Bismillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du: Anda mengharapkan dakwah yang Anda lakukan sanggup memperlihatkan solusi problematika umat ketika ini?
Jika Anda menginginkan penyelesaian dilema umat, maka jawabannya adalah sesuaikan dakwah Anda dengan manhaj para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam –paling utamanya yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan bangunlah dakwah Anda di atas pilar-pilar dakwah mereka.
Akan tetapi, jikalau Anda menelantarkan pilar-pilar dakwah mereka, maka tidaklah dakwah Anda dikatakan sebagai dakwah yang benar dan tidak akan membuahkan buah yang dibutuhkan dengan sempurna, walaupun Anda kerahkan banyak sekali upaya keras dan Anda habiskan waktu yang usang untuk berdakwah, serta walaupun Anda berhasil mengumpulkan masa pendukung yang banyak!
Hakikatnya kesuksesan dakwah yang hakiki tidaklah ditentukan oleh banyaknya pengikut semata, namun ditentukan dari sisi keikhlasan Anda dan kesesuaian dakwah Anda dengan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berikut ini kelanjutan klarifikasi pilar-pilar dakwah para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam dalam artikel ketiga.
4. Memulai dengan yang paling penting lalu yang paling penting sesudahnya
Yaitu pertama kali memulai kepada perbaikan aqidah/keyakinan dengan memerintahkan insan supaya mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata (Tauhid) dan melarang dari kesyirikan lalu memerintahkan untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, mengerjakan kewajiban-kewajiban, dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.
Dan dakwah Tauhid ini merupakan jalannya semua Rasul ‘alaihimush shalatu was salam,sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan tolong-menolong Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (An-Nahl: 36).
Dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya berdakwah ke Yaman, terdapat pelajaran besar perihal skala prioritas dalam memberikan materi dakwah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab. Maka dari itu, jadikanlah yang pertama kali engkau sampaikan kepada mereka yaitu syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah (mentauhidkan Allah), apabila mereka telah mentaatimu dalam hal ini maka ajari mereka bahwa Allah telah mewajibkan shalat lima waktu kepada mereka. Apabila mereka telah mentaatimu dalam hal ini maka ajari mereka bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada mereka yang diambil dari kalangan orang kaya di antara mereka serta diberikan kepada orang-orang fakir dari kalangan mereka”(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits yang mulia ini, terdapat beberapa pelajaran sebagai berikut:
- Termasuk ilmu yang harus diketahui oleh seorang da’i yaitu perihal skala prioritas dalam berdakwah, yaitu mendahulukan kasus yang terpenting lalu yang terpenting berikutnya.
- Tauhid yaitu kasus terpenting yang harus menjadi perhatian terbesar dalam berdakwah. Tauhid yaitu perintah Allah yang menjadi prioritas nomor satu, sedangkan kebalikan Tauhid, yaitu syirik yaitu larangan Allah yang terbesar.
Renungan
Seorang da’i yang benar-benar mengetahui skala prioritas dakwah yang Allah ridhai dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada kita, maka ia akan mendahulukan apa yang didahulukan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan keyakinan bahwa tidak ada pilihan yang lebih baik dari pilihan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Bersabar terhadap kesulitan-kesulitan dan gangguan-gangguan yang dijumpai dalam berdakwah, mengajak insan kepada Allah.
Sebaik-baik pola dalam kesabaran yaitu para utusan Allah ‘alaihimush shalatu was salam, mereka hadapi gangguan dan celaan di jalan dakwah dengan penuh kesabaran, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa Rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka akhir (azab) ejekan mereka” (Al-An’aam:10).
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
“Dan tolong-menolong telah didustakan (pula) Rasul-Rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, hingga tiba dukungan Allah kepada mereka” (Al-An’aam:34).
Renungan:
Seorang da’i yang tidak bersabar ketika memberikan Tauhid dan Sunnah di tengah-tengah masyarakat alasannya yaitu dianggap itu yaitu materi dakwah yang tidak pro rakyat, bahkan dakwah Tauhid dan Sunnah yang memperingatkan syirik dan bid’ah dituduh sebagai gerakan memecah belah umat, maka -dengan ketidaksabarannya tersebut- ia akan beralih kepada materi-materi dakwah mereka yang terkenal dan dianggap pro rakyat, hasil dari tawar menawar politik dan upaya mempertahankan aset masa pendukung kelompok, forum atau partainya!
(Ikuti kelanjutannya di artikel : Pilar-Pilar Dakwah Para Nabi ‘alaihimus salam dalam Menyelesaikan Problematika Umat (4)). Wallahu a’alam.
***
Diolah dari muqoddimah Syaikh DR. Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan terhadap kitab Manhajul Anbiyaa` fid Da’wah ilallah, dengan beberapa tambahan.
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id