Tuesday 3 March 2020

Sembilan Pesan Untuk Pasangan Pernikahan

SEMBILAN PESAN PERNIKAHAN


Pertama: Pertemuan Karena Allah Swt.

Langkah, rezeki, pertemuan dan ajal dalam kuasa Allah Swt. Tapi insan diberi kuasa untuk menentukan dan berbuat yang disebut dengan ikhtiyar. Rasulullah Saw bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allah Swt telah memutuskan takdir  semua makhluk, lima puluh ribu tahun sebelum Ia membuat langit dan bumi”. (Hadits riwayat Imam Muslim, dari Abdullah bin ‘Amr). Maka fahamilah bahwa pasangan sebagai pilihan Allah Swt sesudah melewati prosesikhtiyar manusia dengan banyak sekali macam skenarionya, dari mulai dipertemukan teman, hingga salah sambung telepon.

Tiga orang rakyat jelata diberi sebuah pena dari Tuan Raja. Orang pertama berkata sambil menggerutu, “Raja yang kaya raya cuma memberi sebuah pena!”. Yang kedua berkata, “Lebih baik, daripada tidak ada sama sekali”. Yang ketiga berkata, “Saya tidak melihat penanya, tapi yang saya lihat ialah siapa yang memberikannya”.

Kedua: Menikah Setengah Iman.

Yang paling penting dalam hidup ialah iman. Hanya dengan doktrin insan akan selamat di dunia dan akhirat. Iman ialah bekal menghadap Allah Swt. Nikah ialah setengah dari doktrin itu, sebagaimana sabda Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدْ اِسْتَكْمَلَ نِصْفَ الإِيْمَانِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِيْ النِّصْفِ الْبَاقِيْ

Siapa yang menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah keimanannya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah Swt pada setengahnya”. (Hadits riwayat Imam at-Thabrani, dari Anas bin Malik. Hadits Hasan). Bekal itu telah terisi setengah, maka sempurnakanlah dengan takwa kepada Allah Swt. Ketika bekal telah sempurna, maka jangan pernah berkurang, sebab tidak ada yang tau ntah bila perjalanan akan dilanjutkan.

Ketiga: Menjaga Pandangan dan Kemaluan.

Iman itu tidak terlihat, sebab ia dilema yang bersifat batin. Tapi doktrin diwujudkan dalam perbuatan. Bila setengah doktrin itu dilaksanakan, maka terwujud dalam bentuk pemeliharaan mata dan kemaluan. Demikian disabdakan Rasulullah Saw,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ

وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Wahai para pemuda, siapa diantara kau yang mampu, maka hendaklah ia menikah, sebab kesepakatan nikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu sebagai pemelihara baginya”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud). Sebagian besar penyebab kejahatan insan ialah mata dan kemaluan. Keduanya dijaga dengan pernikahan.

Keempat: Pasangan Adalah “Ayat”.

Ketika disebut kata ayat, maka yang terbayang di benak kita ialah potongan dari surah dalam al-Qur’an. Ayat dalam surah al-Fatihah, ayat Kursi dan ayat-ayat lainnya. Semua itu ialah ayat yang tersurat, tertulis dalam al-Qur’an. Namun ada ayat-ayat lain, gejala kebesaran Allah Swt di alam semesta yang disebut sebagai Ayat Kauniyyah, diantara ayat-ayat itu ialah langit dan bumi, aneka ragam bahasa dan warna kulit dan banyak sekali ayat-ayat lainnya. Satu diantara ayat itu ialah pasangan hidup. Allah Swt berfirman,

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا

Dan di antaraayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan-Nya) ialah Dia membuat untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).

Istri menjadi ayat bagi suami dan suami menjadi ayat bagi istri. Jika setiap pasangan memahami bahwa pasangannya ialah ayat, maka tidak akan ada yang melecehkan ayat, tidak akan ada tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Karena melecehkan pasangan berarti melecehkan ayat, gejala kekuasaan Allah Swt.

Kelima: Ketenangan Jiwa.

Manusia terdiri dari ruh dan jasad. Jasad yang hening berasal dari ruh yang tenang. Ketenangan ruh itu berasal dari Allah Swt. Ketenangan yang bukan berasal dari Allah Swt ialah ketenangan semu sebab palsu. Allah Swt menjelaskan bahwa salah satu penyebab ketenangan itu ialah pasangan hidup yang telah ditetapkan Allah Swt. Firman-Nya,

لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

Supaya kau cenderung dan merasa tenteram kepadanya”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).

