Google Image |
“Perlihatkan padaku akalmu, saya perlihatkan padamu Allah”
Suatu ketika, seorang yang berpaham atheis (tidak mempercayai adanya Tuhan) mendatangi Imam Abu Hanifah dan bertanya padanya “wahai Imam, apakah engkau pernah melihat Tuhanmu?” , kemudian Imam menjawab “Maha Suci Tuhanku yang tidak sanggup dicapai dengan penglihatan (mata)”, dan si atheis bertanya lagi “apa engkau pernah mendengar-Nya, merasa-Nya, mencium-Nya atau menyentuh-Nya?”, Imam menjawab “ Maha Suci Tuhanku yang tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Kemudian si atheis menimpalinya “jika engkau tidak pernah melihat Tuhanmu, tidak pernah merasa-Nya, mencium-Nya juga menyentuh-Nya, bagaimana engkau sanggup meyakini bahwa Tuhan itu ada?”
Maka giliran Imam yang bertanya “apakah kau pernah melihat akalmu?”, “tidak” jawab atheis, “apa kau pernah merasa, mendengar atau menyentuh akalmu?” Tanya Imam lagi, “tidak” jawab atheis. “Lalu bagaimana sanggup kau dikatakan orang yang berakal? atau kau ialah orang yang gila?” Tanya Imam, “tentu saya orang yang berakal, wahai Imam” jawabnya. “Dimana akalmu? perlihatkanlah padaku!” pinta Imam, “akalku ada, tapi tidak sanggup saya perlihatkan” ujar atheis.
Dan Imam pun berkata “dan mirip itulah Allah, Ia ada, Ia ‘diatas’ segala sesuatu dan tidak ada sesuatu ‘diatas’-Nya, Ia mencakup (dengan ilmu-Nya) segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha melihat”. [alvin]
* Terjemahan dari kitab "300 dongeng orang shaleh, Karya DR. Musthafa Murad