adalah sebuah anilisis yang tidak tepat, saat dinyatakan,
( إنَّ قيادة الفجار هي منشأ جميع الكوارث والنكبات التي مني بها الجنس البشري )
Sesungguhnya kepemimpinan orang-orang yang tidak shaleh (suka maksiat) yakni sumber malapetaka dan peristiwa yang menimpa manusia.
Apakah kalau tampuk kekuasaan sudah berhasil dikuasai, kemudian diangkatlah pemimpin negara itu dari orang yang shalih, niscaya hal itu jaminan keamanan negara tersebut dari malapetaka walau bagaimanapun keadaan masyarakatnya??
6. Menyerupai ucapan syi’ah rafidhah
Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam mensikapi penegakkan Khilafah Islamiyyah adalah sebuah perilaku yang pernah ditunjukkan oleh syi’ah rafidhah pada zaman Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah. Beliau pernah menukilkan perkataan seorang penulis syi’ah rafidhah sebagai berikut:
(قال المصنف الرافضي: أمَّا بعد فهذه رسالة شريفة ومقالة لطيفة اشتملت على أهم المطالب في أحكام الدين وأشرف مسائل المسلمين وهي مسألة الإمامة، التي يحصل بسبب إدراكها نيل درجة الكرامة، وهي أحد أركان الإيمان المستحق بسببه الخلود في الجنان، والتخلص من غضب الرحمن )
Berkata penulis syi’ah rafidhah : “Adapun setelah itu, buku ini yakni goresan pena yang mulia dan makalah ringan, meliputi harapan terpenting dalam persoalan aturan Agama dan persoalan kaum muslimin yang termulia, yaitu permasalahan Imamah (Khilafah). Yang dengan meraihnya, maka akan meraih kemuliaan. Dan Imamah yakni salah satu dari rukun Iman, yang dengan sebabnya, (seorang hamba) sanggup infinit di Surga dan terhindar dari marah Allah”.
7. Kesalahan dalam menilai bahwa penegakan Khilafah Islamiyyah lah hakekatnya akar persoalan dan pokok yang paling fundamental serta permasalahan kaum muslimin yang teragung
Inilah bukti kesalahan tersebut, seorang da’i sebuah jama’ah dakwah menyatakan bahwa penegakan Khilafah Islamiyyah disebut sebagai:
( مسألة المسائل في الحياة الإنسانيَّة وأصل أصولها )
Pokok dari seluruh persoalan dalam kehidupan insan dan prinsip dasar yang paling mendasar!
(وأشرف مسائل المسلمين)
Dan (hal itu) yakni permasalahan kaum muslimin yang teragung
8. Kesalahan menilai bahwa : “Penegakan Khilafah Islamiyyah merupakan salah satu dari rukun iman!”
Sungguh suatu pernyataan yang tidak berdasar, kalau dikatakan:
( وهي أحد أركان الإيمان )
(Penegakan Khilafah Islamiyyah) yakni salah satu dari rukun Iman!!
Sebuah ucapan yang tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum!
Itulah beberapa penyimpangan jama’ah dakwah dari manhaj para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam, walaupun sebetulnya masih banyak bentuk-bentuk penyimpangan dakwah yang lainnya, namun beberapa pola di atas biar sudah cukup menggugah kesadaran kaum muslimin terhadap bahayanya menyelisihi manhaj para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam dalam menuntaskan problematika umat Islam ini.
Bayangkan kalau seandainya setiap organisasi dakwah merumuskan manhaj sendiri-sendiri yang menyelisihi manhaj para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam, maka perpecahan dan perselisihan umat menjadi suatu hal yang tidak sanggup dihindari! Camkanlah!
Sanggahan para ulama rahimahullah
Sebelum kita menyimak sanggahan para ulama rahimahullah dengan rinci terhadap beberapa kesalahan dan penyimpangan prinsip dakwah yang telah disebutkan di atas, berikut ini klarifikasi secara global wacana bantahan ilmiyyah tersebut.
Para ulama kita rahimahullah telah menjelaskan bahwa :
- Menegakkan Khilafah Islamiyyah memang wajib hukumnya, namun ingat, didalam Islam segala sesuatu haruslah diletakkan pada tempatnya, termasuk persoalan ini. Kaprikornus sebetulnya Khilafah Islamiyyah wajib hukumnya, namun ia bukanlah kewajiban yang paling wajib dan yang paling penting dalam Islam.
- Ulama rahimahullah juga menjelaskan bahwa Khilafah Islamiyyah adalah wasilah (perantara) dan bukan tujuan!
- Bahkan sesungguhnya pernyataan bahwa persoalan Imamah/ Khilafah Islamiyyah yakni tuntutan tertinggi dan fatwa teragung lagi terpenting dalam Islam itu yakni sebuah kedustaan berdasarkan janji kaum muslimin dan bahkan merupakan suatu bentuk kekufuran.
- Tidak adanya penyebutan wacana Khilafah Islamiyyah dalam bentuk yang mendominasi dan yang lebih besar penegasannya di dalam Al Alquran dan As-Sunnah, ini hakekatnya merupakan bukti bahwa Imamah/ Khilafah Islamiyyah bukanlah kasus yang terpenting dalam Syari’at Allah
- Suatu kasus yang sangat fundamental sekali dalam Islam bahwa dari dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mempersyaratkan pengetahuan wacana Imamah sebagai syarat kesahan keimanan orang yang masuk Islam.
- Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyebutkan Imamah sebagai salah satu dari rukun iman.
- Para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam dalam meyelesaikan banyak sekali problem umatnya masing-masing, tidak pernah seorangpun diantara mereka yang menimbulkan persoalan Imamah sebagai solusi terpenting dan pertama sebelum yang lainnya!
- Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Utusan Allah yang terbaik, beliau pun dalam meyelesaikan banyak sekali problem umatnya, tidak pernah menimbulkan persoalan Imamah sebagai solusi terpenting dan pertama!
Adapun klarifikasi lebih lanjut wacana point-point bantahan tersebut, sanggup Anda baca di artikel selanjutnya : Benarkah Khilafah Islamiyyah Adalah Tujuan? (3). In sya Allah.
***
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id