Kita sua kembali dengan kisah-kisah yang lucu ihwal petualangan Abu Nawas yang cerdik. Selalu saja ada cara untuk menghadapi ketegangan antara lawan maupun kawan.
Abu Nawas mempunyai tetangga yang sangat kikir dan serakah, ia pun ingin mengatakan pelajaran biar tetangga yang berprofesi sebagai tuan tanah tersebut bertobat. Bagaimana kisahnya ya,
Kisahnya
Pada suatu sore, Abu Nawas duduk di beranda rumahnya sambil memandang langit. Abu Nawas berpikir bagaimana caranya biar sore itu keluarganya sanggup mampu makan.
Sementara itu, dalam jarak puluhan meter dari rumah Abu Nawas, seorang tuan tanah tinggal. Rumahnya mewah, lengkap dengan gudang masakan dan peternakan serta perkebunan yang luas. Hamppir semua warga di kampung itu, bahkan termasuk Abu Nawas, bekerja kepada tuan tanah tersebut.
Namun, tuan tanah itu mempunyai sifat yang kikir serta tamak.
Telur Bisa Beranak
Tuan tanah itu mendengar informasi bahwa Abu Nawas mempunyai keahlian yang unik.
Apabila meminjam sesuatu akan dikembalikan secara lebih dengan alasan beranak. Seperti meminjam seekor ayam, maka akan dikembalikan dua alasannya ayam itu beranak. Tuan tanah kemudian mencari cara biar Abu Nawas segera meminjam uang darinya.
Kebetulan pada sore itu Abu Nawas ingin meminjam berupa tiga butir telur. Kontan saja tuan tanah bahagia bukan kepalang alasannya pemberian itu akan menjadi banyak nantinya. Bahkan tuan tanah tersebut menunjukkan pinjaman-pinjaman yang lain. Akan tetapi Abu Nawas menolaknya alasannya ia hanya butuh tiga butir telur itu saja.
Saat tuan tanah menanyakan kapan telur itu akan beranak, Abunawas menjawab itu tergantung dengan keadaan.
Lima hari berlalu, Abu Nawas pun mengembalikan telur yang dipinjamnya dengan lima butir telur. Tuan tanah sangat bahagia dan ia menunjukkan pemberian lagi. Abu Nawas pun meminjam piring tembikar sebanyak dua buah dan tuan tanah itu dengan bahagia hati meminjamkannya dengan impian piring tembikarnya beranak kayak telur ayam yang dulu.
Lima hari pun berlalu lagi dan Abu Nawas mengembalikan piring tembikar sebanyak tiga buah. Walaupun tidak sesuai dengan yang diharapkan, tetapi hati si Tuan tanah cukup gembira. Tak apalah piki tuan tanah alasannya sanggup saja orang itu mempunyai anak tunggal bahkan tidak mempunyai anak.
Mati Mendadak
Pada hari selanjutnya, si tuan tanah menunjukkan pemberian uang senilai 1000 dinar. Sebuah jumlah yang cukup besar, bahkan sanggup untuk menggaji seluruh karyawan tuan tanah selama satu bulan. Dia menanti dengan tidak sabar. Hari berganti hari bahkan lima hari terlewati sudah. Tak terasa sudah berjalan satu bulan dan Abu Nawas tak kunjung tiba ke rumahnya.
Karena tidak sabar, si tuan tanah mendatangi Abunawas dengan didampingi pengawalnya. Mulanya si tuan tanah gembira, namun ia murka besar sesudah mendapatkan klarifikasi dari Abu Nawas.
"Sayang sekali Tuan, uang yang aku pinjam, bukannya beranak, malah tiga hari sesudah aku bawa pulang, mati mendadak," ujar Abu Nawas.
Mendengar itu, si tuan tanah menjadi geram.
Pengawalnya hampir saja memukul Abu Nawas, tapi untung saja tidak jadi alasannya ada rombongan pekerja yang gres pulang. Tuan tanah mengadukan Abu Nawas ke pengadilan dan berharap Abunawas digantung atau bahkan dieksekusi rajam.
Di depan hakim, Abu Nawas melaksanakan pembelaan dengan membeberkan semua duduk persoalannya. Demikian juga dengan si tuan tanah. Pengadilan pun memutuskan bahwa Abu Nawas tida bersalah alasannya sangat masuk nalar jikalau sesuatu yang sanggup beranak niscaya sanggup mati. Seketika itu juga tuan tanah yang tamak itu pingsan selama beberapa jaman sulit untuk dibangunkan. Ia telah tertipu alasannya wataknya sendiri yang kikir, tamak dan pelit.