
1. Raja’ (Harapan)
Raja‘ (الرجاء) yaitu keterkaitan hati dengan sesuatu yang diinginkan untuk didapatkan di waktu yang akan datang.
Ciri Raja’ (harapan) yang Selaras dengan Tauhid
- Adanya ketergantungan hati yang mengandung perendahan dan ketundukan yang tepat dan totalitas yang hanya boleh ditujukan kepada Allah semata.
- Sesuatu yang diperlukan yaitu jenis masalah yang tidak bisa memenuhinya kecuali Allah Ta’ala, ibarat cita-cita selamat dari neraka dan masuk surga, sembuh dari penyakit (bukan sekedar cita-cita semoga diobati semata) dan cita-cita semoga selamat dari segala musibah.
Maka raja‘ (harapan) yang jenis ibadah ini, akan bernilai:
- Tauhid, apabila hanya dipersembahkan kepada Allah Ta’ala semata. Maksudnya seorang hamba hanya berharap kepada Allah semata untuk mendapat sesuatu yang hanya Allah sajalah yang bisa memenuhinya, lantaran hal itu terkait dengan kekhususan Allah, sehingga selain-Nya tidak bisa memenuhinya.Demikian pula, seorang Ahli Tauhid berharap hanya kepada Allah semata dengan disertai ketergantungan hati yang mengandung perendahan dan ketundukan yang sempurna, lantaran Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu dan hanya Allah Ta’ala sajalah yang bisa mengakibatkan suatu alasannya yaitu berpengaruh. Dengan demikian dihentikan seseorang yang bertauhid berharap kepada selain Allah dengan jenis cita-cita ibadah.
- Syirik akbar (besar), apabila cita-cita yang jenis ibadah tersebut dipersembahkan kepada selain Allah. Maksudnya seorang berharap kepada selain Allah dengan jenis cita-cita ibadah ini dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari Islam. Contoh cita-cita yang syirik akbar ini yaitu cita-cita seseorang kepada seorang kyai semoga menyelamatkannya dari neraka dan memasukkannya kedalam surga, cita-cita pada seorang dukun semoga menyembuhkannya dari penyakit dan semoga menyelamatkannya dari segala bentuk musibah. Contoh yang lainnya, cita-cita seseorang kepada seorang wali dalam bentuk hingga hatinya bergantung totalitas dengan merendahkan diri dan tunduk yang tepat kepada wali tersebut dalam mengkabulkan harapannya.
Larangan Menyekutukan Allah dalam Ibadah raja’ (harapan)
Dalil Raja’ (harapan) yaitu firman Allah Ta’ala :
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan dengan apapun dalam beribadah kepada Robbnya” (QS. Al-Kahfi: 110).
Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala memuji orang yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya. Dalam ayat itu pula, Allah melarang seorang hamba mempersekutukan-Nya dalam semua bentuk peribadatan kepada-Nya, termasuk dalam duduk masalah ibadah mengharap.
Catatan:
- Sebuah cita-cita kepada selain Allah bisa juga tergolong syirik kecil, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Sholeh Al-‘Utsaimin rahimahullah bahwa cita-cita yang mengandung perendahan dan ketundukan hanya boleh ditujukan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan menujukan suatu cita-cita kepada selain Allah itu bisa termasuk perbuatan syirik besar atau syirik kecil, hal itu tergantung apa yang ada di dalam hati orang yang berharap.
- Sebuah cita-cita kepada selain Allah tidaklah termasuk syirik apabila seseorang berharap kepadanya dalam masalah yang makhluk bisa memenuhinya dengan berkeyakinan bahwa terwujudnya cita-cita tersebut atas kehendak Allah sehingga beliau tetap bertawakal pada Allah, perendahan diri dan ketundukannya tetap kepada Allah semata. Harapan ini disebut sebagai raja’ thobi’i (harapan manusiawi). Contohnya yaitu cita-cita kepada seseorang semoga ia memaafkan kesalahan kita, mengharap seseorang hadir dalam walimah ijab kabul kita dan yang semisalnya.
[bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id