Thursday 12 March 2020

Hadits - Tawaran Untuk Istiqomah

عَنِ أَبيْ عَمْرٍو، وَقِيْلَ، أَبيْ عمْرَةَ سُفْيَانَ بنِ عَبْدِ اللهِ رضي الله عنه قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي الإِسْلامِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدَاً غَيْرَكَ؟ قَالَ: قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ – رواه مسلم

Terjemahan:

Dari Abu ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata : ” Aku telah berkata : ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku ihwal Islam, suatu perkataan yang saya tak akan sanggup menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu’. Bersabdalah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Katakanlah : Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “.

[Muslim no. 38]

Penjelasan:

Kalimat “katakanlah kepadaku ihwal Islam, suatu perkataan yang saya tak akan sanggup menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu”, maksudnya ialah ajarkanlah kepadaku satu kalimat yang pendek, padat berisi ihwal pengertian Islam yang gampang saya mengerti, sehingga saya tidak lagi perlu klarifikasi orang lain untuk menjadi dasar saya beramal. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Katakanlah : ‘Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “. Ini ialah kalimat pendek, padat berisi yang Allah berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Dalam dua kalimat ini telah terpenuhi pengertian kepercayaan dan Islam secara utuh. Beliau menyuruh orang tersebut untuk selalu memperbarui imannya dengan ucapan mulut dan mengingat di dalam hati, serta menyuruh ia secara teguh melaksanakan amal-amal shalih dan menjauhi semua dosa. Hal ini sebab seseorang tidak dikatakan istiqamah jikalau ia menyimpang walaupun hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang berkata : Allah ialah Tuhan kami kemudian mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30)
yaitu kepercayaan kepada Allah semata-mata kemudian hatinya tetap teguh pada keyakinannya itu dan taat kepada Allah hingga mati.

‘Umar bin khaththab berkata : “Mereka (para sahabat) istiqamah demi Allah dalam menaati Allah dan tidak sedikit pun mereka itu berpaling, sekalipun menyerupai berpalingnya musang”. Maksudnya, mereka lurus dan teguh dalam melaksanakan sebagian besar ketaatannya kepada Allah, baik dalam keyakinan, ucapan, maupun perbuatan dan mereka terus-menerus berbuat begitu (sampai mati). Demikianlah pendapat sebagian besar para musafir. Inilah makna hadits tersebut, Insya Allah.
Begitu pula firman Allah : “Maka hendaklah kau beristiqamah menyerupai yang diperintahkan kepadamu”.(QS. Hud : 112)

Menurut Ibnu ‘Abbas, tidak satu pun ayat Al Qur’an yang turun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dirasakan lebih berat dari ayat ini. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda :
“Aku menjadi beruban sebab turunnya Surat Hud dan sejenisnya”.

Abul Qasim Al Qusyairi berkata : “Istiqamah ialah satu tingkatan yang menjadi penyempurna dan suplemen semua urusan. Dengan istiqamah, segala kebaikan dengan semua aturannya sanggup diwujudkan. Orang yang tidak istiqamah di dalam melaksanakan usahanya, niscaya sia-sia dan gagal”. Ia berkata pula : “Ada yang beropini bahwa istiqamah itu hanyalah sanggup dijalankan oleh orang-orang besar, sebab istiqamah ialah menyimpang dari kebiasaan, menyalahi budpekerti dan kebiasaan sehari-hari, teguh di hadapan Allah dengan kesungguhan dan kejujuran. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ‘Istiqamahlah kau sekalian, maka kau akan selalu diperhitungkan orang’.

Al Washiti berkata : “Istiqamah ialah sifat yang sanggup menyempurnakan kepribadian seseorang dan tidak adanya sifat ini rusaklah kepribadian seseorang”. Wallaahu a’lam.
banner
Previous Post
Next Post