Wednesday 18 December 2019

Kesenangan Seorang Muslim

 
Google Image

Oleh: Alvin Nur Hazafat, Lc.*

Kebanyakan insan saat berkumpul akan berbicara ihwal kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka, dan kebiasaannya mereka melupakan antara nikmat tersebut dengan yang “memberi nikmat”.


Mereka berbicara ihwal harta benda, kesehatan, anak-anak, ilmu, kesuksesan, hewan ternak, kebun-kebun dan banyak sekali macam nikmat yang Allah berikan kepada mereka, akan tetapi mereka tidak menghubungkan nikmat yang mereka peroleh dengan Yang Maha Pemberi Nikmat, Allah Yang Maha Esa. Dan tipe orang yang menyerupai ini, dengan kenikmatan yang ia peroleh tidak akan menguatkan keyakinan mereka, kesenangan mereka dengan nikmat tersebut yakni kesenangan yang tercela.

Sesungguhnya Qarun yakni orang yang Allah anugerahkan kepadanya harta yang banyak, sehingga kunci kawasan simpanan hartanya tersebut tidak bisa dibawa oleh kelompok pria yang kuat, saking banyaknya! Maka bayangkan seberapa banyak hartanya yang tersimpan tersebut yang terdiri dari permata, emas, perak dan lainnya!? Dan semuanya terkunci di kawasan penyimpanan, sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-Qashas ayat 76 “dan Kami telah menganugerahkan kepadanya (Qarun) perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat”. Akan tetapi Qarun melupakan antara nikmat dengan Sang Pemilik Nikmat, ia hanya melihat pada diri sendiri dalam memperoleh nikmat tersebut, maka kesenangan Qarun ini disebut dengan kesenangan yang tercela.

Contoh lain dari kesenangan tercela juga termasuk saat seseorang yang mendaftarkan anak-anaknya ke universitas dan kemudian anaknya tersebut bisa menuntaskan studinya sehingga di antara mereka ada yang menjadi guru, dokter, insinyur, atau pun pengusaha. Kemudian anak mereka menikah, memiliki keturunan, memiliki rumah dan lainnya. Dan orang renta mereka merasa bahagia saat berbicara ihwal mereka, “Anak pertamaku telah melaksanakan ini, anak keduaku telah melaksanakan itu” dan sebagainya.

Akan tetapi mereka sama sekali tidak menghadirkan Allah yang telah memberi mereka anugerah tersebut dalam pembicaraannya. Maka kesenangan menyerupai ini yakni kesenangan tercela yang didasari kesombongan dan besar hati terhadap diri sendiri.

Adapun seorang muslim, ia juga akan merasa senang. Tetapi mereka selalu menyertai Allah dalam kesenangan mereka, maka ini yang disebut dengan kesenangan terpuji.

Tatkala Islam datang, ia mengatur segala aspek kehidupan, menjelaskan akhlak-akhlak yang pantas untuk manusia. Yang Islam inginkan dari seorang muslim bukan hanya sebatas pada aqidah, akan tetapi apa yang sudah dipelajari dari aqidah tersebut membuahkan hasil pada budbahasa yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Maka yang diinginkan pada kita yakni menimbulkan aqidah kita benar disertai budbahasa yang baik.

Diterjemahkan dari buku “Al-Quran Ghayyarani”, karya DR. Muhammad ‘Abd Ar-Rahman An-Naqib.
 
*Penulis yakni alumni Universitas Al-Azhar Mesir, jurusan Tafsir Fakultas Ushuluddin.

banner
Previous Post
Next Post