"Tidak ada dosa kecil bila itu dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar bila dihentikan dan beristighfar". |
Oleh: Tgk. Amri Fatmi, Lc. MA.
Istiqamah pada pendapat/pikiran dan keyakinan bermakna seseorang punya metode berpikir dan berkeyakinan pertengahan antara tidak dungu dan tidak keras kepala. Tidak keras kepala mendustakan sesuatu yang telah terbukti kasatmata adanya, mirip orang atheis, dan tidak pula dungu gampang membenarkan sesuatu tanpa bukti mirip orang yang mempercayai khurafat dalam agama.
Istiqamah berlaku juga dalam perilaku akhlak. Seseorang bersikap pertengahan dalam menyalurkan nafsunya, begitu juga emosinya. Dengan istiqamah, akan melahirkan langsung yang bersemangat tinggi namun penuh rendah hati, langsung yang sangat gemar memberi dan bersikap merasa cukup (qanaah).
Istiqamah dalam perbuatan yaitu ketika seseorang berbuat tidak berlebihan dan boros. Tidak berbuat segala sesuatu yang sekedar memperturutkan nafsu dan syahwatnya, begitu juga tidak memperturutkan emosi sesukanya. Di pihak lain juga tidak menjauhkan diri dari segala kebutuhan asasi dari nafsu dan menjauhkan diri dari segala kebutuhan asasi hidup di dunia ini mirip kaum rahib-rahib yang lari dari kehidupan normal manusia. Para kaum rahib dan biksu dalam agama Budha dan Nasrani yang tinggal di gunung-gunung, atau dalam ruang tertutup jauh dari dunia nyata, dihentikan mengawini perempuan lantaran itu dianggap perbuatan duniawi yang hina. Hal ini sangat jauh dari anutan Islam yang selalu menjaga pertengahan dan mengajarkan umatnya istiqamah.
Untuk bersikap istiqamah dan teguh dengan prinsip tidaklah mudah. Oleh alasannya itu kata istiqamah dalam bahasa Arab terdiri dari kata "isti" (penambahan sin dan ta) yang bermakna, perjuangan keras untuk menggapainya, dan kata "qaama" yang bermakna lurus dan tegak. Diwajibkan pada kita untuk mencari dan mengusahakannya kehidupan kita yang lurus tegak tidak zigzag dan serempet kanan kiri.
Dengan demikian kita pahami bahwa Istiqamah yaitu tanda dari kesempurnaan keyakinan seseorang. Tanda dari teguh dan lurusnya keyakinan seseorang.
Dalam hadis tadi Nabi menyebutkan kata "kemudian" istiqamah sehabis keyakinan pada Allah. Ini menjelaskan diam-diam bahwa ilmu lebih dahulu, kemudian setelahnya perilaku dan perbuatan serta metode berpikir. Maka seorang muslim dituntut sehabis murni beriman pada Allah untuk bersikap istiqamah dalam perbuatan, beretika dan berpikir.
Apa yang sudah kita tau kebenaran dalam agama, kemudian jalankanlah, apa yang sudah diajarkan kepada kita wacana keharusan dalam agama Islam, maka laksankanlah dengan teguh pendirian, dan apa yang dihentikan jauhkanlah dengan yakin dan sigap.
Inilah diam-diam Allah ketika seorang muslim diwajibkan untuk selalu meminta pada Allah "tunjukilah kami jalan yang lurus" lima kali sehari.
Bagaimana bila tidak mau istiqamah?
Coba bayangkan sebuah rumah yang lengkap dengan segala alat elektronik di dalamnya, televisi, rice cooker, mesin pencuci piring, kompor listrik, mesin basuh pakaian hingga lampu dan pemenas ruangan. Bayangkan apa guna semua alat ini tanpa arus listrik yang mengalir secara terus menerus? Semua alat tersebut hanya onggokan besi dan alumunium tak bernilai sama sekali. Nah, istiqamah itu menyerupai arus listrik yang mengakibatkan semua pekerjaan kita, etika kita dan cara berpikir kita itu berharga dan bernilai serta bermakna.
Orang yang bisa istiqamah dengan makna yang sudah kita jelaskan, dalam hidupnya, merekalah yang akan sukses meraih kemenangan besar dalam hidup dan akhirat. Orang yang tidak istiqamah dalam hidupnya akan terhijab (terhalang) dari Allah, selanjutnya ia akan terjauhkan dari perasaan tenang, tentram, bahagia, aman, merasa terjaga, kecukupan, dibantu dalam setiap kesusahannya. Dll.
Simak firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ( الأحقاف : 13)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka baka di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Al-Ahqaaf: 13-14)
Bagaimana langkah menuju istiqamah?:
1. Iman dan ilmu yang benar didasarkan pada keyakinan yang kokoh.
2. Melakukan pekerjaan yang sedikit tetapi terus berkelanjutan. Karena Nabi bersabda: "Sebaik-baik pekerjaan yang disukai Allah adalah, yang terus menerus walau sedikit."
