Monday 30 September 2019

Rumah Kos Ibu Mira (Part 2)

Sumber: desainrumahbaru.blogspot



Pagi itu, suasana tenang menyelimuti rumah kos. Tidak ada pertengkaran dan pertikaian antara ibu dan anak. Kini sang anak sudah meninggalkan ibunya, tanpa sepengetahuan mengenai ibunya dalam kondisi kritis dibaluti penyakit diabetes. 

“Yu. Ayu, Yu... Cepat sini, lihat ibu sudah jatuh dari daerah tidurnya!” Melvi panik. 

“Ada apa Mbak? Ada apa dengan Ibu?” Sahut Ayu, bingung. Keduanya bergegas menuju ke kamar Ibu Mira. 

“Mbak, kelihatannya ibu perlu perawatan khusus dari rumah sakit. Sebaiknya kita bawa ke sana saja.” 

“Iya, kau bener, Yu.” 

*** 

“Maaf Bu, saya gak sengaja,” seorang karyawan meminta maaf, lantaran sudah menabrak atasannya. Yang tak lain yaitu Klara. Barangnya berceceran di lantai. 

“Iya, gak apa-apa.” 

“Ini foto siapa Bu?” Tanya karyawan. 

“Ini….” Hati bergemuruh.

Tak ada kata yang sanggup melukisakan siapa itu. Sosok perempuan yang telah melahirkannya terpampang terang berdampingan dengan seorang anak durhaka. Rela pergi tanpa izin pamit dari bunda. 

*** 

“Klara…Klara…” Ibu Mira mengingau dalam sakitnya memanggil nama Klara. 

“Mbak, kita harus kabari Mbak Klara.” Kata Ayu dalam keheningan, melihat Ibu Mira dalam kondisi kritis. 

Lo gak tau siapa itu Klara, Yu. Gue lebih tau siapa dia,” cetus Melvi dengan geram. 

“Tapi, Mbak, kita belum mencobanya, Mbak Klara berhak tau,” sambung Ayu. 

Lo gak ngerti, Yu!” 

“Mbak dengerin saya ya, ranting itu sanggup tumbuh bercabang. Tapi akarnya itu tetap sama, Mbak. Klara harus kembali ke ibunya.” 

“Mbak punya nomornya Klara? Atau nomor pacarnya? Nomor kantornya?” Tanya Ayu. 

“Sebentar deh,” ucap Melvi sambil membuka handphone-nya. 

“Coba lo hubungi nomor kantornya.” Sambil menyodorkan handphone yang berisi kartu nama Klara di layar smartphone

“Tapi, tiket pesawat lo?” Lanjut Melvi. 

“Ada orang yang lebih membutuhkanku, Mbak.” 

Ayu beranjak pergi meninggalkan rumah sakit untuk mencari Klara. Dua mnggu kemudian Ayu sudah membeli tiket untuk pulang ke kampung halamannya.

Tiket pulang miliknya yang hendak berlebaran di rumah bersama keluarga ia remas kuat-kuat, kemudian dilemparnya ke dalam tong sampah ruangan rumah sakit. 

Ayu berusaha untuk menghubungi Klara lewat customer perusahaan, namun usahanya sia-sia. Petugasnya tidak memperlihatkan izin dalam waktu akrab ini. Klara sedang meeting dengan direktur. 

Satu menit, satu jam, bahkan hampir malam. Ayu menunggu. 

“Mbak, Mbak Klara!” Panggil Ayu. Melihat Klara keluar bersama tiga rekan kerjanya. 

“Mbak harus pulang, ibumu sakit toh Mbak di rumah sakit.” Ayu sedikit mendesak. 

Klara hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. 

“Sekeras apapun, Mbak mempertahankan ego, Ibu itu satu-satunya orang yang tak akan pernah mengecewakan Mbak, di ketika semua orang mengecewakan. Ya, mungkin cara ibu melarang Mbak itu yaitu salah. Tapi coba pikir sekali lagi, ibu mana sih yang mau jahat sama anaknya sendiri?” 
Klara tetap diam. Dia hanya sedikit menunduk.

Yowes toh Mbak. Aku hanya ingin kasih tau itu aja, Mbak. Aku pamit,” 

“Assalamualaikum,” Ayu beranjak keluar meninggalkan Klara. 

***
banner
Previous Post
Next Post