Thursday, 13 February 2020

Kisah Taubatnya Malik Bin Dinar


Tentang Taubatnya Malik bin Dinar Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, beliau pernah ditanya perihal sebab-sebab beliau bertaubat, maka beliau berkata : "Aku ialah seorang polisi dan saya sedang asyik menikmati khamr, kemudian saya beli seorang budak wanita dengan harga mahal, maka beliau melahirkan seorang anak perempuan, saya pun menyayanginya. Ketika beliau mulai berguru berjalan, maka cintaku bertambah padanya. Setiap kali saya meletakkan minuman keras dihadapanku anak itu tiba padaku dan mengambilnya dan menuangkannya di bajuku, saat umurnya menginjak dua tahun beliau meninggal dunia, maka saya pun sangat duka atas tragedi alam ini.

Ketika malam di pertengahan bulan Syaban dan itu di malam Jumaat, saya meneguk khamr kemudian tidur belum sholat isya'. Maka saya bermimpi seolah-olah qiyamat itu terjadi, dan terompet sangkakala ditiup, orang mati dibangkitkan, seluruh makhluk dikumpulkan dan saya berada bersama mereka, kemudian saya mendengar sesuatu yang bergerak di belakangku, saat saya menoleh ke arahnya kulihat ular yang sangat besar berwarna hitam kebiru-biruan membuka mulutnya menuju kearahku, maka saya lari tunggang langgang lantaran ketakutan, di tengah jalan kutemui seorang syaikh yang berpakaian putih dengan kedaluwarsa yang semerbak, maka saya ucapkan salam atasnya beliau pun menjawabnya, maka saya berkata : "Wahai syaikh ! Tolong lindungilah saya dari ular ini semoga Allah melindungimu". Maka syaikh itu menangis dan berkata padaku : "Aku orang yang lemah dan ular itu lebih berpengaruh dariku dan saya tak bisa mengatasinya, akan tetapi bergegaslah engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu", maka saya bergegas lari dan memanjat sebuah tebing Neraka hingga hingga pada ujung tebing itu, saya lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja saya terjatuh kedalamnya lantaran rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu seorang menjerit memanggilku, "Kembalilah engkau lantaran engkau bukan penghuni Neraka itu!", saya pun hening mendengarnya, maka turunlah saya dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang mengejarku itu juga kembali. Aku datangi syaikh dan saya katakan, "Wahai syaikh, saya mohon kepadamu biar melindungiku dari ular itu namun engkau tak bisa berbuat apa-apa". Menangislah syaikh itu seraya berkata, "Aku seorang yang lemah tetapi pergilah ke gunung itu lantaran di sana terdapat banyak simpanan kaum muslimin, jikalau engkau punya barang simpanan di sana maka barang itu akan menolongmu."

Aku melihat ke gunung yang lingkaran itu yang terbuat dari perak. Di sana ada setrika yang telah retak dan tirai-tirai yang tergantung yang setiap lubang cahaya memiliki daun-daun pintu dari emas dan di setiap daun pintu itu memiliki tirai sutera. Ketika saya lihat gunung itu, saya eksklusif lari lantaran kutemui ular besar lagi. Maka tatkala ular itu mendekatiku, para malaikat berteriak : "Angkatlah tirai-tirai itu dan bukalah pintu-pintunya dan mendakilah ke sana!" Mudah-mudahan beliau punya barang titipan di sana yang sanggup melindunginya dari musuhnya (ular). Ketika tirai-tirai itu diangkat dan pintu-pintu telah dibuka, ada beberapa anak dengan wajah berseri mengawasiku dari atas. Ular itu semakin mendekat padaku maka saya kebingungan, berteriaklah belum dewasa itu : "Celakalah kau sekalian! Cepatlah naik semuanya lantaran ular besar itu telah mendekatinya". Maka naiklah mereka dengan serentak, saya lihat anak perempuanku yang telah meninggal ikut mengawasiku bersama mereka. Ketika beliau melihatku, beliau menangis dan berkata : "Ayahku, demi Allah!" Kemudian beliau melompat kolam anak panah menuju padaku, kemudian beliau ulurkan tangan kirinya pada tangan kananku dan menariknya, kemudian beliau ulurkan tangan kanannya ke ular itu, namun hewan tersebut lari.

Kemudian beliau mendudukkanku dan beliau duduk di pangkuanku, maka saya pegang tangan kanannya untuk menghelai jenggotku dan berkata : "Wahai ayahku! Belumkah tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah". (QS. Al-Hadid : 16). Maka saya menangis dan berkata : "Wahai anakku! Kalian semua faham perihal Al-Quran", maka beliau berkata : "Wahai ayahku, kami lebih tahu perihal Al-Quran darimu", saya berkata : "Ceritakanlah padaku perihal ular yang ingin membunuhku", beliau menjawab : "Itulah pekerjaanmu yang jelek yang selama ini engkau kerjakan, maka itu akan memasukkanmu ke dalam api Neraka", saya berkata : "Ceritakanlah perihal Syaikh yang berjalan di jalanku itu", beliau menjawab : "Wahai ayahku, itulah amal soleh yang sedikit hingga tak bisa menolongmu", saya berkata : "Wahai anakku, apa yang kalian perbuat di gunung itu?", beliau menjawab : "Kami ialah belum dewasa orang muslimin yang di sini hingga terjadinya kiamat, kami menunggu kalian hingga tiba pada kami kemudian kami memberi syafa'at pada kalian".
Berkata Malik : "Maka akupun takut dan saya tuangkan seluruh minuman keras itu dan kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian saya bertaubat pada Allah, dan inilah dongeng perihal taubatku pada Allah". Wallohu a'lam.
Sumber : Kitab At Tawwabin Ibnu Qudamah
banner
Previous Post
Next Post