Rahasia dibalik cara yang paling banyak Allah pilih
Allah Ta’ala menyebutkan sifat baik kaum mukminin yang dianugerahkan oleh Allah Ta’alakepada diri mereka, semoga mereka terdorong untuk berbuat kebaikan dan menahan diri dari berbuat keburukan, yaitu Allah Ta’ala memanggil mereka dengan panggilan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
“Wahai orang-orang yang beriman”, kemudian Allah Ta’ala menyebutkan perintah atau larangan-Nya. Ketahuilah, sebenarnya dalam cara tersebut terdapat nilai dorongan dan ajakan kepada hamba-hamba Allah yang beriman dari dua sisi.
Sisi Pertama
Dorongan dan Seruan untuk Menegakkan Konsekuensi Keimanan, Syarat, dan Penyempurnanya
Apa yang Allah Ta’ala sebutkan sesudah panggilan keimanan tersebut yaitu bab dari konsekuensi keimanan, syarat ataupun penyempurnanya. Karena keimanan yang hakiki itu mempunyai konsekuensi, syarat, dan penyempurnanya. Merupakan kasus yang menjadi janji para ulama bahwa akidah itu sanggup bertambah dan berkurang, serta seluruh pemikiran agama Islam yang terkait dengan anggota badan lahiriyah maupun yang terkait dengan hati termasuk bab dari akidah menurut dalil yang banyak dari Al-Qur`an dan As-Sunnah, salah satunya yaitu dalil yang menjadi pembahasan di sini, yaitu dikala Allah Ta’ala memerintahkan atau melarang sesuatu dengan terlebih dahulu memanggil hamba-hamba-Nya dengan panggilan keimanan.
Ringkas kata, diam-diam indah pertama dalam metode Qur`ani ini mengandung ajakan kepada kaum mukminin untuk menyempurnakan keimanan mereka dengan melaksanakan syari’at Islam, baik syari’at yang terkait dengan kasus lahiriyah maupun problem hati. Jadi, tatkala Allah Ta’ala berfirman kepada hamba-hamba-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
“Wahai orang-orang yang beriman” kemudian Allah Ta’ala menyebutkan perintah atau larangan-Nya, maka maksudnya yaitu wahai orang-orang yang telah dianugerahi nikmat iman, sempurnakanlah keimanan anda dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sebagai konsekuensi keimanan, syarat, atau penyempurnanya.
Oleh alasannya yaitu itu, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah memberi nasehat emas dalam menyikapi ayat-ayat ajakan keimanan:
إذا سمعت الله يقول: {يا أيها الذين آمنوا} فأرعها سمعك. يعني استمع لها.؛ فإنه خير يأمر به، أو شر ينهى عنه
“Jika Anda mendengar Allah berfirman يا أيها الذين آمنوا, maka persiapkan indera pendengaran Anda -maksud ia dengarkanlah-, alasannya yaitu sebenarnya ada kebaikan yang akan diperintahkan atau keburukan yang akan dilarangnya” (Tafsir ‘Al-Utsaimin: Al-Fatihah wal Baqarah: 1/337, Maktabah Syamilah).
Hakekat perintah dan larangan Allah Ta’ala yang didahului panggilan keimanan
Panggilan keimanan dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman yaitu sebuah panggilan istimewa yang sangat tepat sasaran, alasannya yaitu seorang mukmin yang baik, dengan keimanan dalam hatinya, akan mendengar, memahami, dan tumbuh tekad berpengaruh untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu sebagai tuntutan keimanannya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan keadaan orang yang tidak beriman kepada Allah Ta’ala. Orang yang kafir tidak mau mendengar ajakan Allah Ta’ala, tidak sanggup memahami, dan tidak terbetik kemauan pada diri mereka untuk melaksanakan sesuatu yang dicintai Allah Ta’ala atau meninggalkan sesuatu yang dibenci oleh Allah Ta’ala.Kekufuran membawa mereka kepada pembangkangan, kebinasaan, dan kesengsaraan di dunia, apalagi di akhirat.
[Bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id