Meskipun sudah dikarunia tanah yang subur dan hidup makmur, namun kaum Madyan enggan menyembah Allah SWT. Nabi Syu'aib pun juga telah mengingatkan, tapi mereka lebih menentukan menyembah pohon besar. Akibatnya, azab Allah berupa hujan api tiba menimpa mereka.
Kisahnya.
Kisah ini dicuplik dari Ayat Al Qur'an Surat At-Taubah ayat 70.
أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وَأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya:
Belumkah tiba kepada mereka informasi penting perihal orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah?. Telah tiba kepada mereka Rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, Maka Allah tidaklah sekali-kali Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.
Dikisahkan, pada dikala itu terdapat suatu kaum yang mempunyai wilayah yang subur dan hidup makmur. Kaum tersebut yaitu Kaum Madyan. Penduduk Madyan juga populer berilmu dalam berdagang. Pertanian dan perdagangan yang dilakukan penduduk Madyan menciptakan mereka hidup makmur. Namun sayang, dalam hal urusan ibadah, mereka meninggalkan aliran yang pernah diajarkan Nabi Ibrahim a.s untuk menyembah Allah SWT.
Mereka menyembah Al-Aikah, yaitu nama sebatang pohon besar dengan cabang dan rantingnya yang rimbun. Burung-burung pun banyak yang mendatangi pohon yang dikeramatkan penduduk Madyan tersebut. Mereka beranggapan bahwa kemakmuran hidup yang mereka dapatkan yaitu kemurahan Al-Aikah, bukan tiba dari Allah SWT.
Akhlak Tercela.
Tak hanya itu, watak kaum Madyan kian tercela. Mereka membenarkan penipuan, perampokan, bahkan pemerkosaan. Mereka tak lagi punya kejujuran dan hati nurani terhadap sesama manusia.
Al-Aikah bahwasanya tidak berbeda dengan pohon-pohon lainnya. Burung-burung yang berdatangan dan hinggap di Al-Aikah juga burung-burung biasa. Ia mengoceh alasannya memang begitulah perilakunya, bukan alasannya diperintah Al-Aikah.
Kerusakan watak dan tauhid yang demikian parah, mengakibatkan Allah SWT mengutus Nabi Syu'aib a.s untuk menyadarkan Kaum Madyan. Nabi Syu'aib yang keturunan Nabi Luth dengan bunyi lantang mengingatkan kekeliruan kaum Madyan tersebut. Nabi Syu'aib menyeru semoga penduduk Madyan meninggalkan penyembahan kepada Al-Aikah dan kembali menyembah Allah SWT.
"Ingatlah baik-baik, bukankah kalian dulu hanya berjumlah sedikit? Perhatikanlah baik-baik pula bagaimana janjkematian bagi orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini. Untuk itu, tinggalkan Al-Aikah dan sembahlah Allah," kata Nabi Syu'aib a.s.
"Kami tidak gentar dengan bahaya tersebut dan tetap akan menyembah Al-Aikah," kata seorang pemimpin Madyan.
Mendapati kekerasan hati dan penolakan penduduk Madyan, Nabi Syu;'aib lantas berdoa kepada Allah SWT,
"Ya Allah, Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan adil, alasannya Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya," doa Nabi Syu'aib a.s.
Udara Panas.
Nabi Syu'aib beserta pengiktunya bergegas meninggalkan tempat Madyan sehabis menerima kepastian akan segera tiba azab. Akhirnya azab Allah kepada penduduk Madyan pun datang. Wilayah Madyan diguncang gempa maha dahsyat. Tidak hanya itu saja, penduduk Madyan didera dengan udara yang panas selama 7 hari 7 malam, panas yang menyengat. Meski mereka telah berusaha sekuat tenaga menanggulangi udara panas itu, perjuangan mereka tetap gagal.
Tak usang kemudian, muncul awan hitam dari langit. Penduduk Ashabul Aikah bersuka cita karenanya. Namun, ternyata yang tiba bukanlah air hujan, melainkan hujan api dan bara yang menyala-nyala. Dalam waktu siingkat saja, seluruh penduduk Madyan mati mengenaskan alasannya kekafiran serta kemusyrikan mereka kepada Allah SWT.
Datangnya azab Allah bahwasanya bukan alasannya cita-cita Allah menyiksa mereka, tetapi semua itu alasannya kaum Madyan yang ingin menyiksa dirinya sendiri dan tidak mau bertobat.
Allah SWT yaitu Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sumber: https://kisahislamiah.blogspot.con