Mutiara Isti’Adazah Dalam Shalat (6)
Mutiara Isti’adazah dalam Shalat (5)
Al-‘Aliim yaitu Yang ilmu-Nya mencakup segala sesuatu
العَلِيم
Yang Maha Mengetahui
Al-‘Aliim adalah salah satu nama Allah yang maha indah (husna). Al-‘Aliim yaitu Yang ilmu-Nya mencakup segala sesuatu, baik yang lahir maupun batin, yang nampak maupun tersembunyi, baik sesuatu yang ada pada masa lampau, kini maupun yang akan datang, baik sesuatu yang terdapat di alam atas maupun di alam bawah, baik perkara yang global maupun terperinci. Allah Ta’ala mengetahui semuanya dengan sejelas-jelasnya, dan tak ada kesamaran sedikitpun. Ilmu Allah maha luas dan maha sempurna, tak ada sedikitpun malu dan kekurangan pada ilmu Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا
(80) “Pengetahuan Tuhanku mencakup segala sesuatu” (Q.S. Al-An’aam: 80).
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا
(7) “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau mencakup segala sesuatu” (Q.S. Ghafir: 7).
إِنَّمَا إِلَٰهُكُمُ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا
(98) “Sesungguhnya Tuhan kalian (yang behak disembah) hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan (yang behak disembah) selain Dia. Pengetahuan-Nya mencakup segala sesuatu” (Q.S. Thaha: 98).
Korelasi penyebutan Al-‘Aliim dengan isti’adzah
Dalam lafal isti’adzah ini, sebagaimana kata As-Samii’ sangat erat korelasinya dengan perkataan,
أعوذُ باللهِ
“Saya berlindung kepada Allah” karena As-Samii’ bermakna
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa, dengan demikian orang yang berlindung tersebut mengharap besar kepada As-Samii’ (Allah) semoga Dia melindunginya dari setan yang terkutuk, maka demikian pula kata Al-‘Aliim dalam lafazh isti’adzah ini sangatlah sesuai dengan perkataan,
أعوذُ باللهِ
“Saya berlindung kepada Allah”, sebab Yang Maha Mengetahui segala sesuatu tentunya Maha Mengetahui pula perihal cara bagaimana melindungi hamba-Nya dari setan yang terkutuk, dan Dia pun Maha Mengetahui perihal kebijaksanaan busuk setan dan kelemahannya.
Jadi, orang tersebut merasa hubungannya demikian akrab dengan-Nya, disamping sebab didengar doanya oleh-Nya, juga diketahui keadaannya oleh-Nya.
Dengan demikian orang yang berlindung tersebut mengharap kepada Al-‘Aliim agar melindunginya dengan cara pinjaman yang paling sempurna.
Adapun makna,
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“dari setan yang terkutuk, yaitu yang dijauhkan dari rahmat Allah, dan setan yang suka menarik hati insan untuk berbuat maksiat.”
Kesimpulan
Dari klarifikasi di atas, maka tafsir dari
أعوذُ باللهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ مِنَ الشيطانِ الرَّجِيمِ
A’uudzu billaahis Samii’il ‘Aliim minasy Syaithaanir rajiim adalah
“Aku memohon pinjaman kepada Allah -yang mengandung di dalamnya semua nama-nama Allah dan seluruh sifat-sifat-Nya,
Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa -termasuk didalamnya doa isti’adzah, lagi Maha Mengetahui segala hal -termasuk didalamnya mengetahui bagaimana melindungi hamba-Nya dengan sebaik-baiknya, dari kejahatan setan yang suka menarik hati insan untuk berbuat maksiat, dan yang dijauhkan dari rahmat Allah.”
[bersambung]
***
Penulis: Ust.
Sumber : Muslim.or.id