Istiqrar di Madinah hingga pendustaan terhadap Hari Kebangkitan
Matan
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Madinah, dia shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk memberikan syiar-syiar Islam yang masih belum diturunkan sebelumnya, menyerupai zakat, puasa, haji, jihad, adzan, amar ma’ruf, nahi mungkar, dan syiar-syiar Islam lainnya.
Ini berlangsung selama 10 tahun dan setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.”
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Setelah hijrah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Madinah,
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk memberikan syiar-syiar Islam yang masih belum diturunkan sebelumnya, menyerupai zakat, puasa, haji, jihad, adzan, amar ma’ruf, nahi mungkar, dan syiar-syiar Islam lainnya. Mengapa demikian?
Karena Madinah sudah menjadi negeri Islam, kota Madinah menjadi ibu kota pertama kali bagi kaum muslimin, sehingga kaum muslimin sudah bisa menunaikan Syari'at amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Ini termasuk rahmat Allah dan anugerah-Nya, bersama-sama Allah tunda pensyari'atan ajaran-ajaran tersebut hingga dia hijrah ke kota Madinah sehingga dia dan kaum muslimin siap melakukan ajaran-ajaran tersebut, sudah kokoh tauhid di hati mereka, dan sudah berdiri negara Islam pimpinan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal di Madinah selama 10 tahun, mendakwahkan tauhid dan ajaran-ajaran Islam lainnya hingga sempurna.
Setelah Allah sempurnakan agama Islam ini, dan Allah sempurnakan nikmat-Nya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun shallallahu ‘alaihi wa sallam diwafatkan oleh Allah Ta'ala.
MATAN
“ Agama dia lestari terjaga.
Begitu lah agama Islam, tidak ada kebaikan melainkan dia shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkannya kepada umatnya dan tidak ada keburukan melainkan dia shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkannya kepada umatnya. Kebaikan yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni tauhid dan seluruh perkara yang dicintai dan diridloi oleh Allah, dan keburukan yang diperingatkan yakni kesyirikan dan seluruh yang dibenci dan tidak disukai Allah.
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Agama yang dia bawa tetap lestari terjaga hingga selesai zaman, Allah Ta'ala -lah yang menjaganya, sebagaimana firman-Nya :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
(9) Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya. (Al-Hijr:9)
Perkataan Penulis : “Begitu lah agama Islam”, maksudnya yakni apa yang sudah dijelaskan Penulis sebelumnya, pada dasarnya yakni Mengenal Allah, agama Islam dengan dalil, dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tidak ada kebaikan melainkan dia shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkannya kepada umatnya dan tidak ada keburukan melainkan dia shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkannya kepada umatnya, hal ini dikarenakan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yakni sosok yang amat kasih sayang terhadap kaum mukminin, sehingga berusaha supaya tidak ada satupun kebaikan yang terluput dari kaum muslimin, dan jangan hingga ada satu keburukan dan ancaman yang menimpa umatnya.
Allah puji dia dalam firman-Nya :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya telah tiba kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” [QS. At-Taubah [9]:128].
Kebaikan terbesar, dan keburukan paling bahaya
Perkataan Penulis :
“Kebaikan yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni tauhid dan seluruh perkara yang dicintai dan diridloi oleh Allah, dan keburukan yang diperingatkan yakni kesyirikan dan seluruh yang dibenci dan tidak disukai Allah” ini menawarkan tauhid yakni kebaikan terbesar, dan syirik yakni keburukan paling bahaya, alasannya yakni didahulukan penyebutannya. Dan hal ini sesuai dengan dalil dalam surat An-Nisa`:36 dan Al-An'am:151-153.
MATAN
“Allah mengutus dia kepada seluruh insan dan mewajibkan seluruh jin dan insan mentaatinya. Dalilnya yakni firman Allah Ta’ala :
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“Katakanlah: Wahai sekalian manusia! Aku yakni utusan Allah kepada kalian seluruhnya.” [QS. Al-Araf [7]: 158].
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Jelas sekali dari ayat di atas, bahwa Allah mengutus dia kepada seluruh insan dan mewajibkan seluruh insan mentaatinya. Adapun dalil yang menawarkan dia juga diutus kepada jin dan diwajibkan seluruh jin supaya mereka mentaatinya yakni surat Al-Ahqaaf: 29.
MATAN
“Allah menyempurnakan agama-Nya dengan diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Dalilnya yakni firman Allah Ta'ala:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama bagi kalian dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku pada kalian serta telah Aku ridhai Islam sebagai agama kalian.” [QS. Al-Ma`idah [5]: 3]”
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Karena agama Islam ini telah sempurna, berarti tidak ada aksesori dan tidak ada pula kekurangan sedikitpun, semuanya sudah lengkap diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,maka barangsiapa yang cara beragama Islamnya tidak memakai cara dia shallallahu ‘alaihi wa sallam, berarti hakekatnya ia telah menambah-nambah fatwa agama Islam yang sudah tepat ini.
