Tuesday 24 December 2019

Dilema Cinta

Foto: Ilustrasi (Google Image)

Oleh: Muliadi Selian*

Cinta? Huh… itu lagi. “Pusing deh kepala Barbie!” Ups.

Pembahasan cinta dalam beberapa ahad ini kerap mendadak ‘naik daun’. Walaupun bergotong-royong daun itu tidak sanggup dinaiki. Seakan tiada henti, pembahasan ihwal cinta selalu menghantui halaman-halaman media sosial. Terutama dinding sosial-ku.

Pernah gak sih mencicipi cinta? Cinta itu kasih sayang, loh! So, kenapa bersusah payah mencari cinta, toh, selama ini ada kok yang mencintaimu setulus hati, siapa lagi kalau bukan ke dua orang tuamu sendiri.

Cinta itu anugerah?

Iya. Betul sekali! Tapi cara orang-orang mencari dan mendapatkannya dikala ini jauh terbalik. Terbalik? Tentu, terbalik dari pedoman agama Islam. Coba kita lihat, seorang pencari cinta di Facebook, niscaya mendapat cintanya di Facebook juga. Lalu nanti punya anak, coba tebak, sukanya main ‘Facebook’ atau hobi baca ‘book’?

Ada lagi masalah lain. Cari cinta di jalanan. Pakai kendaraan, rayu cewek anak kostan. Setelah jadian—hamil dua bulan. Nanti punya anak, bejatnya gak karuan. Lha, yang begini cinta apa namanya? Huh… gak usah dilanjutin ya.


Contohlah baginda Rasulullah. Mencintai seseorang alasannya yaitu Allah. Punya keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Hidup terarah. Tegar memegang amanah. Surga pun dijanjikan oleh Allah. Ini gres Rasulullah!

Pria, kalau mencitai seorang perempuan jangan tanggung-tanggung. Jika merasa sudah mapan (modal secukupnya, tapi kesiapan aman) segerakanlah meng-khitbah si wanita. Jangan hingga di lain hari menyesal. Melihat si calon bidadari duluan dipinang oleh orang tak dikenal. Wah, kasihan tuh cintanya dibegal.

Wanita juga. Jangan terlalu resah kalau belum ada pendamping hidup. ‘Kan masih ada ibu, ayah dan adik-adik di rumah. Bersabarlah.

Namun terkadang, perempuan kudu memerhatikan pula gejala kiamat, salah-satunya bertambah banyak jumlah perempuan dan semakin mengurang jumlah pria. Oleh alasannya yaitu itu, disunahkan bagi perempuan cepat menikah. Demi menyempurnakan separuh iman yang telah diberikan Allah.

Survei menyatakan, perempuan shalihah itu lebih nyaman ditemani sama sang mahram, ketimbang ditemani orang lain. Betul gak?

Tapi itulah, terkadang perempuan kini terlalu umbar aib. Kalau ditanya, "Mau cari calon imam," katanya. Padahal menentukan busana saja masih belum tepat. Kerudung pendek, berbaju ketat. Dilapisi celana, seharusnya nutupi aurat, eh… malah tambah dosa maksiat. Yang begini, diperlukan segera taubat!

Balik ke pembahasan kita di atas tadi.

Memang, cinta yaitu multivitamin buat diri. Dalam artian, dengan cinta-kita sanggup tumbuh menjadi kuat/pribadi yang hebat. Juga dengan cinta sanggup melemahkan hati/jiwa yang sehat. Coba lihat perempuan kalau lagi galau, kebanyakan niscaya alasannya yaitu cinta.

Mestinya diingatin tuh. Sesuai hadis, “Perempuan yaitu tiang negara. Kalau baik perempuan, baik negara. Tapi kalau rusak perempuan, hancur negara.” Pria kalau lagi resah sama saja. Intinya saling berbenah diri dah!

Generasi islami anak bangsa sanggup hancur cuma alasannya yaitu cinta. Orang pacaran banyak di mana-mana. Umbar aurat tampak jelas. Suruh beribadah sangat malas. Ini bertanda, generasi anak bangsa akan kandas!

Belum tahu apa, syarat halal untuk pacaran haruslah sesudah melakukan ijab kabul. Bukan berpacaran menyerupai yang diinginkan oleh anak sampaumur kini ini. Belum tentu sanggup faedah, yang ada maksiat bertambah.

Maka saya himbau dari lembar dakwah ini, marilah sesama kita saling menjaga diri, demi menjadi insan bersyariatkan islam sejati. Aamiin.

Ufuk Senja, 28 September 2015


*Penulis yaitu mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir.
banner
Previous Post
Next Post