Saturday, 28 December 2019

Benarkah Khilafah Islamiyyah Ialah Tujuan? (1)

Benarkah Khilafah Islamiyyah Adalah Tujuan Benarkah Khilafah Islamiyyah Adalah Tujuan? (1)


Menyoal Solusi Problematika Umat

Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du :

Fenomena pahit

Ingatlah wahai saudaraku, dakwah para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam berdiri di atas pilar-pilar yang kokoh, kalau salah satu pilar tersebut tidak ada , maka tidaklah sebuah dakwah dikatakan sebagai dakwah yang benar dan tidak akan membuahkan buah yang dibutuhkan dengan sempurna, walaupun dikerahkan banyak sekali daya upaya dan dihabiskan waktu yang usang untuk dakwah tersebut, sebagaimana hal ini terjadi dalam kenyataan, banyaknya gerakan dakwah masa kini, yang dakwah mereka tidak terbangun di atas pilar-pilar dakwah para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam tersebut.
Sejak dahulu, ulama telah memperingatkan adanya jama’ah dakwah yang mempunyai manhaj (metode) dakwah yang menyelisihi manhaj dakwah para Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berkata salah seorang ulama dan mufti senior, Syaikh Shaleh Al-Fauzan hafizhahullah :
Dan bahwasanya gerakan dakwah apapun, yang tidak tegak di atas beberapa asas dakwah ini (yaitu: beberapa pilar dakwah yang telah disebutkan sebelumnya oleh beliau, silahkan baca: Pilar-Pilar Dakwah Para Nabi ‘alaihimus salam dalam Menyelesaikan Problematika Umat 1-4, pent)dan manhaj (metodologi) gerakan dakwah tersebut tidak berdiri di atas manhaj para Rasul, maka tidak akan membuahkan hasil, malah pudar dan hanya akan menghasilkan kepayahan tanpa faedah yang berarti.
Bukti paling baik yang memperlihatkan benarnya pernyataan di atas yaitu adanya beberapa jama’ah dakwah zaman ini yang mencanangkan manhaj dakwah yang berbeda dengan manhaj para Rasul, beberapa jama’ah dakwah tersebut -kecuali sedikit diantara mereka- telah menutup perhatian sisi (yang paling mendasar, yaitu) aqidah (Tauhid), sampai balasannya mereka berdakwah dengan berkutat pada perbaikan sisi-sisi lainnya (sementara sisi aqidah/Tauhid tidak mendapatkan perhatian besar,pent).
(Misalnya) Kelompok dakwah yang gerakan dakwahnya memperbaiki aturan dan politik, serta menuntut penegakan hukum-hukum Syar’i dan penerapan Syari’at yang terkait dengan kasus mu’amalah antar manusia, ini memang kasus yang penting (untuk diperjuangkan), namun bukanlah sisi yang terpenting” (Manhajul Anbiya’ fid Da’wah ilallah,Syaikh Rabii’ Al-Madkhalipada bab muqodimah, hal.9).

