Thursday 26 September 2019

Jomblo, Siapa Takut?

Oleh: Nada Rahmi*
(Image: titkdua.net)

“Nad, besok saya dan kakak mau pergi ke hadiqah. Aku mau dongeng dan keliling hadiqah sama dia. Eh, kau kapan nih punya abang?” tersentak saya mendengar ucapannya dan menjawab, “Kamu mau pergi sama abang? Maksudku, kakak kandung atau abang-abangan yang kau ceritakan padaku?” 

Dia menjawab dengan terbata-bata dan wajah bersemi semerah tomat, ”Abang yang kuceritakan kepadamu. Idih, kau kapan sih punya abang? Ntar kau bisa jalan bareng dia dan selalu temenin kau di ketika kesepian. Nad, kau enggak takut jomblo terus-terusan?” 

Spontan saya menjawab, ”Astaghfirullah, Din. kalian itu belum halal enggak boleh dulu jalan berduaan, berkhalwatan di hadiqah lagi. Heh, saya enggak akan pernah takut jomblo ya, lantaran Allah telah menyiapkan kakak yang istimewa untukku!” 

Kita tentu sudah sangat familiar dengan kata “jomblo” bukan? Ya, kalau kita definisikan menurut pengertian anak muda zaman now, jomblo ialah sebutan seseorang yang tidak mempunyai pasangan atau kekasih. 

Nah, intinya aku, kau dan kita harus bersyukur menjadi seorang jomblo yang produktif. Akan tetapi, tampaknya kebanyakan para Masisir ada yang beranggapan bahwa jomblo itu musibah. Ada yang takut menjadi jomblo dan merelakan kejombloannya dengan mendapatkan ikhwan bermoduskan kepastian yang akan menikahinya. Ini ialah salah satu dari sekian banyak peristiwa yang sering terjadi di kalangan Masisir. 

Menjadi jomblo ialah pilihan. Ada yang menentukan dan ada juga yang terpilih. Yang menentukan ialah mereka yang hidup dengan alasan, prinsip dan idealisme. Karena tampaknya sebagian ikhwan mulai sadar bahwa cinta tak bisa membeli dua frame cutterme secara cash

Ada juga yang terpilih. Yaitu mereka yang hidup sebagai pecahan hati yang tak utuh, hilang separuh. Jangankan untuk merajut kasih, berjalan dari mahattah ke Masjid Azhar saja tertatih. Karena kaki mereka telah terjebak ranjau asmara. Wow, hati-hati kalau terjebak dengan jenis ranjau ini, ia sungguh sangat menghipnotis fikiran kita yang sedang menuntut ilmu di Negeri Kinanah. 

Tentunya kalian kenal dong dengan salah satu Imam Mujtahid berikut. Beliau hebat Tafsir, hebat Hadis, seorang Sejarawan, Faqih, Ushuli dan hebat Tata Bahasa. Ya, dia ialah Ibnu Jarir al-Thabari. Seorang ilmuwan dan juga penulis yang sangat produktif.

Karyanya yang sangat populer di bidang Tafsir al-Qur’an antara lain berjudul: “Jami’ al-Bayan ‘an Takwil Ayi al-Qur’an“ (30 jilid) dan “Tarikh al-Rusul, wa al-Anbiya wa al-Muluk wa al-Umam”. Ibnu Jarir tidak menikah hingga selesai hayatnya. Orang Arab menyebutnya sebagai “Azib”. Sebuah istilah untuk menyatakan kejombloan seseorang. Bentuk pluralnya ialah ‘Uzzab

Ini ialah pilihan hidupnya. Sebagai seorang Ulama besar dia bukan tidak mengerti wacana hadis Nabi soal menikah. Hari-harinya dilalui dengan semangat menuntut ilmu di aneka macam kawasan kepada para Ulama besar, Masya Allah! 


Masih takut menjadi seorang jomblo? Coba deh, fokus dengan tujuan kita ke Negeri Kinanah ini. Yaitu menuntut ilmu sebanyak-banyaknya kepada para Masyayikh. Dan menjadi jomblo sangat banyak laba dan keuntungannya loh

Pertama, banyaknya waktu luang yang bisa kita isi dengan ragam acara seperti: aktif di aneka macam organisasi. Meluangkan waktu untuk berguru tajwid, tahsin, menambah hafalan al-Qur’an dan mengikuti talaqqi di Ruwaq al-Azhar. 

Kedua, menjaga diri dari perbuatan maksiat menyerupai berkhalwat dan jalan berdua ke hadiqah bersama kakak atau adik yang belum halal tentunya. 