Harta memang bisa memperlihatkan ketenangan. Tapi ketenangan bukan pada harta. Buktinya, banyak orang yang mempunyai harta, tapi tidak mendapat ketenangan di dalamnya. Suatu dikala sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, apakah harta yang paling berharga?”. Rasulullah Saw menjawab,

لِسَانٌ ذَاكِرٌ وَقَلْبٌ شَاكِرٌ وَزَوْجَةٌ مُؤْمِنَةٌ تُعِينُهُ عَلَى إِيمَانِهِ

Lidah yang senantiasa berzikir, hati yang selalu bersyukur, istri beriman yang menolong keimanan suami”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi dari Tsauban).

Keenam: Melihat Titik Persamaan.

Dua makhluk yang berbeda, hingga orang barat mengatakan, “Man are from Mars, Women are from Venus”. Semuanya berbeda, dari bentuk fisik, sifat bawaan, selera makanan dan banyak sekali hal lainnya. Allah Swt merekat perbedaan itu dengan Mawaddahdan Rahmah.

وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).

Mawaddah melihat kecantikan fisik, Rahmah memandang kebaikan akhlak.

Mawaddah memandang kelebihan, Rahmah menutupi kekurangan.

Itulah penyambung yang putus, perekat yang retak.

Allah Swt menggambarkan pasangan menyerupai pakaian, saling menutupi dan melindungi,

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ

mereka ialah pakaian bagimu, dan kamupun ialah pakaian bagi mereka”. (Qs. al-Baqarah [2]: 187). Pakaian yang tidak bisa menutupi dan melindungi, maka bukanlah pakaian.

Ketujuh: Patuh Bersyarat.

Laki-laki diberi tanggung jawab di dunia dan akhirat. Maka selama ia menunaikan kewajiban dan amanah, seruan dan larangannya wajib diikuti. Bahkan Rasulullah Saw bersabda,

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

Seandainya saya boleh memerintahkan insan untuk bersujud kepada manusia, pastilah saya perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Abu Hurairah, hadits Hasan).

Dalam beberapa kasus, melawan suami menjadikan turunnya laknat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw,

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ

Apabila seorang suami mengajak suaminya berhubungan, tapi wanita itu menolak, maka ia dilaknat malaikat hingga waktu pagi”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Namun ketaatan itu bukan tanpa syarat. Suami ditaati selama ia taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Tidak ada ketaatan kepada makhluk bila ketaatan itu menjadikan perbuatan maksiat kepada Allah Swt,

فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ عَلَيْهِ وَلَا طَاعَةَ

Jika diperintahkan melaksanakan perbuatan maksiat, maka tidak perlu didengar dan tidak wajib dipatuhi”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Abdullah bin Umar, hadits Hasan Shahih).

Kedelapan: Tulang Rusuk Yang Bengkok.

Rasulullah Saw menggambarkan perumpamaan dengan citra yang sangat sempurna,

وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

Tinggalkanlah pesan yang baik untuk para perempuan. Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas. Jika engkau luruskan, maka engkau mematahkannya. Jika engkau biarkan, maka ia akan tetap bengkok. Tinggalkanlah pesan yang baik-baik untuk perempuan”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah). Ia diciptakan bukan dari tulang kaki laki-laki untuk diinjak. Bukan dari tulang kepalanya untuk dijunjung. Tapi dari tulang rusuk biar berada setara di sampingnya. Tapi tulang itu bengkok, bila diikuti akan ikut bengkok. Namun bila diluruskan dengan paksa, ia akan patah.

Kesembilan: Amal Jariyah.

Allah Swt memperlihatkan ruang dan masa kepada insan biar insan beramal. Ketika ruang dan masa itu ditarik oleh Allah Swt, maka berakhirlah amal. Tapi ada amal yang tidak akan pernah terhenti, satu diantaranya anak yang shaleh, sabda Rasulullah Saw,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila insan itu meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya”. (Hadits riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah). Anak shaleh itu diperoleh lewat kesepakatan nikah yang sah. Surga pun dijanjikan bagi mereka yang bisa menjaga amanah anak, sesuai sabda Rasulullah Saw,

مَنْ عَالَ ثَلَاثَ بَنَاتٍ فَأَدَّبَهُنَّ وَزَوَّجَهُنَّ وَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ فَلَهُ الْجَنَّةُ

Siapa yang merawat tiga orang anak wanita dengan baik, ia beri pendidikan yang baik, ia nikahkan dengan orang-orang yang baik, ia berbuat baik kepada mereka, maka surgalah baginya”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi dari Abu Sa’id al-Khudri).
banner
Previous Post
Next Post