Sunday 22 December 2019

Fikih I’Tikaf (9)

Syaikh Syarafud Din Abun Naja Musa bin Ahmad Al Fikih I’tikaf (9)1
Dibolehkan bagi perempuan untuk melaksanakan i’tikaf sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, 2033 dan Muslim, 1173 dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ وَإِنَّهُ أَمَرَ بِخِبَائِهِ فَضُرِبَ أَرَادَ الاعْتِكَافَ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَأَمَرَتْ زَيْنَبُ بِخِبَائِهَا فَضُرِبَ وَأَمَرَ غَيْرُهَا مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخِبَائِهِ فَضُرِبَ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ نَظَرَ فَإِذَا الأَخْبِيَةُ فَقَالَ آلْبِرَّ تُرِدْنَ فَأَمَرَ بِخِبَائِهِ فَقُوِّضَ وَتَرَكَ الاعْتِكَافَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى اعْتَكَفَ فِي الْعَشْرِ الأَوَّلِ مِنْ شَوَّالٍ .
وفي رواية للبخاري : ( فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَة فَأَذِنَ لَهَا وَسَأَلَتْ حَفْصَة عَائِشَة أَنْ تَسْتَأْذِن لَهَا فَفَعَلَتْ ) .
Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ingin beri’tikaf, dia shalat fajar kemudian masuk ke daerah i’tikafnya. Dan dia memerintahkan untuk memasang tenda dan dipasangkan, dia bermaksud i’tikaf di sepuluh malam simpulan Ramadhan, kemudian Zainabpun memerintahkan untuk memasang tenda dan dipasangkan.
Istri-istri dia shallallahu ‘alaihi wa sallam selainnya pun memerintahkan untuk memasang tenda dan dipasangkan. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah shalat fajar melihat banyak tenda, dia bersabda, “Apakah ketaatan yang kalian inginkan? Kemudian dia memerintahkan untuk membongkar tendanya dan dia meninggalkan i’tikaf di bulan bulan puasa hingga dia beri’tikaf di sepuluh awal bulan Syawwal.” Dalam teks Bukhari, “Aisyah meminta izin dan dia diberi izin. Dan Hafshoh meminta Aisyah untuk memintakan izin baginya dan dia lakukan.”
Dalam hadits ini menawarkan kesahan i’tikaf wanita. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengizinkannya. Dan mereka dihentikan sehabis itu, alasannya yaitu ada alasan insidentil.
(Bersambung)
1Diringkas dari Islamqa.info/ar/48956
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
banner
Previous Post
Next Post