Saturday, 11 January 2020

Karena Allah Mengasihi Hamba-Nya

Google Image
Disarikan oleh Husni Nazir, Lc dari khutbah Jum‘at Syeikh Yusri Said Jabr, di Mesjid Al-Asyraf, Muqattam.

Tujuan dari cobaan ialah kesabaran. Setiap cobaan yang dihadapi dengan sabar ialah momentum untuk menaikkan level seseorang di depan sang Khaliq. Seorang muslim selalu melangkah satu tangga setiap satu cobaan berlalu.

Kesabaran tak hanya dituntut saat cobaan itu sedang menimpa. Sabar juga diperlukan dalam mengambil perilaku sesudah ujian itu terjadi. Tak sedikit orang yang bisa bersabar saat cobaan datang, namun gagal mempraktekkan makna sabar dalam perilaku selanjutnya. Terkadang sebagian malah terjerumus dalam maksiat.

Menjalani hidup di dunia taklif ini tidaklah mudah. Setiap langkah selalu ada kerikil besar yang siap menguji keteguhan, dalam meniti jalan setapak menuju keridhaan Allah Swt. Salah jikalau seseorang berfikir bahwaia telah mencapai titik kondusif sesudah berikrar Amantu billah (aku beriman kepada Allah). Ikrar tersebut akan Allah ujikualitasnya dengan bala dan cobaan.

Seseorang yang bisa bersabar dari setiap musibah, dan kemudian terus bersabar sesudah masa-masa ujian tersebut dengan tetap taat kepada Allah. Maka tatkala itu ia telah hingga kepada derajat Al-Ma'iyyah. Sesungguhnya Allah ‘bersama’ orang-orang yang beriman.

Apabila hal ini bisa terus dipraktikkan, maka ia akan hingga pada derajat Ar-Ridha. Pada posisi ini, tak ada lagi yang namanya bala, cobaan dan ujian sama-sama terasa nikmat baginya. In lam yakun bika ‘alayya ghadhab fala ubali (selama engkau (ya Allah) tidak marah kepadaku, saya siap mendapatkan apapun ketentuan-Mu).

Kadangkala Allah mengambil sesuatu yang (kita sangka) sangat berharga serta berarti bagi kita. Lantas kita menganggap bahwa Allah tidak sayang kepada kita. Lalu berputus asa dan beralih kepada hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah.

Setelah sekian usang menunggu, balasannya Nabi Ibrahim dikaruniakan seorang anak, yaitu Ismail. Namun Allah disini ingin menguji Ibrahim as. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menjauhkan Isma‘il as. darinya. Ibrahim diperintahkan untuk menempatkan Isma‘il di suatu kawasan yang tak berkehidupan. Tentu ujian itu sangatlah berat bagi Ibrahim as.

Apakah Allah tidak sayang dengan Nabi Ibrahim? Tentu sayang. Allah hanya tidak ingin hati Ibrahim as. terpaut dengan anaknya. Allah tidak ingin cinta Ibrahim terbagi kepada Ismail (tentunya juga dengan banyak sekali pesan yang tersirat lainnya, hanya Allah yang mengetahuinya).

Ketika suatu tragedi alam menimpa, sesuatu yang disayangi diambil kembali oleh Allah, harapan yang dicitakan tidak kunjung datang, itu tidak berarti bahwa Allah tidak sayang kepada hambanya. Barangkali hati si hamba terlalu terpaut dengan impian dan impiannya tersebut. Lalu Allah ingin mengebalikannya kepada jalur yang benar. Cinta yang hakiki hanya untuk Allah.
banner

Related Posts: