Friday 13 March 2020

Bukan Sekedar Undian

Masih belum jauh dari ingatan, dua tiga hari yang kemudian kami sedang mengikuti pengundian mahasiswa yang akan diberangkatkan ke Mekkah sebagai tenaga kerja demam isu haji tahun ini, 2013, dan saya yaitu salah satu di antara mereka.

Semua berharap semoga dirinya termasuk orang yang mendapat usul Allah itu. Singkat kata, seluruh nama dikumpulkan, dan pengundian pun dimulai. Satu persatu nama-nama terpilih disebutkan, sesuai dengan yang tertulis di kertas undian, tanpa ada sedikitpun kecurangan.

“Satu , kemudian dua setelahnya tiga…”, hinggga jatah terakhir pun berlalu.

Rona senang dan senang serta syukur terpancar dari wajah kawan-kawan yang beruntung, meskipun disudut lain ada hati yang meredup.
Bersedihkah mereka yang tak terundang…?

Oh..tidak…

“Masih ada tahun depan lagi”…

“ Semua itukan sudah tertulis dalam catatan Allah sedari dulu…”

“Mungkin kita belum pantas untuk dipanggil Allah…”

“ Pengundian akan diulang lagi kok..tahun depan….”

Qadarallahu ma yasyak…”

Kawan sayapun berbisik:  “Mungkin ada rencana besar Allah lainnya buat kita…”

Tidak sedikitpun saya melihat kekecewaan di wajah mereka, diakhir program mereka terlihat memeluk dan mengucapkan selamat kepada kawannya yang beruntung, sambil menitipkan doa dan salam untuk Baginda Rasulullah Saw…mungkin ada juga yang nitip hal-hal lain, menyerupai sajadah Aladin, panci berwarna emas, gelas Arab, kulkas Arab dan peralatan-peralatan dapur lainnya…J

Intinya, masih ada harapan.
Namun, adakah hal ini akan terjadi katika kita berada disidang Allah nantinya…? Ketika Malaikat memanggil satu persatu nama-nama yang berhak masuk syurga. Bukan lagi undian, tapi pembagian rapor amal selama satu semester kehidupan di dunia.

Semua menunggu namanya dipanggil oleh Malaikat, dan semua berharap pintu syurgalah yang ditunjuk.
Para saudagar menyangka mereka akan dimasukkan ke syurga alasannya yaitu hartanya. Para orang renta berharap anaknya tiba dan menuntunnya ke sungai Al Kautsar, para penuntut ilmu berharap ilmu sanggup menyatukan mereka dengan para bidadari syurga, mereka yang rajin mengerjakan ibadah berharap ibadah sanggup menghalangi mereka dari api neraka, bahkan kafir pun berharap sanggup menikmati nikmat akhirat.

Satu persatu nama pun dipanggil untuk memasuki pintu syurga…

“Satu, kemudian dua, setelahnya tiga….”, hinggga jatah terakhir pun berlalu.

Apa yang akan dilakukan saat nama kita tidak terpanggil? Akankah ada impian udian sehabis itu lagi…?

Adakah kata-kata penyemangat itu akan keluar di antara sesama makhluk yang tak terpanggil namanya…?

Adakah pelukan kepada mukmin yang akan masuk syurga? Adakah titipan yang kita percayakan untuk disampaikan?
…tidak sama sekali…

Kita akan menangis dan menangis sejadi-jadinya….lantas kita bertanya: “Kemanakah harta yang saya infakkan dulu ya Tuhan kami, kemanakah kemuliaan ilmu yang engkau janjikan dulu ya Rabb, kemanakah harga ibadah kami selama di dunia?”

Sang pemilik hari pembalasanpun menjawab: “Untuk siapakah kau beramal? Jika untuk makhluk, maka mintalah kepada mereka.”

*Itulah:    يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى الله بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Hari saat harta dan belum dewasa tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Tidak satu pun yang sanggup diandalkan, tidak harta, tidak anak, juga tidak amal. Kita hanya akan bergantung kepada Kasih Sayang Allah dan Syafa’at Rasulullah.

Maka, sebelum undian itu datang, sudah sangat berhak bagi kita untuk mempersiapkan diri dengan matang.
Mari bekali diri dengan ilmu, sebagai alat untuk bederma dengan cara yang benar kepada Allah. Amal yang cukup syarat dan rukunnya serta dilandasi dengan keikhlasan hati hanya untuk Allah. Dan mari perbanyak salawat kepada Rasulullah, semoga kita termasuk diantara orang yang berhak untuk mendapat undian dihari final zaman nantinya.

ربنا لا تخزنا يوم القيامة, و أدخلنا الجنة بغير حساب

Amin Ya Rabbal ‘Alamin! (HN)

banner
Previous Post
Next Post