Monday, 13 January 2020

Matahari Ditahan Terbenam Untuk Nabi Yusya’ Bin Nun

Nabi Musa ‘alaihis salam mempunyai seorang murid yang menemaninya mencari Ilmu. Dia yakni Yusya’ Bin Nun, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan pesan yang tersirat kenabian dan mukjizat yang kasatmata kepadanya. Setelah Nabi Musa ‘alaihis salam wafat, Nabi Yusya’ bin Nun ‘alaihis salam membawa Bani Israil ke luar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan kesannya hingga di kota Jerica.

Kota Jerica yakni sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat. Nabi Yusya’ dan Bani Israil yang bersamanya, mengepung kota tersebut hingga enam bulan lamanya.

Suatu hari, mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam. Diiringi dengan bunyi terompet dan pekikan takbir, dan dengan satu semangat yang kuat, mereka pun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota, kemudian memasukinya. Di situ mereka mengambil harta rampasan dan membunuh dua belas ribu laki-laki dan wanita. Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa. Mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam. Hari itu hari Jum’at, peperangan belum juga usai, sementara matahari sudah hampir terbenam. Berarti hari Jum’at akan berlalu, dan hari Sabtu akan tiba.

Padahal, berdasarkan syari’at pada dikala itu, pada Sabtu dihentikan melaksanakan peperangan. Oleh alasannya itu Nabi Yusya’ bin Nun berkata: “Wahai matahari, bergotong-royong engkau hanya mengikuti perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, begitu pula aku. Aku bersujud mengikuti perintahNya. Ya Allah Subhanahu wa Ta’ala, tahanlah matahari itu untukku biar tidak terbenam dulu!”. Maka Allah S.w.t menahan matahari biar tidak terbenam hingga ia berhasil menaklukkan negeri ini dan memerintahkan bulan biar tidak menampakkan dirinya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya alasannya seorang insan kecuali untuk Yusya’. Yakni pada malam-malam ia berjalan ke Baitul Maqdis (untuk jihad).’” (HR: Ahmad dan sanad-nya sesuai dengan syarat Al-Bukhari).

Akhirnya Nabi Yusya’ dan kaumnya berhasil memerangi dan menguasai kota tersebut. Setelah itu Nabi Yusya’ bin Nun memerintahkan kaumnya untuk mengumpulkan harta rampasan perang untuk dibakar. Namun api tidak mau membakarnya. Lalu Beliau meminta sumpah kepada kaumnya. Dan kesannya diketahui ternyata ada dari kaumnya yang berkhianat dengan menyembunyikan emas sebesar kepala sapi.

Akhirnya orang-orang yang berkhianat mengembalikan apa yang mereka curi dari harta rampasan perang itu. Kemudian dikumpulkan dengan harta rampasan perang lainnya. Barulah kemudian api mau membakarnya.

Demikian syariat yang dibawa oleh Nabi sebelum Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi Wa Sallam. Yaitu tidak boleh mengambil harta rampasan perang. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan Syariat Nya dengan memperbolehkan bagi Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wa Sallam untuk mengambil rampasan perang biar sanggup diambil manfaat yang banyak dari harta rampasan perang itu.

Setelah Baitul Maqdis sanggup dikuasai oleh Bani Israil, maka mereka hidup di dalamnya dan di antara mereka ada Nabi Yusya’ yang memerintah mereka dengan Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala, Taurat, hingga final hayatnya. Dia kembali ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala dikala berumur seratus dua puluh tujuh tahun, dan masa hidupnya sehabis wafatnya Nabi Musa ‘alaihis salam yakni dua puluh tujuh tahun.

(Sumber Rujukan: Al Qur’anul Karim; Riyadhus Shalihin; Syarah Lum’atil I’tiqod)

*Sumber dari suatuperjalananmaya.com
banner
Previous Post
Next Post