Oleh : Nina Raiyana
Perempuan mendapat kesempatan untuk mengembangkan kualitas diri biar setara dengan laki-laki. Hal ini juga telah banyak dibuktikan pada zaman kenabian di mana para istri dan shahabiyah diberikan kesempatan oleh Rasulullah Saw. untuk sanggup menimba ilmu semaksimal mungkin sebagai modal da’wah. Tidak hanya menjadi istri dan ibu rumah tangga yang aktif di dalam rumah, mereka pun diberikan kebebasan untuk tetap berguru dan berkontribusi bahkan hingga turun ke medan perang. Salah satu pola perempuan yang kedudukannya begitu dimuliakan oleh Islam yakni Nusaibah binti Ka’ab ra.
Sosok yang patut dijadikan sebagai panutan, mempunyai kedudukan tinggi di mata Islam. Hingga namanya selalu terkenang di dalam hati kaum mukminin dan mukminat.
Nama lengkapnya yakni Nusaibah binti Ka’ab bin Amru bin ‘Auf bin Mabdzul al-Anshariyah. Ia yakni seorang perempuan dari bani Mazin an-Najar. Ia mempunyai dua anak pria dari suaminya yang pertama(Zaid bin Ashim bin Amru) yaitu Abdullah bin Zaid dan Habib bin Zaid.
Nusaibah yakni seorang sahabat perempuan yang agung. Ia termasuk satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang pria Anshar yang hendak berbaiat kepada Rasulullah Saw. dalam Baiat Aqabah Kedua. Beliau mulai mencicipi nikmatnya iman dan Islam dari awal kedatangan Mus’ab bin Umair ra. ke Yatsrib untuk membuatkan Islam.
Berjumpa dan bertatap muka bersama Rasulullah Saw. menjadi impian dan keinginan terbesar mukmin dan mukminat terkhusus Nusaibah binti Ka’ab. Pertemuan itu bisa menumbuhkan benih-benih cinta, yang pada alhasil Allah membubuhi hati dan pikirannya dengan penuh kebahagian. Maka tidak heran sesudah itu kita melihat kiprah dan kedudukan Ummu Imarah disisi Rasulullah Saw. menjadi tinggi dan mulia. Ummu Imarah juga banyak berperan dalam membela Islam, mulai dari menjadi saksi dalam membaiat Rasulullah, kemudian perang Uhud, Hudaibiyah, Khaibar, Qadhiyah, Fathul Makkah, Hunain, dan perang Yamamah.
Kisah kepahlawanan Nusaibah yang paling dikenang sepanjang sejarah yakni pada dikala perang Uhud di bulan syawal tahun 3 hijriyah, dimana ia dengan segenap keberaniannya membela dan melindungi Rasulullah. Pada perang itu, Nusaibah bergabung dengan pasukan Islam untuk mengemban kiprah penting dibidang logistik dan medis. Bersama para perempuan lainnya, Nusaibah ikut memasok air kepada para prajurit Muslim dan mengobati mereka yang terluka.
Ketika kaum Muslimin dilanda kekacauan alasannya para pemanah di atas bukit melanggar perintah Rasulullah, nyawa dia berada dalam bahaya. Nusaibah segera mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan yang lainnya membentuk pertahanan untuk melindungi Rasulullah Saw. hingga pada alhasil ia terluka.
Pada dikala itu Rasulullah melihat kegigihan perempuan ini yang berada disisinya dan ikut berperang memainkan pedang untuk membela Rasulullah. Begitu juga seorang musuh yang berjulukan Ibnu Qami’ah mencoba mendekati Nusaibah dan ingin melukainya. Kemudian Rasulullah Saw. memanggil Abdullah yaitu anak Nusaibah untuk ikut membantu ibunya “wahai Abdullah…bantulah ibumu! Kemudian Abdullah ikut membantu ibunya dalam melawan musuh Allah. Seketika Abdullah bin Zaid bekata, “Aku teluka”, lukanya sangat parah dan darahnya tidak berhenti mengalir, maka Nabi Saw. bersabda: Balutlah lukamu. Sementara ketika itu Ummu Imarah sedang menghadapi musuh, tatkala mendengar seruan Nabi, Ummu Imarah menghampiri anaknya dengan membawa pembalut dari ikat pinggangnya. Lantas dibalutlah lukanya sedangkan Nabi bangun tersenyum. Kemudian Ummu Imarah berkata kepada anaknya: “Bangkitlah besamaku dan tejanglah musuh”. Hal itu menciptakan Nabi Saw. bersabda: “Siapakah yang bisa berbuat dengan apa yang engkau pebuat ini wahai Ummu Imarah?”
Pujian itu didengar olehnya kemudian ia meminta sesuatu kepada Rasulullah dan berkata “wahai Rasulullah ... berdoalah kepada Allah untuk mengakibatkan kami sebagai temanmu yang menemanimu di surga…”.
Itu merupakan impian terbesarnya didunia dan di akhirat. Dia tidak mengharapkan keselamatan pada jasad dan ruhnya, tidak pula kekayaan dan kedudukan, tidak diinginkan sedikitpun sesuatu dari kehidupan dunia ini, ia hanya mengharapkan biar menjadi jago nirwana dan pendamping Rasulullah di surga.
Melihat kesetiaannya terhadap Rasulullah Saw. tak ada alasan baginya untuk menolak undangan Nusaibah tersebut. Beliau berdoa: الللهم اجعلهم رفقائ في الجنة
Ummu Imarah sangat senang mendengar itu dan dia menjawab : Tidak akan ku pedulikan apa yang akan terjadi sesudah ini padaku.
Setelah itu, Ibnu Qami-ah musuh Allah berhasil memukul Ummu Imarah pada lehernya dengan pedang, sehingga ia terluka dengan luka yang sangat parah, dan darah bercucuran deras, yang mana luka ini masih saja menjadi bekas bertahun-tahun lamanya hingga ia kembali kepada sang Khaliq.
Telah terbukti bahwa Doa Rasulullah SAW dirasakan oleh seluruh ahlil bait Ummu Imarah yaitu dengan syahidnya kedua putra Ummu Imarah di dalam perperangan membela agama Allah.