google image |
Oleh: Mulyadi M. Nur
(Mahasiswa Jur. Bahasa Arab. Univ. Al-Azhar).
Seorang pria kepada Rasulullah Saw. membawakan uang sebesar 12 dirham, pada ketika itu baju Rasulullah sudah usang. Lalu Rasulullah Saw. berkata kepada Sayidina Ali Ra. "Wahai Ali, belanjakanlah dengan uang ini sepotong baju untukku."
Sayidina Ali Ra. menceritakan, "Aku mendatangi pasar dan membelikan sebuah baju dengan harga 12 dirham dan menyerahkannya kepada Rasulullah Saw. Sesaat Beliau memperhatikan baju tersebut dan berkata, ‘Wahai Ali, bukan ibarat ini yang saya sukai, apakah penjual itu mau jika saja kita kembalikan baju ini?’ Ali menjawab, ‘Aku tidak tahu wahai Rasulullah’. Rasul berkata, ‘Temui dia!’.
Aku mendatangi penjual baju tadi dan menyampaikan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. tidak menyukainya, Beliau menginginkan baju yang lebih murah harganya, apakah engkau mau mengembalikan uang kami? Dia mengembalikan uang kepadaku. Kemudian saya membawakan uang 12 dirham tersebut kepada Rasulullah Saw., serta-merta Beliau berangkat bersamaku ke pasar untuk membeli baju.
Pada ketika berjalan Beliau melihat ada seorang budak wanita sedang menangis duduk di pinggir jalan, Rasulullah bertanya kepadanya, ‘Apa yang menciptakan engkau menangis?’ ‘Wahai Rasululullah, keluargaku memberikanku uang 4 dirham untuk membelikan keperluan buat mereka, dan kini uangnya hilang, saya tidak berani pulang,’ jawab budak tersebut.
Rasulullah menawarkan budak tersebut 4 dirham seraya berkata, ‘pulanglah ke keluargamu!’ Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan perjalanan dia ke pasar dan membeli baju gres dengan harga 4 dirham dan memakainya kemudian mengatakan, ‘Alhamdulillah.’
Ketika Rasulullah keluar dari pasar dia melihat seorang pria yang tidak mempunyai baju berkata, 'Barangsiapa yang memakaikan saya baju, biar Allah memakaikannya baju dari surga.’
Rasulullah melepaskan baju yang gres dia beli tadi dan menawarkan kepada orang telanjang tersebut. Kemudian dia kembali ke pasar dan membeli baju lain dengan uang yang tersisa 4 dirham, kemudian memakainya dan bertahmid.
Ketika Rasulullah Saw. hendak menuju rumah, Beliau melihat budak tadi masih duduk menangis di pinggir jalan, kemudian Ia bertanya bertanya, ‘Kenapa engkau belum kembali kepada keluargamu?’
‘Aku telah menciptakan mereka lama menunggu, saya takut mereka akan memukulk,’ jawab si anak itu. ‘Mari pulang bersamaku dan tunjukkan di mana rumah tuanmu.’, ajak Rasulullah Saw.
Rasulullah mendatangi rumah tuan budak tersebut hingga hingga di depan pintu Beliau berkata, ‘Assalamu'alaikum.’ Kali pertama tidak ada jawaban, hingga Beliau mengulangi, pada kali ketiga terdengarlah tanggapan dari dalam rumah, ‘Wa'alaikassalam ya Rasulullah warahmatullahi wabarakatuh.”
Rasulullah Saw. bertanya kepada mereka, ‘Kenapa kalian tidak menjawab salamku pada kali pertama dan kedua?’ ‘Wahai Rasulullah, kami mendengar salam darimu dan kami suka mendengar suaramu, alasannya ialah itu kami ingin engkau mengulanginya,’ jawab mereka.
Rasulullah Saw. berkata, ‘Budak ini telah menciptakan kalian lama menunggu, janganlah kalian menghukumnya.’ Mereka menjawab, ‘Kumerdekakan dia wahai Rasulullah atas kedatangan dirimu bersamanya.’
Rasulullah berkata, ‘Aku belum pernah melihat uang 12 dirham yang keberkahannya lebih besar dari 12 dirham ini, memakaikan pada dua orang baju, dan memerdekakan seorang budak.’ Demikian kisah dari Ali Ra.”
Dari kebersamaan kita tadi bersama Sayidina wa Maulana Muhammad Shallahu 'alaihi wa sallam, menawarkan pandangan gres bahwa Rasulullah Saw. bukanlah tidak menyukai akan baju pertama hanya alasannya ialah harganya, tetapi dia ingin mencontohkan kepada kita bagaimana menjadi langsung perfeksionis, mengajarkan kita cara hidup yang tepat diiringi dengan penuh keistimewaan dan keberkahan.
Bukanlah sebuah keharusan menggunakan sesuatu yang bernilai tinggi, namun yang menjadi keharusan ialah berakhlak baik dan berbudi tinggi. Tidaklah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu memperhatikan penampakan lahir kita, tetapi perhatikanlah tingkah dan laris kita, apakah kita sudah berakhlak mulia.
Dari sisi lain, kisah ini mengajari kita melihat bahwa Rasulullah Saw. tidak lah memikirkan segala sesuatu hanya untuk mashlahah Beliau sendiri, tetapi setiap langkah dan perjalanan Beliau yang penuh berkah menceritakan kepada kita akan setiap perjuangan Rasulullah Saw. dalam menawarkan mamfaat dan kebaikan kepada orang lain.
Yang terpenting, kehidupan Rasulullah Saw. selalu berkaitan dangan masyarakat sekitar secara lansung, ibarat membantu sesama dalam memenuhi kebutuhan, dan menawarkan pemberian kepada mereka. Apapun yang Ia lakukan itu tidak akan menjatuhkannya dari kedudukan seorang Nabi yang mulia. Karena untuk itu itulah dia diutus.
Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak." Wallahu a'lam.
*Dikutip dari kitab Seratus Pancaran Cahaya Dari Kehidupan Baginda Nabi Muhammad Saw.