3. Selalu bersikap pertengahan tidak berlebihan dalam bertindak, berpikir dan beretika.
4. Yakinlah bahwa teguh pendirian pada anutan agama niscaya terbaik dalam hidup dana berakhir dengan kebaikan dan kesuksesan. Makara bersabarlah dalam menjalankannya.
Saudaraku, permasalahan kita kadang kita merasa bukanlah pelaku dosa besar, koruptor, pemabuk, penjudi, penzina, pembunuh, pemakan riba, pemakan harta orang miskin, pemfitnah dan pengadu domba. Semua itu kita tidak melakukannya. Namun dosa lain yang kecil kita rasa kita terus melakukannya tanpa henti dan bertaubat. Para ulama menyatakan, "Tidak ada dosa kecil bila itu dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar bila dihentikan dan beristighfar".
Bayangkan kita berjalan mengemudi kendaraan beroda empat di jalan raya dengan ruas jalan 60 meter. Sangat luas dan nyaman, namun di sebelah kanan dan kiri jalan yaitu jurang yang terjal dan dalam mematikan. bila kita istiqamah, artinya kita akan berjalan damai dengan lurus di jalan ini sesuai petunjuk kemudi di dalam kendaraan beroda empat kita. Sementara orang yang berbuat dosa besar yaitu orang yang memutar kemudi mobilnya 90 derjat, terang ia akan binasa ke jurang dengan cepat, sebelah kana atau kiri. Namun apabila ia berhenti dengan cepat dan tersadarkan, ia akan selamat.
Adapun umpama orang yang berbuat dosa kecil terus menerus tanpa henti yaitu laksana orang yang memutar kemudi satu centi meter miring ke kiri atau kekanan, tidak lurus sempurna. Walaupun ia merasa jalannya lurus, namun bila terus ia berjalan dengan kemiringan itu, mesti diujung sekitar 300 meter ke depan ia akan jatuh kejurang tanpa ia sadar.
Itulah permisalan terang antara hidup istiqamah dengan Islam yang sudah kita tau, dan tidak istiqamah dengan melaksanakan dosa besar dan kecil terus menerus.
Istiqamahlah, istiqamahlah… Kita akan senang dan hidup nyaman.
Semoga ini menjadi pengingat bagi kita semua.
Wallahu 'Alam.
(Kairo, 20 Juli 2016)
Bagaimana langkah menuju istiqamah?:
1. Iman dan ilmu yang benar didasarkan pada keyakinan yang kokoh.
2. Melakukan pekerjaan yang sedikit tetapi terus berkelanjutan. Karena Nabi bersabda: "Sebaik-baik pekerjaan yang disukai Allah adalah, yang terus menerus walau sedikit."
3. Selalu bersikap pertengahan tidak berlebihan dalam bertindak, berpikir dan beretika.
4. Yakinlah bahwa teguh pendirian pada anutan agama niscaya terbaik dalam hidup dana berakhir dengan kebaikan dan kesuksesan. Makara bersabarlah dalam menjalankannya.
Saudaraku, permasalahan kita kadang kita merasa bukanlah pelaku dosa besar, koruptor, pemabuk, penjudi, penzina, pembunuh, pemakan riba, pemakan harta orang miskin, pemfitnah dan pengadu domba. Semua itu kita tidak melakukannya. Namun dosa lain yang kecil kita rasa kita terus melakukannya tanpa henti dan bertaubat. Para ulama menyatakan, "Tidak ada dosa kecil bila itu dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar bila dihentikan dan beristighfar".
Bayangkan kita berjalan mengemudi kendaraan beroda empat di jalan raya dengan ruas jalan 60 meter. Sangat luas dan nyaman, namun di sebelah kanan dan kiri jalan yaitu jurang yang terjal dan dalam mematikan. bila kita istiqamah, artinya kita akan berjalan damai dengan lurus di jalan ini sesuai petunjuk kemudi di dalam kendaraan beroda empat kita. Sementara orang yang berbuat dosa besar yaitu orang yang memutar kemudi mobilnya 90 derjat, terang ia akan binasa ke jurang dengan cepat, sebelah kana atau kiri. Namun apabila ia berhenti dengan cepat dan tersadarkan, ia akan selamat.
Adapun umpama orang yang berbuat dosa kecil terus menerus tanpa henti yaitu laksana orang yang memutar kemudi satu centi meter miring ke kiri atau kekanan, tidak lurus sempurna. Walaupun ia merasa jalannya lurus, namun bila terus ia berjalan dengan kemiringan itu, mesti diujung sekitar 300 meter ke depan ia akan jatuh kejurang tanpa ia sadar.
Itulah permisalan terang antara hidup istiqamah dengan Islam yang sudah kita tau, dan tidak istiqamah dengan melaksanakan dosa besar dan kecil terus menerus.
Istiqamahlah, istiqamahlah… Kita akan senang dan hidup nyaman.
Semoga ini menjadi pengingat bagi kita semua.
Wallahu 'Alam.
(Kairo, 20 Juli 2016)