Beberapa bentuk acara dakwah dalam menuntaskan problematika umat

Syaikh Rabii’ Al-Madkhali hafizhahullah menyebutkan dalam kitab di atas beberapa corak dakwah yang terpenting untuk dibahas, guna menangani problematika umat ini.
Beberapa bentuk acara dakwah tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, jama’ah (baca: kelompok) yang mengambil manhaj para Rasul dalam aqidah (Tauhid), ibadah dan dakwah, berpegang teguh dengan Kitab Rabb mereka serta Sunnah Nabi mereka. Mereka pun meniti jalan Salafus Shaleh dalam aqidah, dakwah dan ibadah mereka.
Inilah jalur yang wajib kaum muslimin lalui, dalam rangka melakukan firman Allah Ta’ala :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai”. (Ali ‘Imraan: 103).
Allah meridhoi mereka (kelompok ini), alasannya -dengan taufik Allah- mereka mengerahkan segala daya upaya semoga sesuai dengan manhaj yang benar, baik dalam hal ilmu (keyakinan), amal maupun dakwah, merekapun bersabar di atas jalan yang benar, sehingga menuai hasil yang diharapkan, berupa kemuliaan, kejayaan dan kebahagiaan umat ini.
Kedua, jama’ah yang memperlihatkan perhatian besar terhadap sebagian amal shaleh, namun terpengaruh oleh aliran tarekat sufiyyah yang menggoncangkan aqidah (Tauhid) sekian banyak pengikutnya dan terdapat beberapa pelanggaran dalam kasus aqidah (Tauhid) dan ibadah mereka.
Ketiga, jama’ah yang memperlihatkan perhatian besar terhadap kasus politik, ekonomi dan sosial kemasyarakatan semoga sesuai dengan pedoman Islam. Perhatian besar mereka ini nampak dalam tulisan-tulisan, mimbar-mimbar dan universitas-universitas mereka. Mereka pun juga berupaya besar menegakkan Daulah Islamiyyah dan berhukum dengan aturan Allah.
Dalam bidang perekonomian Islam pun mereka juga memperlihatkan perhatian yang besar. Mereka mengerahkan perjuangan keras untuk mewujudkan semua ini. Sebenarnya perhatian mereka yang besar ini merupakan suatu yang patut disyukuri dan sebagian perjuangan mereka merupakan kasus yang bermanfa’at bagi umat ini, khususnya pada saat-saat ini. Namun yang harus dikritisi gerakan dakwah ini yaitu bersamaan dengan semua itu, Keteledoran mereka dalam kasus aqidah (Tauhid) sangat nampak jelas. Kalaulah seandainya mereka juga mengerahkan kekuatan yang maksimal untuk memperlihatkan perhatian yang besar terhadap perbaikan aqidah sesuai dengan manhaj para Nabi dalam memberantas kesyirikan, kebid’ahan, khurafat dan keyakinan-keyakinan yang batil, tentulah mereka telah ikut andil besar bagi kejayaan Islam dan muslimin.
Dan tentulah mereka dikatakan telah memasuki “rumah melalui pintunya”, maksudnya mereka berdakwah dan memperbaiki umat dengan manhaj (metodologi) yang benar sesuai dengan manhaj para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam. (Diringkas dari : Manhajul Anbiya’ fid Da’wah ilallah, Syaikh Rabii’ Al-Madkhali,hal.135-137).

Renungan sejenak sebelum rincian penjelasan

Beberapa seri artikel ini, hakekatnya sebagai perjuangan para ulama kita rahimahumullah dalam memperlihatkan solusi bagi problematika umat ini, sekaligus merupakan bentuk nasehat dari ulama kita khususnya bagi para da’i –jazahumullahu khaira- yang telah menghabiskan umurnya guna menuntaskan problematika umat ini.
Dan bahwasanya para ulama kini memberikan nasehat ini, karena bertolak dari kiprah dan tanggung jawab yang besar mereka di hadapan Allah untuk menjelaskan agama Islam ini kepada manusia, Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil kesepakatan dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu): “Hendaklah kalian membuktikan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kalian menyembunyikannya” (Ali ‘Imraan: 187).
Disamping juga, sebagai bentuk menteladani para ulama dan da’i umat ini yang tulus nrimo menasehati umat Islam, dari sejak kurun para sahabat radhiyallahu ‘anhum hingga para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah zaman sekarang rahimahumullah yang mendahului mereka dalam mengasihi dan menasehati umat ini.
Oleh alasannya itu, selayaknyalah bagi para pencetus dakwah yang bersentuhan eksklusif dengan kasus ini, berlapang dada dan berhusnuzh zhan (berprasangka baik) kepada saudaranya yang menasehati mereka, serta membuka selebar-lebarnya pintu hatinya untuk mendapatkan kritikan ilmiyyah, demi meraih keridhoan Rabbul ‘alamin, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bagaimana berlapang dada mendapatkan kebenaran. (Diringkas dari Manhajul Anbiya’ fid Da’wah ilallah, Syaikh Rabii’ Al-Madkhali, hal.137-138).
Sobat,bukankah di dalam surat An-Naml, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam juga mendapatkan alasan ilmiyyah seekor burung Al-Hud-hud?
Ini yaitu artikel bab pertama, yang berisikan pengantar untuk memasuki klarifikasi berikutnya (pada artikel ke-2) ihwal “Bukti-bukti benarnya pernyataan tentang adanya jama’ah dakwah yang mempunyai manhaj (metode) dakwah yang menyelisihi manhaj dakwah para Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ”.
Dan sekilas akan dijelaskan pula apa makna Khilafah Islamiyyah ituSilahkan baca selengkapnya di : Benarkah Khilafah Islamiyyah Adalah Tujuan? (2).
***
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id
banner
Previous Post
Next Post