Sunday, 5 January 2020

Satu Malam Di Tepi Delta Nil




Oleh: T. Iskandar, S.Pd.I*
*Mahasiswa pascasarjana Institut Liga Arab.
Angin berdesir, dedaunan melambai, genangan lembut air, membuka kisah baru. Cahaya kuning menerangi, menghiasi indahnya bulat pulau seberang. Nil menjelma, menguasai lingkungan, alam bergelora, perhiasan ketenangan di malam yang panjang. 

Di sebuah café, di tanah Aswan, 4 Aneuk Nanggroe mengalihkan tatapan. Nil diseberangi derasnya tatapan mata, mereka larut dalam suasana, lantas menderet huruf, merangkai kata, memutar kepala, mencoba menuangkan objek ke dalam sebuah gubahan sederhana. Next...

SATU MALAM DI TEPI DELTA NIL

Laksana sunyi dalam keramaian
Bak karang di antara derasnya ombak lautan
Ada kehidupan dan perasaan yang tak semua orang mengerti
Itulah cahaya di tengah kegelapan

Satu bulat kulihat jauh
Kilauan cahaya di malam hari
Jelas adanya sulit kuraba
Kala dipandang menggugah rasa

Di daerah yang sama dengan pemandangan yang sama
Tak menjanjikan kenangan bersama yang sama
Karena Nil tak pernah mengembalikan
Butiran air yang telah mengalir ke maritim sana

Lentera Nil tak lagi menyilaukan
Kalah kejam oleh sorot matanya
Dua mata yang bertanya kelam duniaku
Kopi ini pun tertahan di lidahku, hirau taacuh rasanya

Dari pojok yang sama dengan mata yang sama
Kulihat lentera yang sama jua
Ternyata itulah pantulan
Dari kedai kopi sebelah

Angin berdesir menerawang Nil
Melingkari indahnya pulau
Tatapan tajam penuh ilusi
Melengkapi sempurnanya malam

Angin malam kian menusuk tulang
Sang malam pun terus berjuang
Menemani Nil yang pantang menyerah
Terus mengalir bersama kenangan
Kenangan bersama yang takkan pernah berulang

Ku tak tau harus menjawab apa
Saat Nil kian mendekat
Tetap saja kamu paksa saya sebuah jawaban
Haruskah kujawab dengan kebohongan?

Aswan, Maret 2015

banner
Previous Post
Next Post