Tuesday 24 September 2019

Eksistensi Sabar Berdasarkan Islam Dalam Kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah

Oleh: Deffa Cahyana Harits*
(Image: depokpos.com)

Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah merupakan kitab karangan dari Imam besar Al-Qusyairi yang membahas wacana kajian-kajian ilmu tasawuf. Secara umum ilmu tasawuf merupakan ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menjernihkan hati, mensucikan jiwa, meningkatkan moral mulia, membangun lahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang awet di dunia dan akhirat. 

Kitab ini dijadikan asas oleh beberapa Masyaikhul Azhar untuk para mubtadi'in (pemula) yang ingin mendalami ilmu tasawuf, sehingga tak heran jikalau kitab ini juga dijadikan acuan pembelajaran bagi mahasiswa Ushuluddin tingkat I Universitas Al-Azhar. 

Imam Qusyairi berjulukan lengkap Abul Qasim ‘Abdul Karim bin Hawazin bin ‘Abdul Malik bin Talhah bin Muhammad Al-Qusyairi An-Naisaburi Asy-Syaf’i, lahir di kota Ustuwa, Naisabur pada 376 H/986 M. Beliaulah yang mengembalikan tasawuf kepada landasan iktikad Ahlus Sunnah wal Jama’ah sesudah sempat dituduh menyimpang dengan perbuatan-perbuatan yang mengandung kufarat. Ia juga dikenal sebagai ulama pembela paham Asy’ariyah dari serangan Mu’tazilah, bahkan pernah dipenjara lantaran membela paham Asy’ariyah, dan melawan ulama-ulama Mu’tazilah. 

Imam Al-Ghazali dalam bukunya An-Nusrah An-Nabawiah menyampaikan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali, karena, selain Nabi tidak ada satu pun insan yang sanggup lepas dari penyakit hati menyerupai riya, dengki, hasad dan sebagainya. 

Dalam pandangannya, tasawuflah yang sanggup mengobati penyakit hati itu, lantaran pembahasan ilmu tasawuf tak terlepas pada tiga hal dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh Al-Qur’an Al-karim. Pertama, selalu melaksanakan kontrol diri, muraqabah dan muhasabah. Kedua, selalu berzikir dan mengingat Allah Swt. Ketiga, menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur, sabar, syukur, tawakal, gemar memberi dan ikhlas. 

Hakikat Sabar 

Di antara hal yang sangat berat untuk diamalkan oleh seorang muslim yaitu sabar. Sabar memang tidak mudah, sehingga hanya sedikit orang saja yang sanggup tabah ketika menghadapi cobaan, tabah ketika melaksanakan perintah-Nya atau tabah untuk tidak bermaksiat kepada-Nya. 

Di sisi lain, tabah yaitu pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi banyak sekali macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan tabah dalam iktikad laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” 

Sabar yaitu sesuatu yang sangat penting dalam aliran Islam. Oleh karenanya, Allah Swt. menjadikan tabah sebagai satu lantaran dari banyak sekali lantaran atau faktor mendapatkan kontribusi dan kebersamaan bersama Allah Swt. 

Syeikh Abu Ali Ad-Daqqaq berkata, "Orang yang tabah akan mencapai derajat yang tinggi di dunia dan di akhirat, lantaran mereka telah menerima derajat kesertaan di sisi Allah Swt". 

Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 153) 

Pembagian Sabar 

Sabar dibagi dalam beberapa macam: 

Pertama, tabah terhadap apa yang diupayakan seorang hamba melalui amalan-amalannya “kasbun lil ‘abdi”, seperti tabah dalam menjalankan perintah Allah Swt dan tabah dalam menjauhi larangan-Nya. 

Kedua, tabah terhadap apa yang tanpa diupayakan “ma laisa bi kasbin lahu”, seperti kesabaran dalam menjalankan ketentuan Allah Swt yang menimbulkan kesukaran baginya. 

Abu Abdullah bin Khafif mengatakan, “Sabar ada tiga macam: tabah orang yang berjuang untuk bersabar (mutashabbir), sabar orang yang tabah (shabir) dan sabarnya orang yang sangat bersabar (shabbar).” 

Ketika ditanya wacana sabar, Imam Al-Junayd menjawab: “Sabar yaitu meneguk kepahitan tanpa wajah cemberut.” 

Abu Muhammad Ahmad Al-Jurairy menjelaskan, “Sabar tidaklah membedakan keadaan senang atau menderita, disertai dengan ketenteraman pikiran dalam keduanya. Bersikap tabah yaitu mengalami kedamaian ketika mendapatkan cobaan, meskipun dengan adanya kesadaran akan beban penderitaan.” Allah subhanahu wata’ala berfirman ; 

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kau dan kuatkanlah kesabaranmu dan kaitkanlah dirimu kepada Allah”. (Qs. Ali Imran: 200).


Sabar memang tak mudah, hasilnya Allah memperlihatkan pahala tanpa batas. Sabar itu sulit, hasilnya malaikat ucapkan selamat atas kesabaran kita. Sabar itu perlu usaha, hasilnya Allah senantiasa bersama orang-orang yang bersabar. Wallahu a'alam.[]

*Penulis merupakan mahasiswi tingkat 1 Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
banner
Previous Post
Next Post