Dan ini haram, maka wajib seorang muslim beribadah dengan cara Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
MATAN
“Dalil atas wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni firman Allah Ta’ala:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ (٣٠) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ
“Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati. Kemudian, benar-benar kalian pada hari Kiamat berbantah-bantahan di sisi Tuhan kalian.” [QS. Az-Zumar [39]: 30-31]
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Jelas ayat ini menawarkan bahwa dia niscaya wafat, maka barangsiapa yang mendustakan wafatnya beliau, dan menyatakan bahwa dia bisa hadir di tengah-tengah manusia, berpindah-pindah atau keyakinan semisal itu, maka berarti ia mendustakan Alquran, dan kufur kepada Allah.
MATAN
“Apabila insan meninggal, mereka akan dibangkitkan kembali.
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Betapa indahnya Penulis menghubungkan matan ini dengan matan sebelumnya.
Bahwa matan sebelumnya yang barusan kita pelajari yakni wacana wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan matan ini yakni wacana penetapan hari Kebangkitan setelah kematian.
Penulis membahas aqidah seorang muslim wacana hari Kebangkitan setelah maut ini alasannya yakni di zaman dia banyak orang yang mengingkari hari Kebangkitan setelah kematian.
Nah, Penulis hendak memperingatkan bahwa hari Kebangkitan setelah maut itu keyakinan yang haq, barangsiapa yang mendustakannya maka ia telah kafir kepada Allah, tidak sah dikatakan muslim, meski sholat, puasa dan mengaku dirinya yakni seorang muslim!
MATAN
Dalil adanya kebangkitan setelah maut yakni firman Allah Ta’ala:
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
“Dari tanah itulah Kami membuat kalian dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada kali yang lain.” [QS. Thaha [20]: 55]
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Makna ayat tersebut adalah:
Dari tanah-lah, Allah membuat kita dikala membuat Nabi Adam 'alaihis salam, dan kedalam tanah juga, Allah akan mengembalikan kita dengan dimakamkan setelah mati.
Dari tanah-lah, Allah akan mengeluarkan kita, yaitu membangkitkan kita setelah maut pada hari Akhir.
Dengan demikian ayat di atas yakni dalil atas adanya hari Kebangkitan setelah kematian.
MATAN
Dan juga firman Allah Ta’ala:
وَاللَّهُ أَنْبَتَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا (١٧) ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا
“Dan Allah menumbuhkan (menciptakan) kalian dari tanah dengan sebaik-baiknya, lalu Dia mengembalikan kalian ke dalam tanah dan mengeluarkan kalian dengan sebenar-benarnya.” [QS. Nuh [71]: 17-18]”
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Ayat inipun maknanya sama persis dengan ayat sebelumnya, sehingga merupakan dalil atas adanya hari Kebangkitan setelah kematian.
MATAN
“Setelah Kebangkitan, mereka dihisab dan dibalas amal-perbuatannya. Dalilnya yakni firman Allah Ta’ala:
لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
“Suapaya Dia memberi akhir kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi akhir kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” [QS. An-Najm [53]: 31]”
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Ayat ini dalil atas hisab dan jaza`, alasannya yakni Allah kabarkan bahwa Dia memberi akhir kepada orang-orang yang berbuat jelek sesuai dengan dosa yang telah mereka kerjakan, dan memberi akhir kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik. Hal ini menawarkan adanya perhitungan amal baik dan buruk, alasannya yakni akhir dalam ayat ini diubahsuaikan dengan perbuatan pelakunya, dan ada pensifatan orang-orang dengan status orang-orang baik dan buruk, ini tentunya menawarkan adanya hisab.
MATAN
“Barangsiapa yang mendustakan hari Kebangkitan, maka dia kafir. Dalilnya yakni firman Allah Ta’ala:
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Orang-orang yang kafir menyampaikan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kalian akan dibangkitkan, lalu akan diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.’ Yang demikian itu yakni gampang bagi Allah.” [QS. At-Taghabun [64]: 7]”
[Sampai disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Barangsiapa yang mendustakan hari Kebangkitan, maka dia kafir, dan ada saja orang yang meyakini bahwa menjalankan agama itu untuk kebahagiaan di dunia, yang nanti jika sudah mati, ruhnya akan pribadi berada dalam kenikmatan atau neraka, tanpa ada proses kebangkitan setelah kematian!
Allah sifati orang model ini atau semisalnya dalam ayat di atas dengan kafir,
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Orang-orang yang kafir menyampaikan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Dengan demikian benarlah pernyataan Penulis :
“Barangsiapa yang mendustakan hari Kebangkitan, maka dia kafir”.
Referensi terjemah matan :
https://www.ayohijrah.net//search?q=al-ushul-ats-tsalatsah-dan-terjemah dengan perubahan seperlunya.