Ketiga, hubungan sosial dan silaturrahmi yang lebih terjaga dengan orang-orang di sekitar kita. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal Of Marriage and Family pada 2012 melaporkan bahwa mereka yang sudah menikah atau mempunyai pasangan cenderung lebih renggang dalam konteks hubungan sosial dengan teman dan keluarganya. 

Keempat, lebih sedikitnya pengeluaran bulanan menyerupai irit kouta internet, irit ongkos bus 80 coret, 24 jim, Uber dan taxi online lainnya, irit uang makan ke math’am bersama si adik yang tentunya pengeluaran kita masih sangat bergantung kepada orangtua. Dan sungguh disayangkan diberikan hanya untuk kebahagiaan semu semata, miris bukan? Hm..

Kelima, peluang konflik yang kecil. Setiap hubungan tentu mempunyai pertengkaran menyerupai problem kecil yang dibesar-besarkan, jealous (cemburu), merajuk dan masih banyak lagi konflik dan pertengkaran yang sering terjadi. Dengan menjadi jomblo, peluang kemungkinan terjadinya konflik tersebut mengecil bahkan surut. 

Keenam, untuk poin terakhir. Tidur lebih awal dan beristirahat dengan nyenyak. Tentu lantaran biasanya orang yang mempunyai hubungan lawan jenis yang belum halal cenderung gelisah dan menghabiskan waktunya telfonan hingga tengah malam. Bangun paginya kesiangan gara-gara menelepon adik sayang. Ya Salam.. 

Hal ini sebagaimana juga pernah dialami oleh beberapa teman Nabi, yang pada ketika itu masih muda dan berstatus jomblo serta tidak mempunyai harta untuk menikah. Lalu Nabi Saw. menasehati mereka sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang artinya: 

“Ketika itu kami (sahabat) sedang bersama Nabi Saw. kami masih muda dan berstatus bujang serta tidak mempunyai apa-apa berupa harta. Lalu Rasulullah Saw. berkata kepada kami, “Wahai para pemuda. Barangsiapa yang bisa untuk menikah, maka menikahlah. Karena bersama-sama menikah lebih bisa menundukan pandangan dan lebih gampang menjaga kemaluannya. Namun, barangsiapa yang belum bisa menikah, maka hendaklah dia berpuasa, alasannya bersama-sama puasa itu ialah perisai bagi syahwatnya.” 

Dari hadis di atas sanggup dipahami, terdapat dua nasehat penting dari Rasulullah Saw. untuk perjaka yang masih berstatus jomblo. Pertama, bagi siapa saja yang mempunyai kemampuan berupa kecukupan harta maka hendaklah baginya untuk segera menikah. Kedua, barangsiapa yang belum mempunyai kecukupan harta untuk menikah maka hendaklah baginya untuk berpuasa. 

Nah, perintah untuk segera menikah bertujuan supaya sanggup menjaga diri dari kasus zina dan maksiat lainnya. Sebagaimana diketahui bersama, ujian terberat bagi lelaki dalam hidupnya ialah ketika dia harus berhadapan dengan wanita dan begitupun sebaliknya. Maka salah satu cara untuk menghindari zina tersebut ialah menundukkan pandangan mata yaitu dengan bersegera menikah. Tentunya bagi yang sudah bisa lahir dan batin. 

Namun bagi siapa saja yang belum mempunyai kemampuan harta untuk menikah atau oleh alasan syar'i lainnya, maka hendaklah baginya berpuasa. Karena hal tersebut diyakini sanggup menciptakan syahwat seseorang terbentengi sehingga terhidar dari perbuatan zina yang sangat dibenci oleh agama. 

Artinya dua kasus di atas yang berupa nikah dan puasa intinya merupakan cara Islam dalam mengayomi umatnya supaya terhindar dari kasus maksiat. Inilah inti utama nasehat dari Nabi untuk para jomblo. 

Tentu kita sebagai mahasiswa al-Azhar di Mesir harus menjaga keazharian kita dan terus kembali memperbarui niat sembari mengingat tujuan awal kita ke Mesir. Kaprikornus bersyukurlah menjadi seorang jomblo yang produktif demi masa depan yang akan kita tata bersama kekasih impian. Wallahu A'lam bi Shawab.. 

*Penulis merupakan Mahasiswi Fakultas Syari'ah Islamiyyah, Universitas al-Azhar, Mesir.
banner
Previous Post
Next Post